Gedoran pintu misterius

15 6 2
                                    

Suara ketukan pintu yang bergemuruh mengagetkan Shafira. Ia melirik jendela kamarnya, membatin bingung, siapa orang yang berkunjung malam-malam seperti ini? Dan, mengapa orang itu menggedor-gedor pintu rumah Shafira dengan tidak sabaran?

Karena penasaran, Shafira beranjak turun dari tempat tidur. Mencuci muka sebentar, lalu berjalan keluar kamar untuk mengecek ke depan.

Sesampainya di bawah, suara ketukan itu terdengar semakin keras. Shafira berjalan perlahan mendekati pintu. Tapi, semakin dekat kearah pintu, mengapa suara itu terdengar semakin lambat. Hingga kini, tangannya sudah memegang gagang pintu. Menurunkannya pelan, untuk membuka pintu tersebut, Dan-

"Kak Rayn?" Rayn melambaikan tangannya. "Hai Sha!"

"Aku ganggu ya, datang malam-malam begini?"

Shafira menerjap-nerjapkan matanya beberapa kali, lalu tertawa pelan. " Astaghfirullahaldzim. Ternyata Kak Rayn yang sedari tadi menggedor-gedor pintu. Hahahaa, astaga aku kira siapa, bikin takut aja."

"Loh? Siapa yang menggedor-gedor pintu?" Shafira menghentikan tawanya, menatap Rayn dengan kedua alis yang terangkat. "Kakak, kan?"

"Aku?" Shafira mengangguk. "Iya. Tadi Kakak, kan yang gedor-gedor pintu?"

Rayn mengernyitkan dahinya bingung. "Aku baru saja sampai. Bahkan belum sempat mengetuk pintu, tetapi sudah dibuka sama kamu."

Shafira terdiam, berusaha berfikir jernih. "Kakak, bercanda, kan?"

"Tidak. Aku serius," jawab Rayn membuat Shafira kembali terdiam.

Padahal jelas-jelas Shafira mendengar suara pintu yang digedor-gedor dari luar. Tidak mungkinkah, kalau itu hantu? Atau, hanya orang iseng?

Shafira melangkah keluar, melihat kesana-kemari, tapi tak menemukan apapun yang terlihat mencurigakan. ia menunduk, diam, berusaha mencerna semuanya. Kalau bukan Rayn, lalu?

"Kenapa, Sha? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rayn yang bingung melihat tingkah Shafira.

"Sha? Hey? Are you okay?" tanyanya sekali lagi, tetapi Shafira masih saja diam.

"Shafira? Hey! Sha?" Shafira sedikit tersentak dan mendongak, kembali menatap Rayn. "Ah, iya. I'm okay," jawabnya cepat.

Rayn memicingkan matanya, menelisik wajah Shafira yang terlihat seperti orang kebingungan.

"Kamu berbohong," ucapnya.

"Tidak. Aku tidak berbohong!" elak Shafira.

"Terlihat dari raut wajahmu. Kamu sedang tidak baik-baik saja. Ada apa, Shafira?" Shafira meneguk ludah gugup. Berusaha menetralkan tubuhnya, ia pun menjawab, "em, tadi. Ada yang gedor pintu, dan aku kira itu Kakak. Tapi ternyata bukan."

"Apa ada orang yang iseng?" tanya Rayn dengan cepat.

"Sepertinya bukan." Rayn kembali dibuat bingung oleh jawaban Shafira. "Kenapa bukan?"

"Y-ya. Ya karena. Em, ak-ku, aku baru ingat, kalau aku sedang menonton film! Yah, menontoh film!" jawab Shafira dengan cepat.

"Aku ingat sekarang. Tadi aku sedang menonton film, dan aku turun berniat untuk mengambil minuman. Saat akan ke dapur, terdengar suara gedoran pintu dan saat aku buka pintu ini, ternyata ada Kak Rayn. Kakak bilang kan, kalau kakak tidak menggedor-gedor pintunya." Ray mengangguk. "Jika bukan kakak, kemungkinan saja itu suara yang berasal dari kamar aku. Dari dalam film, maybe."

"Memangnya, jarak antara dapur dan kamar kamu, dekat?" Shafira menggeleng. "Tidak. Kamar aku berada di atas dan dapur berada di bawah."

"Lalu, kenapa suaranya bisa terdengar sampai dapur? Tidak mungkin, suara dari film yang kamu tonton bisa sekeras itu jika volumenya tidak besar." Shafira diam, mencari jawaban yang pas.

Shafira Story [END!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang