Prolog

895 48 10
                                    

Hamziee (38tahun) tujuh tahun yang lalu terbangun dan menyadari bahwa dirinya telah berpergian ke era kepemimpinan Baudouin dan memasuki tubuh gadis tujuh belas tahun. Dia merupakan anak perempuan seorang pejalan kaki, dengan latar belakang yang tidak biasa. Seperti pengamat politik, tidak terjun mengacaukan tatanan ke pemerintahan, hanya mengamati dan menilai. Namun mendengar kondisi seorang pemimpin cilik yang bijak tidak baik-baik saja, dia mulai khawatir bahwa kedamaian dunia ini tidak akan bertahan lama, ayah dari Hamziee mulai merasa khawatir.

Sementara itu, saat Kepala keluarga Marigold di tengah situasi tertekan, dia tidak menyadari bahwa putrinya telah diganti kan.

Hamziee yang terjebak di dalam tubuh seorang gadis nyaris gila. Bagaimana dia bisa terseret di dunia yang kacau ini?! Di kehidupan sebelumnya dia sudah cukup merasa menderita dan sekarang dia berada di tingkat yang ekstrim. Eoh ayolah, ini adalah zaman dimana perang masih bisa meletus setiap waktu dan tidak lama lagi pemimpin yang bijak akan mengalami kemunduran dan di hapus kan. 

Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak ingin menjadi umpan meriam yang tragis di dua kehidupan. Dari hidup ke hidup dia akan menjadi perawan? Tidak! Ini tidak keren. Harus ada sedikit peningkatan, setidaknya namaku harus berada di daftar sejarah buku besar.

Dia akan pergi dengan banyak karya ajaib. Bukankah raja memiliki kusta? Ayo membuat antibodi untuk diriku sendiri dan pergi menemukan pria malang ini.

Di tujuh tahun sebelumnya, itulah yang dia rencanakan, namun rencana itu berkembang sangat tidak terkendali, rencana awal untuk mengobati raja Baldwin dia urungkan  karena alasan tertentu dan disini lah dia sekarang berada. Di belahan lain dari daratan yang panas.

"Balduin, berikan semangka dan kurma ini kepada sultan Salahudin." Hanry Marigold berjalan melintasi halaman dengan kotak kayu yang indah. Ada tudung kasa di atasnya, menyimpan makanan dari debu di jalan.

Bola nasi Balduin melemparkan gangsing kayu di tangannya, dan dengan langkah kecil dia berlari menghampiri kakek Henry.

Dia menepuk kedua telapak tangan, menyeka kotoran dengan kain hitam dari gaunnya. "Baik kakek!".

Mengantar hadiah ke depan pintu Sultan Salahudin adalah salah satu kegiatan yang di sukai oleh Balduin. bukan tanpa alasan dia begitu bersemangat, setiap kali dia berada di rumah sang sultan, saat itu Balduin akan mendengar banyak cerita tentang ayah biologis nya. Dan saat malam, dia akan pergi untuk pamer kepada ibunya.

Namun hari ini suasana terasa berbeda, begitu banyak ketegangan yang dia rasakan. Di waktu Itu, Balduin bertemu dengan ratusan prajurit berlalu lalang di pusat kota. Mereka terlihat sangat tegang Seolah hal besar dan penting sedang terjadi.

" paman Yahya! Apa yang terjadi?" tanya Balduin saat bertemu dengan prajurit yang dia kenal.

Pria dengan nama Yahya berhenti, dia menatap wajah murni Balduin dengan Perasaan iba. "Guy  menyerang beberapa peziarah kita dengan alasan fitnah yang tidak berdasar. Sekarang Sultan sangat marah, kita akan maju untuk berperang." jelas Yahya sedikit prihatin melihat senyum Balduin berangsur membeku.

Dia hendak mengusap ujung kepala bayi itu tetapi bola ketan sudah melesat berbalik. Meskipun hanya punggung yang terlihat olehnya namun Yahya percaya, pria kecil itu sudah menangis dan akan mengadu kepada ibunya.






"Ibu.... Ibu.... Ibu...." Teriak Balduin di sela tangisnya yang pecah.

Wanita dengan rambut merah muda cantik, tersentak oleh teriakan Balduin. Dia yang sedang berada di tengah kekacauan rumus melemparkan beberapa alat dan berlari meraup tubuh mungil anaknya.

"Ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya ibu Balduin khawatir. Dia menurunkan Balduin di atas tanah, mengamati setiap inci pori-pori dari tubuh putranya. "Apa kau terluka? Dimana yang terluka?" tanyanya lagi sembari membolak-balik tubuh Balduin.

Balduin mengusap air matanya dengan tangan kecil yang bergetar. "Ayah akan berperang dengan Sultan."

Mendengar informasi ini Hamziee ikut terkejut. "Tanggal berapa sekarang?" dia tidak benar-benar bertanya kepada Putranya, dia hanya sedang mengutuk dirinya sendiri di dalam hati. Terlalu larut dengan eksperimen membuatnya lupa tentang perang yang pecah, yang di picu oleh ipar idiot Baldwin.

Hamziee kembali pada putranya dan berkata. "Kau tenang saja. Ayahmu akan baik-baik saja. Sultan akan membuat kesepakatan dengan ayahmu." Meskipun dia berkata demikian namun Hamziee juga merasa khawatir. Ini akan dekat dengan waktunya. Aku harus segera menemui Baldwin. Dia harus memulai hidup dengan baik dan sehat.

"Hamziee apakah kau mendengarnya? Sultan akan pergi berperang dengan Baldwin." Ayah Hamziee muncul sembari terus berbicara. "Sudah aku duga, Guy adalah kebodohan sejati. Kakak ipar nya masih hidup dan dia sudah membuat kerusakan sebesar ini, Bagaimana jika Baldwin tiada, mungkin Yerusalem akan dihapus kan oleh Salahudin." Gerutu Hanry berjalan mondar-mandir.

Hamziee memijat celah di antara kedua alisnya. "Ayah jangan panik, meskipun perang terjadi, ini tidak benar-benar rusak. Baldwin tidak bodoh, dia pasti akan pergi dengan kesepakatan. Dan paman Salahudin juga bukan orang picik." Terkadang ayahnya akan bersikap terlalu meriah. Sekalipun perang itu pecah, dia tahu bahwa dia dan keluarganya akan lolos. Tentu saja dia sudah membuat rute pelarian terbaik. Semua sudah dia persiapkan untuk perang di tahun 87, ngomong-ngomong.

Hamziee hendak membuka mulutnya saat pandangan tidak menangkap siluet bola ketan, dan dia mulai panik. "Ayah, dimana Balduin?"

Henry ikut berbalik, dia memandang sekeliling. Ya, dia tidak ada di sana, jadi kemana bocah ini pergi?

Saat ibu dan kakeknya sibuk berdiskusi, Balduin menyelinap pergi dari rumah. Dia mengambil senapan yang dibuat oleh ibunya secara pribadi. Aku akan menolong ayahku.

Balduin masih sangat naif, dia tidak mengerti hubungan panas antara Salahudin dan ayahnya yang sedang meletus. Apakah dia tahu siapa yang harus dilubangi dengan timah panas? Tanpa memikirkan hal itu, Balduin hanya menyelinap ke dalam gerbong secara acak. Meninggalkan kakek juga ibunya yang nyaris gila.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jarak tempuh dua hari dengan panas terik yang menyiksa, banyak prajurit kehilangan semangat juangnya dan beberapa kelelahan dalam perjalanan, sementara Balduin tenang di dalam gerobak, memeluk makanan kering yang berhasil dia sembunyikan dari ibu.

Nyaman.. Sangat nyaman. Mungkin karena dia terbiasa berkeliaran di alam liar, sebelumnya. mengikuti ibu mengobati dari satu tempat ke tempat yang lain.

'Kapan perang nya dimulai? Aku ingin melihat ayahku secara langsung'

Gumam Balduin pada dirinya sendiri. Sesekali bocah itu mengintip dari lubang dinding gerobak, memastikan bahwa dia mengikuti kelompok yang benar. Ya, dia yakin tidak melakukan.....

"Astaghfirullah hal'adzim,! Ya tuan ku Salahudin. Lihatlah apa yang kita miliki di sini..." Teriak seorang prajurit saat hendak mengambil pasokan makanan dari dalam gerobak.

Balduin terkejut, mendengar suara prajurit yang menemukannya di gerobak. Tubuhnya secara alami meringsek lebih dalam.

Flower of my destiny from the 20th eraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang