"Mbak Ai!"
Aku baru selesai mandi sore saat mendengar namaku di panggil dari depan rumah. Itu pasti anak-anak komplek sini. Hampir dua minggu Aku pindah ke sini Aku mulai akrab dengan anak-anak komplek. Awalnya mereka suka bermain di jalanan depan rumahku, Aku ikut melihat dan lama-lama Kami kenal. Tak hanya mereka, beberapa ibu- ibu juga sudah ku kenal. Mereka menawariku untuk ikut kegiatan arisan. Selain mengakrabkan dengan penghuni komplek, Aku juga bisa ikut belajar memasak. Namun Aku masih belum mendapat ijin dari Mas Abi. Lebih tepatnya Aku belum berani bilang padanya.
Dua minggu menyadang status istri, hubungan Kami cukup aneh menurutku. Mas Abi yang tak banyak bicara membuat kami jarang terlibat obrolan. Aku bukan orang yang suka memulai obrolan terlebih dahulu. Jadi kami hanya akan saling diam dan bicara jika ada yang penting.
"Duh, udah cantik aja nih pengantin baru." Sapaan dari Bu Ida tetangga samping rumah, saat Aku keluar dengan rambut setengah basah. Aku baru selesai keramas dan tak terbiasa mengeringkan rambut dengan hairdryer. Biasanya Aku akan membiarkan sampai rambutku kering sendiri. Toh tak begitu panjang.
Aku tersenyum, "Iya, Bu. Habis mandi," balasku sembari berjalan keluar pagar dan menghampiri Bu Ida yang tengah menyuapi Natasya, anaknya yang baru berumur sembilan bulan.
"Cantik banget sih, Sya." Aku menciumi pipinya yang gembul membuat Natasya memekik kegirangan.
"Pak Abi pulang malam lagi ya?" tanya Bu Ida.
Mas Abi memang sering sekali pulang larut malam, entah itu kebiasaan sebelum menikah atau itu sengaja ia lakukan untuk menghindariku.
Bu Ida tahu kebiasaan Mas Abi pulang malam karena beliau sering menghabiskan waktu di malam hari mengobrol dengan suami di teras rumah. Beliau sering memperhatikan jam pulang kerja Mas Abi."Mungkin, Bu. Tadi nggak bilang apa-apa sih," jawabku.
Semua penghuni komplek ternyata mengenal Mas Abi. Sebelum Aku tinggal di sini ternyata Mas Abi sudah sering datang kemari jadi tak heran jika sudah banyak orang mengenal Mas Abi. Dan sudah bisa di tebak kalau semua orang di komplek ini juga tau cerita soal cerita pernikahan Mas Abi.
"Saudaranya Mbak Zakia, ya?" Itu adalah pertanyaan yang sering ditanyaakan padaku saat pertama bertemu.
Dan layaknya drama picisan. Kisah rumah tanggaku pun diketahui oleh hampir semua penghuni komple. Mbak Zakia, perempuan yang seharusnya menyandang status istri Mas Abi tapi kini justru diriku yang menempati karena sikap tidak bertanggung jawab perempuan itu.
Jujur Aku membencinya, sebagai perempuan dewasa seharusnya ia mampu bersikap lebih baik. Apapun masalah yang ia hadapi tidak sepantasnya Ia memilih lari. Aku rasa Mas Abi akan memaklumi jika memang alasan yang ia berikan masuk akal.
"Kamu masih belum bisa akrab sama Pak Abi ya, Ai?" Pertanyaan dari Bu Ida membuatku tersenyum miris.
Dua minggu ini Aku memang lumayan dekat dengan Bu Ida, beliau sering memberi saran tetang rumah tangga padaku. Aku senang saja mengenal sosok sebaik Bu Ida ini, orangnya yang bijak sering kali membuatku nyaman berbagi cerita dengan beliau.
"Gitu lah Bu. Kita berdua sama-sama kakunya sih." Ujarku.
"Yang nikah bertahun-tahun aja masih perlu proses Ai. Yang sabar, Ibu yakin kalian akan segera saling menerima satu sama lain," tutur beliau.
Bu Ida lebih mudah lima tahun dari Bunda. Suaminya bekerja di salah satu perusahaan milik negara, Aku jarang bertemu dengan Pak Roni, suami Bu Ida, karena bekerja."Mau kemana Bu ahmad?" sapa Bu Ida pada seorang wanita paruh baya yang tengah mengayuh sepedanya. Orang yang di sapa membalas dengan berkata mau ke minimarket depan. Di komplek sini memang dihuni orang-orang yang ramah. Aku sering melihat para tetangga yang bercengkrama di sore hari. Terkadang para ibu-ibu berkumpul di sini sembari mengawasi anak-anak bermain.
Letak komplek yang berdada di pusat kota memudahkan para penghuninya. Tak jarang kami berkendara dengan sepeda untuk belanja ke minimarket depan. Atau membeli makanan yang di jual di kios-kios depan perumahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat
ChickLitTakdir? Kita tak pernah tahu takdir apa yang akan kita jalani. Kita juga tak pernah tahu akhir seperti apa yang akan kita alami. Bagiku, Kamu adalah asing. Dan Bagimu, Aku adalah asing. Entah ini skenario Tuhan atau hanya lelucon alam. Namun ap...