Balduin duduk menundukkan kepalanya. Dia merajut jari-jari dengan keringat. Merasakan gugup dibawah tatapan menindas.
"Jelaskan padaku." Tegas suara Salahuddin.
Balduin tersentak kaget. Dia semakin mengkeret tubuhnya.
Yahya terus menatap bayi Balduin dengan perasaan kasihan.
"hai anak Baldwin. Tidakkah kamu mendengar apa yang aku Katakan?"
Mata Balduin memerah, dan hidungnya terasa masam. "Aku ingin melihat ayahku..."
"Apakah ibumu tahu?" tanya Salahuddin lagi.
"Tidak."
Mendengar jawaban Balduin sontak semua orang mendengus dan mulai bergosip. Wanita Hamziee begitu tangguh. Balduin adalah biji matanya, jika sesuatu terjadi atau Guy melihat manik ini, bukankah hal-hal akan menjadi serius dan semakin serius?
Salahuddin menggelengkan kepalanya dengan frustasi. Anak ini memiliki ketangguhan yang tidak dapat di goyahkan. Sekalipun dia memaksanya kembali, Salahuddin yakin dia akan menggunakan seribu cara licik untuk menemui ayahnya.
"Aku berjanji akan membawamu, tetapi kamu tidak diijinkan untuk menemuinya begitu dekat. Ini sangat berbahaya, jika terjadi sesuatu, ibumu akan memenggal kepalaku dan prajurit ku." Itu benar, hal ini sering terjadi. Saat Hamziee meledak, dia akan mengacaukan tempatnya dengan hal-hal yang nyeleneh. Itulah kenapa dia tidak berani memprovokasi gadis Marigold.
Salahuddin menatap Yahya. "Berikan dia sorban, dan awasi terus dia." perintahnya.
Yahya menyanggupinya. Dia bergegas ke gerbong, mengambil satu kain sorban dan menggunakannya ke kepala Balduin.
Pria kecil itu tidak memberontak namun senyum iblis kecil jelas terukir di baling penutup.
.
.
.
.
.
.
Sampai di Kerak. Rombongan Salahuddin menantikan kemunculan prajurit salib. Sudah ada perkelahian saat mereka tiba, pertarungan kecil antara prajuritnya dengan salah satu orang kepercayaan Baldwin.Mereka berperang sengit namun pada akhirnya kesatria salib banyak yang terpenggal menyisakan Bailian, pemimpin dalam kelompok kecil tersebut.
Petarung Ameer memberikan isyarat kepada salah satu penunggang kuda saat dia melihat siluet tentara salib datang.
"Beritahu Sultan Salahudin, pasukan dari Yerusalem telah tiba." Setelah Ameer selesai memberi instruksi, penunggang itu bergegas memacu kudanya dengan cepat.
.
.
.
.
.
.
Pasukan dengan jumlah besar saling bertemu di tengah zona. Salahuddin dan Baldwin ke IV mengambil posisi memimpin.Saat keduanya bertemu suasana menjadi sangat sunyi bahkan angin tidak berani untuk menerpa keduanya.
"Ku harap kamu mau kembali ke Yerusalem dan serahkan masalah ini padaku." Seru Salahuddin.
Baldwin memiringkan kepalanya."ku harap kamu kembali ke Damaskus dengan selamat dan aman. Aku berjanji Raynald akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Atau kita semua akan mati disini." janji Baldwin kepada Salahuddin.
Dia memikirkannya sejenak namun Pandangan Salahuddin teralihkan oleh fisik Baldwin yang tidak benar. Dia terus condong saat berada di atas kudanya, seolah akan terjatuh kapan saja.
Pria bijaksana ini adalah ayah dari bocah yang telah di asuhnya seperti cucu sendiri. Sangat menyedihkan untuk cucuku jika harus kehilangan figur ayah yang sangat luar biasa.
"Aku akan mengirimkan tabib terbaik ku untukmu." Seru nya lagi.
Baldwin bergetar hatinya Mendengar hal itu. Sama seperti apa yang ia dengar bahwa panglima perang muslim adalah pemimpin yang baik. Bijaksana dan berbudi luhur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flower of my destiny from the 20th era
FanfictionSetelah kematian cinta sejati nya, Hamziee hidup dengan frustasi. Dia akan pergi ke manapun takdir membawanya hingga setelah tembakan merenggut nyawanya. Dia berpikir bahwa hidupnya telah berakhir namun siapa yang menyangka Setelah bangun dia telah...