"Sepertinya aku harus menyusun rencana ulang. Jika seperti sebelumnya, maka keberadaanku sangat bahaya!"
📚📚📚
"Aduh, Salma nggak berangkat ya?" Shafira mengangguk pelan sambil terus bermain ponsel.
"Terus, kamu gimana?" Shafira mendongak, menatap Shelly bingung. "Gimana apanya?"
"Ya, beli snack-nya. Kan Salma nggak berangkat."
"Aku bisa beli sendiri," kata Shafira
"Tapikan banyak, Fir. Kamu pasti akan kerepotan nantinya." Shafira menggeleng pelan. "Nggak, kok. Tenang aja."
"Hm, sebenarnya, aku mau bantu kamu," ucap Shelly dengan pelan
"Jangan! Tidak usah! Terimakasih. Tapi tidak usah. Kamu lebih baik fokus belajar tari dan dramanya, soalnya sudah tidak ada waktu lagi. Besok malam harus sudah ditampilkan," ujar Shafira.
"Sudah ya, aku mau otw beli dulu. Kalian semangat latihannya!" Shelly mengangguk sedikit lesu. "Iya. Kamu hati-hati ya. Bahaya selalu mengintai."
Shafira tersenyum simpul. "Iya. Kamu tenang saja." Walaupun dalam hatinya merasa janggal.
Shafira beranjak keluar kelas, tak lupa untuk berpamitan kepada teman-temannya yang lain yang sekarang tengah belajar menari dan berdrama untuk besok malam.
Ia berniat untuk pergi ke toko serba ada. Toko yang menyediakan semua barang dan bahan. Mulai dari makanan seperti snack, makanan berat, minuman, sayur dan buah, perabotan, baju, sendal, sepatu, tas, dan masih banyak lagi. Maklumlah, namanya juga toko serba ada.
Seharusnya ia pergi bersama Salma hari ini. Tapi karena Nenek Salma yang dikabarkan masuk rumah sakit, dan Salma tidak berangkat sekolah membuatnya mau tak mau harus pergi sendirian.
Jarak antara sekolah dan toko itu tidak jauh. Jika berjalan kaki, hanya membutuhkan waktu 10 menit agar bisa sampai di sana. Karena jaraknya yang dekat, Shafira memilih untuk berjalan kaki. Selain mengirit bensin, berjalan kaki juga termasuk berolahraga.
Sesampainya di toko tersebut, Shafira langsung mengambil salah satu troli dan melangkah mendekati tempat yang penuh dengan jajanan ringan. Ia membaca tiap nama jajan yang dilihatnya.
Shafira terus mengelilingi tempat itu. Melihat-lihat snack yang ada. Titipannya masih banyak yang belum ke ambil karena capek, juga tempatnya sedikit berantakan.
"Ternyata banyak juga yang harus dibeli ya. Huftt." Shafira terus berkeliling mencari snack yang harus dibeli.
Berkeliling mencari snack-snack yang sudah masuk ke daftar list jajanan yang harus dibeli, sampai tak sadar jika dari kejauhan ada seseorang yang tengah memantau.
"Hm, sepertinya sudah semua." Shafira membaca ulang list jajanan sembari mengecek snack-nya, ada atau tidak di troli.
"Okeh, karena sudah semua, mari, kita, bayar!" Shafira langsung mendorong troli itu menuju kasir. Tapi saat sampai di sana, ternyata– "masyaallah, ngantri sekali. Ini mah, bisa pulang telat." gumamnya.
Ia sabar kok, tidak apa-apa mengantri asalkan jajanannya bisa kebeli. Tapi sesabar-sabarnya hatinya, kakinya yang justru tidak sabaran. Menunggu antrian yang, tidak panjang, tetapi belanjaan mereka yang membuat antrian itu lama sampai membuat kakinya merasa pegal.
Setelah sekian lama mengantri, akhirnya belanjaan Shafira ditotal juga. Semua total belanjaan tidak mahal si, tapi bisa terbilang boros untuk mereka yang selalu irit.
"Ini kak, terimakasih."
"Terimakasih kembali."
Setelah selesai membayar, Shafira langsung keluar. Ia akan kembali ke sekolah, dan menunggu taxi di halte dekat sekolahannya saja. Kebetulan hari ini Mang Mamat tidak bisa menjemputnya, karena ban mobil yang bocor. Jadilah ia pulang naik taxi, itu jika ada. Jika tidak ada, ia bisa pakai ojek online.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira Story [END!]
أدب المراهقين[ BELUM REVISI! ] [PROSES TERBIT! ] ☆☞ WELCOME TO MY SECOND STORY ☜☆ 📌 No plagiat-plagitor dan siders! →♡←→♡←→♡←→✧☆✧←→♡←→♡←→♡← Memang benar kata mereka, jangan terlarut dalam zona nyaman karena takdir tak selamanya akan sama. Kenyataan tidak semua...