Apa aku bisa?

41 31 16
                                    

Hari berlalu begitu cepat. Tak terasa sebentar lagi, hari dimana Shafira akan melaksanakan Olimpiade akan tiba. Waktu yang terus berputar tanpa henti, dan segala kegiatan yang membuat manusia sibuk, membuat mereka seakan-akan tak pernah merasakan hari-harinya dengan sebaik mungkin. Tidak merasa kenangan yang timbul dari hari itu.

Sebentar lagi. Sebentar lagi Shafira akan berjuang mendapatkan kejuaraan pada Olimpiade Kimia yang ia ikuti. Berharap mendapatkan hasil yang sempurna untuk membahagiakan orang tuanya. Apakah ia bisa?

"Shafira?" Shafira mendongak kala terdengar suara seseorang yang memanggil namanya. "Iya kak, ada apa?"

"Nggak ada apa-apa. Cuma manggil aja." Rayn duduk di kursi yang masih tersisa. "Aku duduk di sini, ya?"

Shafira mengangguk. "Iya, silakan," ucapnya mempersilahkan.

Saat ini mereka berdua tengah berada di perpustakaan. Seperti biasa, saat istirahat kedua Shafira selalu mendatangi perpustakaan untuk sekedar membaca atau menulis. Kebetulan juga, Rayn hari ini berkunjung ke perpustakaan saat istirahat kedua dan tak sengaja melihat Shafira yang duduk sendirian di tempat kesukaannya. Berhubung kursi pada meja bagian pojok masih tersisa satu, jadilah Rayn menghampiri Shafira dan ikut duduk bersama Shafira.

"Kamu kenapa di sini, Sha?" tanya Rayn memulai topik.

"Kenapa emang?" Shafira menatap Rayn bingung.

"Nggak apa-apa. Cuma tanya."

"Aku biasa ke perpus saat istirahat kedua," ucap Shafira sambil menulis.

"Nggak ke kantin?" Shafira menggeleng pelan membuat Rayn menatap penasaran. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku lebih suka si perpus."

"Ini tempat kesukaanmu?" Shafira mengangguk. "Iya. Kenapa?"

Rayn menggeleng pelan. "Tidak. Ini juga tempat kesukaanku," ucapnya memberitahu.

Shafira hanya melirik sekilas lalu kembali menulis, membuat Rayn menghembuskan napas panjang.

"Apa kamu sedang belajar Kimia?" tanya Rayn berusaha memancing perhatian Shafira.

"Bukan," Rayn mengernyit. "Lalu?"

Shafira menghela napas, mendongak menatap Rayn. "Apa kakak akan membantuku menulis, hm?"

"Boleh, kalau kamu memperbolehkan." Rayn tersenyum menatap Shafira.

Shafira mengangguk, tersenyum jahil lalu meletakkan buku, bolpoin, serta ponselnya di meja depan Rayn.

"Silakan. Kakak bisa mulai untuk mencatatnya," ucap Shafira tersenyum jahil.

Rayn mengambil ponsel Shafira lalu membaca tiap kata dari pesan yang dikirimkan oleh seseorang  di sebuah grup WhatsApp. Jarinya menggulir pesan itu sampai selesai.

"Ini materi apa, Sha?" tanya Rayn melirik Shafira sekilas.

"Itu, subjek grupnya kan ada."

"Kepenulisan?" Rayn melirik Shafira bingung. "Apa maksudnya?"

Shafira menghela napas berat. "Aku sedang malas menjelaskan. Jika kakak tidak mau membantuku untuk melanjutkan menulisnya. Sini, biar aku yang melanjutkannya sendiri."

"Eh, enggak. Biar aku aja. Kamu cukup diam," sahut Rayn dengan cepat.

Tanpa menunggu lama, Rayn langsung melanjutkan menulis materi yang tertunda. Rayn kagum dengan tulisan Shafira yang cantik dan rapi. Batinnya menebak jika Shafira menjadi sekertaris di kelasnya. Sedangkan Shafira. Tersenyum simpul menatap kakak kelasnya yang tengah melanjutkan menulisnya. Aih, padahal tadi ia hanya bercanda. Tapi kakak kelasnya itu benar-benar melakukannya. Sungguh rezeki tak terduga hihii.

Shafira Story [END!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang