Serpihan cerita

799 89 2
                                    

Jimin menatap hamparan laut yang membentang sejauh mata memandang. Tangannya terkepal kuat, dengan sorot mata tajam yang sulit di artikan. Namun hanya sebentar, karena detik selanjutnya raut damai dan tenang menyapa wajahnya. Seulas senyum menghiasi bibir ranumnya. Ini adalah hidupnya, dan dia akan menikmatinya sampai akhir.

"Kookie-ah, kau yakin kali ini tidak ada yang mengikuti kita?" Jimin menghampir Jungkook yang sedang duduk santai di sofa mewah kapal pesiarnya. Jangan salah kapal pesiar ini hanyalah bentuk luar dari bentuk kapal tempur paling kokoh yang pernah di buat oleh manusia.

"Tentu saja, percaya padaku Hyung. Semua bodyguard mu juga sudah ku ganti dengan anak buah kita. Aku sudah memberikan mereka pada buaya-buaya kesayanganku." Jungkook terkekeh samar.

" Kali ini kita harus mendapatkan nya kook-ah, juga kerja sama itu. Aku akan mendapatkannya walau nyawaku taruhannya" Jimin mengepal kuat. Persediaan senjata kali ini benar-benar harus dimenangkannya.

"Tidak Hyung, jangan sampai mereka melecehkan mu. Menyentuh seujung kukumu saja tidak akan ku biarkan." Jungkook menggeram tidak suka. Meski dia pihak bawah, kalau dihadapan Jimin dia tetap akan jadi pihak atas sekaligus sepupu dan managernya.

"Apa bala bantuan dari jepang sudah datang?" Jimin masih menatap hamparan air yang berkilaun dibawah cahaya matahari.

" Sudah, dia menunggu kita di tempat yang sudah disepakati. Ingat Hyung, harga untuk mendapatkan mereka terlalu mahal, jadi jangan sampai kita kehilangan mereka." Jungkook lagi-lagi mengepalkan tangannya, dia masih ingat harga yang harus dia bayar demi sebuah kerja sama dengan pihak Yakuza tersebut. Mereka adalah Yakuza buangan dari klan yang sudah hancur.

" Aku tidak mungkin lupa, bagaimana mereka meminta sebuah kapal Paling berharga ku, kapal milik eomma" kapal yang diberikan Jimin kala itu adalah Kapal yang hampir sama kuatnya dengan kapal berkedok pesiar yang sekarang Jimin naiki. Dan terlebih dia sangat menyayangi nya karena kapal itu milik eommanya.

"Ok, Hyung jangan terlalu lama dibawah matahari. Kau artisku Hyung " Jungkook mengedip main-main pada Jimin.

"Apa kau tiba-tiba jadi bodoh? Apa gunanya suncreen terbaik dan dokter kulit terbaik yang kita bawa?" Jimin mendengus sebal.

"Aishhh...jangan galak-galak Hyung, nanti tidak dapat jodoh" lagi Jungkook berusaha membuat suasana lebih hidup.

"Yak, jeon Jungkook....!!! Kesini kau!!" Akhirnya yang terdengar kemudia adalah gelak tawa mereka berdua. Berebut bunyi dengan ombak dan desiran bunyi mesin dari kapal yang mereka naiki. Andai hidup park Jimin hanya sesederhana ketika dia bersama Jungkooknya.

....
Bunyi pedang beradu memekakkan telinga. Darah dimana-mana. Bau amis, anyir membuat pernafasan menjadi sesak. Malam semakin gelap dengan ombak yang setenang karang. Sunyi, namun suara letusan dan pedang yang beradu menjadi begitu nyaring. Suara teriakan dan jerit kematian menggema di seluruh badan kapal.

"Yoongi....!!!! Tetap disisiku...!!!" Taeyang berteriak sekuat tenaga menyuruh yoongi agar lebih merapat kearahnya. Musuh kali ini sedikit banyak, membuat mereka cukup kewalahan. Mereka datang tiba-tiba saat semua orang terlelap. Untunglah yoongi tidak bisa memejamkan matanya kala itu hingga menjadi penjaga menara pengintai.

"Aku bukan anak kecil.....!!!mereka bukan apa-apa bagiku...!!!" Yoongi balas berteriak. Dibanding musuh sebelum-sebelumnya selama mereka berlayar ini adalah kelompok biasa. Sedikit pengalaman namun menang dalam jumlah. Kalau prediksi mereka tidak salah mereka hanyalah perompak gadungan yang kehilangan jati diri di daratan. Atau tahanan yang kabur dan bertahan hidup di lautan.

"Brakkk....dorrrrr" bunyi kabin pecah karena meriam membuat yoongi geram. Ini tidak bisa dibiarkan atau mereka akan tenggelam. Yoongi berlarian seperti singa yang lapar. Memutus segala urat nadi dan memenggal dalam sekali tebasan setiap orang yang ditemuinya. Jerit kematian semakin menggema seiring malam yang semakin pekat. Membuat lautan yang aman damai hiruk pikuk dengan kobaran api yang semakin menghanguskan kapal musuhnya. Yoongi berhasil membakar dua dari tiga kapal yang tersisa. Satunya melarikan diri dengan sisa-sisa anggota yang tersisa.

Taeyang dengan anggotanya yang lain juga sudah berada diatas angin. Mereka mungkin menang jumlah, tapi dalam hal strategi Taeyang adalah ahlinya.

Dalam waktu satu jam semuanya luluh lantak. Kepingan-kepingan kapal yang hangus terbakar berserakan diatas laut yang menghitam karena gelapnya malam. Api sudah padam, menyisakan anyir darah dan daging terbakar. Tubuh-tubuh tak utuh itu mengambang mengotori laut yang begitu di cintai sang mentari.

"Kau terluka?" Taeyang memecah hening saat mereka masih berusaha menarik nafas panjang.

"Sedikit, tidak akan berarti apa-apa" yoongi membalut lengannya dengan potongan kemejanya sendiri. Sayatan pedang jelas-jelas mengoyak dagingnya cukup dalam.

"Ayo masuk, kita obati lukamu" Taeyang melangkah lebih dulu." Yang lain, segera obati teman-teman kita. Besok pagi kita harus sudah baik-baik saja. Jangan lengah, tim pengintai harus selalu siap. Kita tidak tau apa yang menunggu kita dalam kegelapan...!!!" Taeyang memberi perintah pada semua anak buah nya.

"Ini adalah latihan hidup dan mati min yoongi, aku tidak tau kenapa tuan park begitu ingin kamu menjadi bodyguard park Jimin. Sampai-sampai dia melibatkanmu sejuah ini, padahal kalau dia mau dia bisa menaruhmu di bisnis atas. Bukan bisnis bawah tanah seperti ini" memang tuan park, layaknya ketua mafia, mereka memiliki bisnis yang terang benderang diatas Sana. Dimana orang-orang mengganggapnya manusia berkelas yang bersih dan suci.

"Aku juga tidak tau maksudnya. Tapi bagiku asal itu bersama park Jimin tidak masalah" yoongi malah menjawab acuh. Fokus pada luka yang sekarang di beri obat anti nyeri oleh dokter pribadinya.

"Itulah yang aku takutkan, kelemahanmu adalah park Jimin. Yah, meski tuan park sangat menyayangi park Jimin sih, tapi kita tidak tau maksud di balik otaknya"

"Lupakan Taeyang, sekarang fokus saja pada saat sekarang"

"Kau menyebut namaku tanpa embel-embel lagi???!!! Yakkk....!!! Sopan sedikit aku ini lebih tua darimu...!!!! Dan aku ini gurumu kalau kau lupa..!!! Panggil aku Hyung, aku tidak tidak setua kelihatannya". Taeyang mencak-mencak sendiri, sedangkan manusia yang dia protes terlihat begitu tenang dan acuh tak acuh.

"Berisik...!! Aku ingin tidur" yoongi kemudian berdiri menuju kasurnya. Merebahkan diri menyamping tak memperdulikannya taeyang yang sudah memiliki asap di kepalanya.

"Ahh, kenapa aku bertemu denganmu" Taeyang ikut merebahkan diri di kasur miliknya setelah mendesah panjang. Namun jauh di lubuk hatinya dia begitu mencemaskan murid laknatnya tersebut. Kisah cintanya juga kisah hidupnya, nyawanya yang setiap detik berada di ujung tanduk. Dia mendesah Lelah Sekali lagi sebelum akhirnya ikut terlelap bersama mimpi yang siap berkunjung.

....

Tikus Penakluk Beruang (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang