Bab 12

303 21 4
                                    

Hamziee mengikuti Baldwin dengan taat. Kepalanya menunduk, karena nyali tidak sebesar omong kosongnya.

Mereka masuk kedalam kamar, mendorong pintu dengan bunyi Brak! yang keras.

Jelas Hamziee terkejut, tidak biasanya pria lembut ini bersikap dengan kasar.

Hamziee belum pulih dari keterkejutan dan dia di lemparkan ke atas ranjang.

Wajah Hamziee kalut, dia merangkak mencari jalan keluar.

Setelah hidup dengan kepala tegak, Hamziee untuk pertama kalinya seperti itik.

Baldwin memiliki pribadi yang mengagumkan, jika bukan karena cacat fisik, pria ini pasti telah membalikan negara menjadi kekacauan.

"Ingin Meninggalkan ku? Ingin kembali ke Damaskus?" Baldwin memicingkan matanya.

Bibir Hamziee berkedut. Tidak ada maksud untuk melakukannya. Dia hanya ingin menolong suaminya keluar dari posisi yang sulit. Dia tahu kisah Margharet, dia tahu bagaimana sikap sejati orang ini. Setelah menyebrang, jelas plot asli tidak lagi sama. Dulu Yerusalem hanya akan berperang dengan bangsa eropa Tetapi setelah dia mengubah beberapa plot, hal ini terjadi.

Margharet seharusnya menikah dengan seorang adipati di masa depan, sebagai aliansi mempertahankan kekuasaan ayahnya. Dia sangat terkejut Melihat mereka benar-benar datang dengan proposal.

Sekalipun aku membuka kembali jejak sejarah Yerusalem dalam buku, Margharet tidak akan pernah ada di sana, jadi bagaimana Guy dapat menarik keluarga ini?

Kepala Baldwin terkulai mendapati Hamziee Mengabaikannya. Wanita itu berpikir  sangat keras, hingga mimik di wajah sangat kentara. Dia bisa melihatnya dengan mata telanjang. Bahwa pikiran tidak lagi di sana.

Terdengar dengusan kasar. Tangan besar mencengkram mata kaki. Kesadaran Hamziee kembali dan dia terseret ke tepi ranjang. Wajah keduanya begitu dekat, hingga nafas beraromakan mint membelai setiap inci pori-pori wajahnya.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Dia terlalu terburu-buru untuk mengelak. Kecurigaan tentu menjadi semakin kuat. Tangannya sekali lagi terulur, mencubit kuat Dagu Hamziee. "Hamziee, jika aku bisa, aku ingin sekali Membelah kepalamu dan mengeluarkan otakmu. Aku akan melihat, apa yang kamu miliki disana?"

Hamziee bergidik, ngeri. Dengan gerakan yang lembut dia menggeser duduknya. Untuk saat ini, wajah Baldwin lebih dingin dari hujan bafai salju. Dia akan menggempur tulang mu sampai ngilu.

Baldwin menyipitkan matanya penuh kewaspadaan. Jika wanita ini berani bertindak dengan sembrono, aku akan menawannya.

Pupil mata Hamziee bergetar. Nyali nya terlalu tipis. Dia berusaha menghindari pertemuan Pandangan mereka tetapi dagunya masih di tahan oleh tangan Baldwin.

Apa yang bisa aku lakukan? Dia benar-benar marah, sekarang. Kenapa dia terlihat tidak bahagia? Aku sudah menolongnya, bukan?

Dia menatap Baldwin yang masih menunggu.

'Eoh persetan!'

"Baldwin, aku telah membantumu, tidak bisakah kamu melihat ini?" asa kerutan di dahinya. Bibir Hamziee meringkuk dengan tertekan.

"Membantu?" suara rendah Baldwin sangat dingin, hingga Hamziee bergidik, ngeri. Tubuhnya mengkeret Kehilangan keberaniannya. "Tahukah kamu bahwa hatiku hancur saat tanganku menampar mu, tadi? Tahukah kamu bahwa aku ingin sekali memotong tanganku sendiri karena telah memukulmu? Tidak apa-apa jika kamu tidak tahu seberapa berartinya  dirimu untuk ku, tidak apa-apa jika kamu tidak mengetahui nilainya, tapi jangan pernah memintaku melukai mu karena itu akan menghancurkan ku, Hamziee. Kamu memiliki semua ruangan di dalam hatiku, disana telah ditempati oleh mu sepenuhnya."

Flower of my destiny from the 20th eraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang