Bagian 1

294 21 6
                                    


Ketegangan ini sangat terasa,

Entah apa yang terjadi,Tante Rika menangis tersedu, dan tak jauh dari sana ada dua orang laki-laki yang ku tau salah satunya adalah Om Fadil-suami Tante Rika- tengah berdebat entah tentang apa. Dan Bunda beberpa kali terlihat menimpali perdebatan dua orang itu.

Aku menatap ke empatnya dengan bingung, apa yang mereka lakukan sementara di bawah semua tamu undangan tengah menunggu acara yang tak kunjung dilaksanakan.

Maksudku, tidak bisakah mereka mengesampingkan masalah mereka dulu dan fokus pada acara ini saja.

Ini adalah acara pernikahan Mas Abi,Putra pertama dari tante Rika dan Om Fadil. Acara di laksanakan di hotel milik keluarga ini. Dan beberapa saat lagi acara akan di mulai namun tak ada satu dari keluarga pemilik acara muncul. Pengantin perempuan juga belum terlihat datang.

Aku berdiri kikuk di depan pintu, antara masuk atau tidak. Tadi Aku berniat mengambil ponsel yang ku titipkan di tas Bunda, namun saat melihat kondisi di dalam sana yang terlihat tengah bersitengang membuatku ragu meneruskan niat awalku.

“Ada apa, Ai?” Sebelum Aku berbalik arah, Bunda menyadari keberadaanku terlebih dahulu.

Aku cengengesan salah tingkah, “mau ambil HP Bun," kataku.

“Di tas Bunda, tadi ketinggalan di kamar," jawab Bunda. Sejak semalam Aku dan Bunda memang menginap di salah satu kamar di hotel ini. Bunda ingin membantu Tante Rika menyiapkan acara pernikahan putranya.

“emm...iya...e...itu...tamunya...udah banyak.” Aku takut dinggap tidak sopan tapi dibalroom tamu sudah menunggu bahkan sudah bergunjing karena yang punya acara tidak terlihat sejak tadi.

“Iya, terimakasih, nak. Sebentar lagi Om turun.” Jawaban dari Om Fadil kurespon dengan anggukan, lalu segera berlalu dari sana.

Menurut cerita Bunda, Tante Rika adalah sahabat Bunda waktu kuliah dulu. Dan sejak menikah mereka memang jarang bertemu. Terlebih ketika Bunda sibuk mengurus usaha Ayah setelah Ayah meninggal. Aku sendiri tidak mengenal keluarga Tante Rika dengan baik. Aku baru bertemu dengan beliau beberapa kali waktu tanpa sengaja bertemu di rumah makan milik Bunda. Dan untuk keluarga yang lain, Aku justru baru bertemu semalam saat makan malam di restoran bawah.

Dan menurut pengamatanku keluarga ini adalah keluarga kaya raya terbukti dengan kepemilikan hotel tempat berlangsungnya acara. Hotel bintang lima yang kerap di datangi tamu penting negara.

Aku beregegas mencari ponselku dan akan kembali ke bawah, Dinda pasti menungguku di sana. Dinda ini anak bungsu Tante Rika, kebetulan pula Kami juga seumuran, jadi jangan heran jika Kami cepat akrab. Dan di sini hanya Aku dan Dinda yang seumuran. Kebanyakan keponakan Tante Rika lebih tua dan sudah berkeluarga.

“Ai,” Aku terkejut saat Bunda tiba-tiba muncul di hapanku dan menarikku kembali masuk kedalam kamar.

“Bunda, bikin Aini kaget tau nggak,” gerutuku.

Tak menggubris, Bunda menarikku duduk di atas tempat tidur. Dengan wajah serius, Bunda memengan pundakku memintaku menghadapnya.

“Dengerin Bunda, ada hal penting yang mau Bunda bicarakan sama Kamu," ucap beliau.

“Pentingnya nggak bisa ditunda, Bun? Ini Dinda nungguin dibawah.” Aku tadi hanya bilang pergi sebentar pada Dinda.

“Nggak bisa, Ai.”

Aku tak mengerti situasi apa yang tengah terjadi, namun entah kenapa perasaanku ikut gelisah. Bunda menatapku dengan pandangan yang berbeda, jika sudah seperti ini pasti ada sesuatu yang terjadi.

“Apapun yang terjadi nanti semua keputusan tetap ada di tangan Kamu. Kamu berhak memilih apapun itu," jelas Bunda.

“Kenapa Bun, ada masalah apa sebenarnya?” tanyaku.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang