Senja

628 69 5
                                    

"appa, tiga bulan lagi umurku akan genap 21 tahun. Hm, menurutmu apa Yang akan ku lakukan setelah itu? Tetap jadi idol atau melanjutkan bisnismu?" Jimin mendusel manja di lengan sang appa. Sekarang mereka sedang duduk di balkon kamar Jimin. Menatap hamparan taman bunga yang sedang bersemi di bawahnya. Sebuah kolam renang yang tenang dan terlihat segar menyejukkan mata.

"Itu terserah maumu sayang, appa akan mendukung segalanya tentangmu" tangan itu mengusap halus surai anaknya. Namun wajahnya mendadak kaku dan keras.

"Benarkah? Appa akan mendukung segala keinginanku?" Jimin mendongak, menatap wajah appanya berseri.

"Tentu saja sayang, kau anak appa. Sudah seharusnya appa membahagiakanmu. Lakukan apa yang kau mau, asal itu membuat mu bahagia" wajah yang semula mengeras sekarang begitu lembut dan menenangkan. Kalian tidak akan percaya dia ketua mafia.

"Aku sayang appa" Jimin menenggelamkan kepalanya di bahu appanya.

"Appa lebih sayang padamu" usapan tangan kekar itu tidak juga hilang dari rambutnya.

"Appa, aku rindu eomma" Jimin berbisik lirih. Antara terdengar dan tidak. Tapi tuan park mendengarnya dengan jelas. Wajahnya kembali beku, diam-diam tangannya mengepal dengan kuat.

"Appa juga rindu eomma sayang. Bagaimana kalau kita ke tempat eomma setelah kamu pulang dari Jepang? Kalau sebelum kamu pergi appa tidak bisa menemani. sebulan ini appa akan sangat sibuk dan sebentar lagi akan berangkat. Konsermu juga seminggu lagi akan di mulai kan?" Tuan park mengubah duduknya, hingga Jimin terpaksa mengurai pelukannya.

"Iya, ayo kita ke tempat eomma nanti ya appa, setelah Jimin pulang dari jepang." Jimin terlihat begitu antusias. Memang, sudah lama dia tidak mengunjungi makam eomma nya.

"Bagaimana dengan kuliahmu?" Tuan park kembali ke posisi semula.

"Lancar appa, lagi pula aku sudah menyusun tugas akhir ku. Dan itu online" Jimin juga ikut merebahkan kepalanya lagi di bahu appanya.

"Bagus, itu baru anak appa. Lalu bagaimana dengan min yoongi. Teman mu yang waktu itu ingin bekerja di jepang?" Memang waktu itu Jimin beralasan yoongi ingin belajar di jepang dulu baru nanti balik lagi. Tuan park tidak masalah, karena yoongi diketahuinya belajar di jepang bersama Taeyang. Taeyang memang memiliki keluarga di jepang dan seorang guru.

"Aku tidak tau appa, semenjak dia ke Jepang aku sudah tidak tau apa-apa lagi tentangnya. Ah, yasudahlah appa. Lagi pula dia bukan siapa-siapa kita. Kita cuma kebetulan mengungutnya. Menolong nya, jadi biarkan saja di bebas asal tidak merugikan kita. Karena sedikit banyak dia sudah tau tentang kita, tapi appa tenang saja. Ada taeyang Hyung yang akan mengurusnya kalau dia macam-macam" Jimin masih menyender, bicara Tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun. Dia sebenarnya sedikit kecewa, apa cuma seperti itu kisahnya dengan min yoongi?

"Appa percayakan padamu, lagi pula buat apa appa repot-repot mengurus gelandangan sepertinya. Biar Taeyang saja yang mengurus hm. Kalau dia macam-macam umurnya tidak akan lama" nada ucapan tuan park terdengar dingin, entah kenapa membuat Jimin tidak senang. Hatinya sedikit bergejolak mengingat min yoongi akan hancur jika salah melangkah. Karena pada nyatanya min yoongi tidak bersama Taeyang, tapi min yoonji. Anak ketua mafia paling berkuasa di jepang. Untung Taeyang mau bekerja sama dengannya dan hanya informasi itu yang sampai pada appanya. Tapi apa benar appanya tidak tau apa-apa?

"Hm, iya appa. Dia juga tidak penting, kenapa kita harus mengurusnya. Oh iya appa, karena appa tidak pulang ketika peresmian istanaku. Bagaimana kalau pulang dari jepang kita bermalam disana?" Jimin menatap appanya berbinar harap. Karena memang sebulan yang lalu ketika istananya selesai tuan park sedang ada urusan di Kanada. Tidak bisa pulang hanya sekedar untuk merayakan peresmian istana kecilnya. Ya, kecil. Sebuah pulau untuknya saja.

Tikus Penakluk Beruang (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang