20. epilog

315 11 2
                                        

Setelah Zea masuk ke ruangan operasi, kini Ella dan Revan hanya khawatir dengan kondisi Zea, Tampak Lia mondar mandir khawatir dengan keadaan Zea. Dan Revan hanya duduk sambil mengepalkan tangannya, ia masih tak Terima dengan ucapan Raisya tadi. Tetapi ia tak ingin menambah masalah lagi cukup sudah ia pasrah.

Tetapi ia akan tetap terus menerus membenci Raisya dengan geng nya selamanya.

2 jam berlalu..

Belum ada tanda tanda dokter keluar dari ruangan operasi. Beberapa menit kemudian akhirnya dokter keluar segera Ella berdiri dengan cepat, "bagaimana kondisi Zea dok?"

Dokter itu menghela nafas pelan, lalu berbicara, "Pasien atas nama Zea, telah menderita penyakit Asma dan penyakit nya itu semakin parah dan.. Ia juga mempunyai penyakit tumor otakotak, tumor otaknya sudah parah dan sudah memasuki stadium akhir, bisa disebut mati otak, Saya permisi." Ucap dokter itu lalu pergi meninggalkan mereka seorang disana.

"Van? Zea kena Tumor otak dan Asma.."

"Dia gamungkin akan ninggalin kita kan Van..?"

Tanpa banyak bicara segera Revan menarik Ella dan memeluknya di dalam dekapan hangat nya.

Tangis Ella pecah di dalam dekapan lelaki itu, Revan pun turut ikut menangis enggak enggak ini seperti mimpi ini bukan nyata kan? padahal Revan belum saja bertemu Zea. Malah bertemu saat Zea sedang di ambang kematiannya.

Gadis dan lelaki itu pun masuk ke dalam kamar rawat Zea, Terdapat Zea yang tengah berbaring sambil memakai masker oksigen.

Ella pun duduk di kursi dan meletakkan nya di pinggir ranjang Zea.

Gadis itu mengusap surai hitam milik Zea.

"Zea yang kuat ya? kakak yakin Zea kuat kenapa nggak bilang kakak kalau Zea sakit.. Kakak gabisa kehilangan kamu Zea.." Ucapnya dengan senyum pedih.

"Zea anak kuat, kebanggaan tuhan pasti Zea bisa.."

"El.. Zea gabisa lagi buat hidup hidup nya udah ga lama lagi.. tolong ikhlasin aku juga ingin belajar mengikhlaskan dia.."

Revan pergi keluar dari kamar rawat Zea untuk mengatur surat surat milik Zea.

"Kak.."

"Iya? ada apa? Zea perlu apa?"

"Tidak ada.. aku cuma mau ngomong sesuatu."

"Kak, kalau aku udah gaada nanti, kira kira kakak ngapain kalau tanpa aku?"

"Kakak bakal setia pergi ke makam kamu Ze.. kakak bakal kasih bunga bunga harum di makam kamu.. kakak juga sayang sama kamu.." Ucap nya tulus.

"Terimakasih.."

Ella menjawab nya hanya dengan senyuman manis di bibirnya.

"Kak.. aku ingin keluar ke halaman rumah sakit ini."

Ella mengabulkan permintaan Zea segera ia mengambil kursi roda dan mendudukkan Zea di atas kursi roda.

Mereka berjalan menelusuri jalanan rumah sakit yang tampak indah dan tamannya dipenuhi oleh rumput.

"Kak.. makasih ya."

"Kenapa?"

"Karena kakak rela jagain aku, dan kakak rela buat ninggalin kerjaan kakak buat aku, dan juga kalau aku udah gaada tolong kasih surat ini ke mama ku ya?"

Ella hanya mengangguk dan menatap langit langit sore ini.

"Kak.. Shhh t-tolong.."

"ZEA! MANA YANG SAKIT CEPET BERI TAU KAKAK!"

Brokenhome [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang