⚠️ WARNING ⚠️
•
•
•‼️DIMOHON UNTUK POSTING. JANGAN NETHINK!‼️
‼️18+‼️
‼️TERDAPAT KATA TOXIC‼️
Hari ini, Shafira kembali berangkat sekolah setelah dua hari tidak berangkat karena sakit.
Kabar mengenai kepulangan Shafira sudah diketahui oleh seluruh warga sekolahnya. Bahkan, beberapa anak sebagai perwakilan kelas dan guru, saat hari Senin datang ke rumahnya untuk menjenguk.
Semua memang terlihat baik-baik saja. Tapi, kenyataan tidak bisa dibilang baik. Semuanya berubah. Semuanya hancur tak tersisa. Walau begitu, ia akan berusaha biasa saja, seolah kejadian malam itu tidak pernah terjadi.
"Kamu bisa! Kamu pasti bisa!"
Dirasa sudah lengkap, Shafira langsung beranjak keluar kamar untuk menemui Mang Mamat.
Shafira terperanjat kaget kala dirinya yang hampir tergelincir saat menuruni tangga. Kejadian itu, kenapa rasanya seperti pernah terjadi?
"Astaghfirullahaldzim, nggak apa-apa Sa. Semuanya aman kok," ucapnya pelan.
Shafira melanjutkan langkahnya dengan perlahan. Entah kenapa, hatinya seketika merasa cemas. Seperti ada sesuatu yang terjadi, atau mungkin yang akan terjadi.
"Kenapa begini?" tanyanya pada diri sendiri.
Mbok Murni mengernyitkan keningnya, melihat Shafira yang terdiam di anak tangga pertama.
"Non. Ada apa?" tanya Mbok Murni membuat Shafira kembali sadar.
"Eh, nggak ada apa-apa kok Mbok," jawab Shafira sambil berjalan mendekati Mbok Murni.
"Yakin?" Shafira mengangguk. "Yakin Mbok."
"Yasudah, kalau begitu. Mari sarapan Non."
Seperti biasa, Mbok Murni akan menyiapkan sarapan pagi untuk Shafira sebelum berangkat sekolah.
"Terimakasih, Mbok."
"Sama-sama, Non."
Shafira menikmati roti tawar yang diolesi coklat, serta minuman coklat panas buatan Mbok Murni.
"Mbok. Mama sama Papa, kemana?" tanya Shafira disela-sela makannya.
"Kan mereka sudah berangkat dari kemarin sore, Non," jawab Mbok Murni sambil membersihan dapur.
"Oh, iya kah?" Mbok Murni mengangguk, "iya, Non. Dari kemarin-kemarin kan Non selalu di kamar, makanya Non tidak tau kalau Ibu dan Bapak berangkat."
Shafira tersenyum tipis, beranjak mendekati Mbok Murni dan menyalimi tangannya.
"Safa berangkat. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Shafira menghampiri Mang Mamat yang sedang menyirami tanaman.
"Mang, ayo. Nanti aku telat."
"Eh, Non. Iya, ayo."
Mang Mamat meletakkan selangnya dan mematikan keran airnya, lalu menyusul Shafira memasuki mobil.
Selama diperjalanan, Shafira terus beristighfar di dalam hati. Entah kenapa, rasa cemas terus menghantuinya. Ia cemas, tapi ia sendiri tidak tau penyebabnya.
Sesampainya di sekolah, Shafira dibuat bingung dengan tatapan orang-orang yang menatap sinis, jijik, marah, kecewa, dan kasihan.
Sayup-sayup ia mendengar bisikan mereka saat dirinya berjalan melewati mereka. Bisikan yang terdengar aneh, menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira Story [END!]
Teen Fiction[ BELUM REVISI! ] [PROSES TERBIT! ] ☆☞ WELCOME TO MY SECOND STORY ☜☆ 📌 No plagiat-plagitor dan siders! →♡←→♡←→♡←→✧☆✧←→♡←→♡←→♡← Memang benar kata mereka, jangan terlarut dalam zona nyaman karena takdir tak selamanya akan sama. Kenyataan tidak semua...