Persiapan

779 80 2
                                    

Park jimin sudah kembali bernyanyi di atas panggung, suara indah bagai symfoni paling dinanti, tarian yang bisa membuat orang panas dingin. Ya park Jimin dengan sejuta pesonanya.

Sudah sebulan berlalu, dia hanya menghabiskan waktunya seminggu di atas lautan yang luas tersebut. Tepat di akhir Minggu dimana jadwal liburnya habis dia kembali dijemput dengan helikopter pribadinya. Jimin harus bisa membuat appa tercintanya tidak curiga atas apa yang dia lakukan di belakang punggung sang appa.

Contohnya bernegosiasi dengan para perompak yang menguasai laut perbatasan. Negara bukan apa-apa dibanding mereka yang sudah hidup puluhan tahun di dalam laut. Terdengar aneh, namun sedikit ilmu hitam terkadang sulit di mengerti ketika berhadapan dengan mereka.

Jimin bahkan tidak bisa bertemu mereka ketika itu, mereka seolah menyatu dengan air laut dan sembunyi di palungnya. Bahkan sering di gadang-gadangkan mereka bisa sembunyi di balik lapisan air yang tipis. Meski hanya sedikit yang mempercayainya. Mereka memiliki raja, dan sang raja hanya berada dalam kegelapan mengawasi pergerakan laut dan seisinya.

"Apa kau bertemu min yoongi dan Taeyang Hyung kemarin Jimin" hoseok akhirnya berani bertanya perihal kepergian Jimin 3 Minggu yang lalu.

"Tidak hobi Hyung, aku hanya bersantai bersama Jungkook sambil menikmati angin laut. Dan jin hyung sangat sibuk akhir-akhir ini" Jimin masih sibuk membersihkan sisa-sisa make-up nya. Terasa lengket terkena keringat dan membuatnya kurang nyaman.

"Hm, padahal aku juga ingin ikut" hoseok terlihat merenggut karena seringkali tidak bisa ikut kemanapun Jimin pergi.

"Kalau Hyung ikut siapa yang akan mengurus semuanya disini?" Jimin menatap sekilas kakak tersayangnya itu. Dalam hati memohon maaf karena belum bisa terlalu terbuka. Semakin sedikit yang tau semakin baik.

"JIMIN HYUNGG...!!! KOOKIE DATANG..!!!" Teriakan Jungkook menggema di seluruh ruangan.

"Astaga Jungkook, kenapa berteriak-teriak begitu?" Hoseok mendesah lelah. Setiap kali berurusan dengan Jungkook selalu membuatnya mengeluarkan stok kesabaran terlalu banyak.

"Hehehehe...maaf hoby Hyung" Jungkook hanya terkekeh kecil sedangkan Jimin sudah terlampau biasa melihat kelakuan adik sepupunya itu.

Deringan ponsel Jimin membuat semuanya terdiam. Mereka berdua menatap Jimin yang sudah mengambil handphone nya santai.

"Hallo, appa. Jimin rindu" wajah Jimin saat mengatakan itu sungguh seperti bayi yang menggemaskan.

"Hey kook, kau yakin umur nya sudah 20 tahun?" Hoseok menyenggol bahu Jungkook, menatap Jimin agak ngeri.

"Bukankah itu sudah biasa hobi Hyung? " Mereka masih memperhatikan Jimin yang sedang menelpon ria dengan appanya.

"Appa, boleh ya Jimin pergi melihat paus biru?" Jimin terdengar seperti merajuk minta permen. Heol, paus biru itu jauh di laut lepas sana. Dan hanya orang yang beruntung saja yang bisa bertemu dengannya.

"Tapi sayang, apa itu tidak berbahaya? Kau akan jauh dari appa nak, appa tidak mau kau terluka. Musuh appa sangat banyak sayang, dan jangan sampai mereka ada peluang menyakiti mu" Suara tuan park di ujung sana terdengar sedikit mengeluh. Semua orang tau betapa besar cinta tuan park pada anak bandel nya itu.

"Tapi appa, aku akan bersama jungkookie, dan semua bodyguardku juga. Appa jangan cemas, aku janji akan pulang dengan selamat" Jimin terus mencoba membujuk tuan park sampai lima menit kemudian hanya untuk meyakinkan. Telpon telah ditutup, Jimin menatap dua orang disana lamat-lamat.

"Kook, appa sudah mengizinkanku. Jadi ayo berpetualang..!!" Jimin bersorak heboh sampai mengepal kedua tangan mungilnya ke udara.

""Sungguh tuan park mengizinkan? Kita akan jauh ketengah laut loh park Jimin? Berapa lama kau dapat izin Hyung?" Jungkook menatap Jimin sangsi.

"Satu bulan, itu cukup bukan. Harus cukup. Waktu kita tidak banyak" Jimin menatap Jungkook penuh arti.

"Yakk, kenapa hanya untuk melihat paus saja kau begitu bersemangat?" Hoseok satu-satunya orang yang tidak tau arah percakapan mereka.

"Hehehhe...ini penting hobi Hyung" Jimin memeluk hoseok, sedikit menyembunyikan rasa bersalahnya.

"Sayang sekali aku tidak bisa pergi" hoseok mendesah Lelah. Lagi-lagi dia pasti akan tinggal. Seperti biasanya.

"Itu Karena kau sangat membantu buat kami hobi Hyung. Pekerjaan mu sebagai hacker sangat kami butuhkan. Jangan sampai siapapun tau kemana arah kami pergi. Termasuk tuan park. Appa tidak akan curiga, karena menurutnya itu demi keselamatanku sebagai artis." Jimin menatap hoseok penuh percaya.

"Jimin, apa kau percaya tuan park tidak tau apa-apa?, Dia sangat menyayangi mu tidak mungkin dia mau lepas kontrol atas dirimu." Hoseok lagi-lagi mendesah lelah, mengelabuhi tuan park sangat sulit.

"Hey, kan biasanya kau menggunakan orang pengganti untukku Hyung? Dari jarak jauh mereka tidak akan mengenali itu beneran aku atau bukan? Aku percaya padamu Hyung" Jimin kembali meyakinkan hoseok agar semua ini bisa lebih mudah.

"Lagipula sebenarnya apa yang kalian kerjakan hah?? Kenapa aku tidak pernah tau apa yang sebenarnya kalian lakukan? Kau tidak mabuk-mabukan dan main wanita di sana kan Jimin?"

"Yak hobi Hyung, kau tau aku bukan orang seperti itu kan?" Jimin berteriak tidak terima. Kenapa hobi hyungnya malah berpikir seperti itu?

"Ok, ok. Jadi, kali ini kalian akan pergi kapan?" Hoseok akhirnya menyerah atas hal-hal gila yang dilakukan mereka berdua.

"Jam 3 dini hari Hyung, dan kau harus bisa membuat seolah-olah aku pergi di siang hari. Menaiki kapal pesiar yang biasanya dan jangan biarkan media apapun mendekat, agar mereka tidak curiga kalau itu bukan aku. Appa akan menatap berita bahwa aku memang pergi bersenang-senang."

"Hah, untung jin hyung itu jenius. Membuat wajah orang lain begitu mirip denganmu kalau tidak di lihat dengan detail. Apa alat pelacak juga sudah ada? Kau bisa menghubungiku seperti biasa kalau ada apa-apa atau kau mau segera pulang " hoseok berulang kali menarik nafas pelan. Meski dia ada dalam ranah dunia gelap ini, tapi dia jarang sekali masuk terlalu dalam. Dia lebih suka tetap bersinar seperti cerahnya matahari pagi.

"Aku akan memberikannya sebelum kami pergi" Jungkook akhirnya ikut bicara setelah lama sibuk sendiri mengurus segalanya. Mereka harus benar-benar teliti, yang mereka kelabui adalah seorang mafia kondang. Meski tuan park sangat menyayangi park Jimin, tapi beliau paling tidak suka di bohongi. Jangan sampai setelah ini Jimin akan dikurung bagai burung dalam sangkar. tidak bisa kemana-mana.

"Baiklah, aku harap kalian tidak melakukan hal gila" hoseok menepuk pundak adiknya halus.

"Tidak Hyung, paling hanya sedikit. Jangan cemaskan kami. Kalau ada apa-apa aku akan langsung memberikan sinyal" Jimin terkikik geli. Hobi Hyung memang sesayang itu padanya. Dan membuat rasa bersalah dilubuk hati nya kian menggelap.

Mereka terus berbincang sekaligus menyiapkan segala keperluan yang menurut mereka penting dalam ruangan luas kedap suara tersebut. Segala bentuk pelacak kamera tersembunyi juga sudah dilakukan sebelum mereka masuk. Akan jadi masalah kalau ada yang menyadap pembicaraan mereka. Untunglah sampai saat ini tuan park tidak menaruh curiga sama sekali pada anak kesayangannya ini. Jimin hanya sedang menikmati perjuangannya, "bersenang-senang".

........

Tikus Penakluk Beruang (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang