Rahasia hati di balik deburan ombak

727 77 4
                                    

"hentikan yoongi, atau aku akan marah padamu" Jimin berujar saat dirasa yoongi semakin liar menciumi lehernya.

Mereka berdua Kembali duduk seperti sebelumnya. Memberi jarak sedikit agar tidak terlalu canggung. Yoongi masih sibuk mengutuk dirinya dalam hati karena lagi-lagi lepas kendali. Awalnya dia ragu, tapi setelah Jimin dekat dengannya dia semakin yakin kalau itu Jimin. Hingga akhirnya ide gila itu muncul begitu saja. Bagaimana pun Jimin adalah boss kecilnya, meski dia sudah mengungkapkan perasaannya beberapa bulan lalu.

"Maaf, aku hanya ingin memastikan bahwa insting ku tidak salah. Hingga ide gila itu muncul terlebih saat wangi tubuhmu masuk indra penciumanku. Kau mungkin menganggapku mesum dan tidak tau malu, tapi percayalah Jimin saat bersamamu aku selalu lepas kendali" yoongi berucap lirih, namun Jimin bisa mendengarnya dengan baik.

"Aku tidak tau kau ternyata cerewet min yoongi" Jimin masih kesal, hingga dia tidak mau memanggil yoongi dengan panggilan Hyung.

"Kenapa kau lakukan ini?" Yoongi memecah keheningan malam yang tercipta di antara mereka.

"Aku ingin menggapai sesuatu. Hanya itu" park Jimin menatap hamparan laut yang gelap. Misterius dan penuh rahasia di baliknya. Tidak ada yang benar-benar tau lautan itu sendiri.

"Kenapa menyamar?" Yoongi masih belum puas dengan jawaban Jimin. Meski dia tau Jimin tidak akan bercerita banyak. Setidaknya belum.

"Karena aku ingin dikenal hanya sebagai Jimin sang idol. Bukan Jimin yang seperti ini" dia memperbaiki letak topengnya yang sempat bergeser.

"Aku ingin melihat wajahmu" entah keberanian dari mana yoongi memintanya, tapi berbulan-bulan tak melihat wajah cantik itu membuatnya melupakan segalanya demi bisa melihat nya.

Tangannya terulur saat tak ada sautan dari pemilik topeng. Perlahan dengan hati-hati mengangkat topeng yang menutupi wajah cantiknya. Iya berhasil melepasnya, namun ditaruhnya diatas kepala, memiringkan pelan wajah itu kearahnya.

"Ssss...kau tidak ingin tiba-tiba ada yang datang dan melihat wajahmu bukan" yoongi menjelaskan saat wajah yang di arahkan ingin protes tidak terima.

Netra itu beradu. Tenggelam dalam telaga bening milik masing-masing lawannya. Jimin bohong kalau hatinya tidak tergerak, kalau jantungnya tidak berdebar. Kalau tatapan manusia di depannya tidak menghipnotis nya. Hanya saja dia belum siap untuk memikirkan dan menerima perasaannya sepenuhnya.

Larut dalam tatapan masing-masing membuat dua labium itu kian mengikis jarak. Mereka mabuk, dihipnotis oleh indahnya asmara yang kian disangkal kian menyesakkan.

Biarlah, biarlah malam ini park Jimin membiarkan bibirnya mengecap manisnya madu dari kucing yang di pungutnya ini.

Labium itu saling mengecap, menggigit dan menyesap. Berebut siapa yang paling berkuasa. Menyapa segala isi dari mulut sang puja. Rasa yang kian memberikan getaran lain saat semuanya terasa kian samar dan memabukkan. Hanya manis dan manis.

"Hhh...hentikan yoongi. Cukup. Aku belum siap" Jimin berdiri dari duduknya dengan tergesa. Dia tidak ingin larut dengan cinta semu. Dia sungguh tidak percaya cinta itu sepenuhnya. Cinta itu mengerikan, dan dia sudah lama tidak ingin terjebak di danau cinta manapun. Termasuk min yoongi, yang menawarkan segala rasa manis dan rasa aman dalam dekapannya.

"Apa kau benar-benar tidak bisa mencintaiku park Jimin?" Suara yoongi terdengar semakin lirih. "Apa Karena derajat kita berbeda? Dan aku malah tidak tau dirinya jatuh cinta padamu? Lagi pula siapa yang tidak jatuh cinta pada manusia seperti mu? Kau pasti sudah terlalu biasa bukan? Menerima cinta dari banyak orang. Jadi apalah arti diriku?" Tidak pernah yoongi merasa sekerdil ini. Perasaan paling kecil yang membuatnya sesak dan tidak percaya diri.

Tikus Penakluk Beruang (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang