Perang pertama

603 68 8
                                    

Suara tembakan itu menggema di markas yang Jimin tempati. Bersahut-sahutan dengan bunyi jerit kematian yang kian membumi. Jimin lengah, atau memang ada penghianat di dalam anggotanya. Namun ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan siapa dan bagaimana malam ini di saat dia harus mengistirahatkan hati dan tubuhnya dengan nyenyak malah di ganggu dengan bunyi terompet kematian. Jimin menggertakkan giginya, wajah manisnya berganti dengan wajah tegas yang membuat setiap orang yang menatapnya takhluk. Meski pesona wajah cantik dan imut itu masih melekat, namun tidak ada satupun dari anak buahnya yang berani menatap mata indah nya. Seperti singa betina yang marah karena anak-anaknya di usik.

Mereka semua menatap ngeri, baru kali ini bos mereka terlihat begitu menakutkan. Cantik yang beracun. Indah yang membunuh. Lembut yang mencekik. Bahkan Hyung dan sepupunya tidak pernah melihat sosok Jimin yang seperti ini. Terutama hobi, yang benar-benar jauh dari dunia peperangan. Selama ini dia lebih suka berada di atas, mengatur segalanya yang berkaitan dengan dua dunia milik Jimin. Tanpa ikut bertaruh nyawa dengan menembakkan senjata api atau melayangkan pedang panjang yang siap merobek kulit hingga tulang belulangmu.

Hati Jimin sedang tidak baik-baik saja, tubuhnya lelah. Dia butuh istirahat, tapi ketenangannya di usik membuat jiwa berontaknya tak terbendung. Namun Jimin tau, dia harus berpikir dan bijak dalam mengambil keputusan. Salah langkah dia bisa kehilangan nyawanya dan yang terpenting orang-orang terdekatnya tidak boleh luka sedikitpun. Anggotanya, yang sudah setia menemani di tengah perang miliknya. Ya, perang ini karenanya.

"HOBI HYUNG....AWASSSS.....!!!" Jimin berteriak kencang saat peluru itu tepat meluncur di kearah kepala hoseok. Untung hoseok langsung menunduk hingga hanya mengelus sedikit rambutnya. Jantungnya terasa mau copot.

"Tenang Hyung, aku disini..!" Jimin berdiri di depan hoseok dengan dua tangan penuh revolver keluaran terbaik. Hadiah dari eommanya. Nanti ku ceritakan bagaimana dia menemukannya.

"Jimin, sepertinya tuan park sudah tau rencanamu. Kalau tidak mana mungkin dia mengejarmu sampai membabi buta begini? Dia selalu bermain lembut, apa ada yang tidak beres telah terjadi. Atau tuan park ada mata-mata di antara kita" hoseok ikut memegang pistol terbaiknya. Hadiah dari Jimin atas ulang tahun nya tahun lalu. Meski begitu dia baru menembakkannya satu kali. Dan sekarang mungkin akan dia coba berkali-kali. Tidak mungkin dia membiarkan Jimin terluka gara-gara melindunginya. Sejak bergabung ke dunia Jimin, itu artinya dia harus siap untuk keadaan seperti ini.

"Aku juga berpikir begitu Hyung, jangan lengah Hyung" Jimin menendang sebuah pisau yang melesat tepat ke arah hoseok. Jimin jadi berpikir aneh, sepertinya appanya ingin bermain-main dengan perasaannya. Membunuh orang-orang terdekatnya. Mencoba bermain dengan mentalnya. Jimin menggertakkan giginya. Rahangnya mengeras. Melihat arah serangan Jimin bisa menyimpulkan, kalau mereka tidak bisa menyentuhnya Maka teman-temannya yang lebih mereka incar.

Satu persatu penembak itu berguguran. Bahu kanan Jimin juga sempat kena peluru yang datang dari titik butanya. Untung tidak fatal, meski darah nya mengalir cukup banyak tapi itu bukan apa-apa. Anak buahnya juga sepertinya sudah kewalahan. Musuh semakin banyak, Jimin tidak tau dari mana mereka datang.

"Hobi Hyung, bagaimana dengan Jungkook dan taehyung" Jimin sama sekali tidak melihat mereka. Dia tidak akan memaafkan dirinya kalau sampai mereka berdua terluka.

"Mereka ada di lantai 7, musuh datang lewat tangga darurat. Menusuk dari atas dan bawah. Jimin, jelas ada pengkhianat di antara anggotamu. Kalau besok masih hidup kau harus membereskan mereka segera. Aku tidak mau mati muda, aku belum menikah jimiiinnn...!!" Hoseok sudah menembak 10 kali. Rekor dia mengenai 8 sasaran dari sepuluh. Nafasnya terengah, bulir keringat membasahi wajah dan bajunya. Mereka sudah berkutat selama 2 jam. Sedangkan musuh terus bertambah. Anak buahnya juga sudah hampir di ujung batas.

"Hobi Hyung, kalau kita mati disini, kuharap pernikahan pertamamu dengan bidadari. Meski dosamu banyak" Jimin terus melawan, sekarang dengan tangan kosong. 2 orang pria berbadan tegap langsung melayangkan pukulan saat di rasa peluru Jimin sudah habis. Sedangkan hoseok masih menembaki orang-orang yang mengincar mereka. Luka di lengan kirinya juga terus mengeluarkan darah.

Jimin adalah pemegang sabuk hitam taekwondo, bertarung jarak dekat termasuk ahlinya. Meski tubuhnya terbilang kecil dan langsing jangan coba-coba meremehkannya. Buktinya dua orang berbadan tegap itu sudah berada di bawah kakinya. Dengan tulang kering hancur dan kepala yang retak beradu dengan lantai marmer.

Masalahnya disini bukan keahlian, tapi Jimin kelelahan. Apa kalian lupa Jimin di hajar habis-habisan oleh min pucat yoongi tadi pagi? Dan dia belum sempat istirahat beserta hatinya. Bertarung selama dua jam lebih dengan tenaga yang hampir habis bukanlah ide yang baik.

"JIMIIINNN AWASSS.....!!" Hoseok berteriak kalut saat katana itu melesat ke arah leher jimin. Sedangkan ia harus menghabisi penembak yang tidak pernah habis.

Jimin tidak sempat menghindar. Dia lelah sekaligus itu terlalu cepat, lama menjadi pembunuh bayaran baru kali ini Jimin berada di kondisi paling lemah. Ah, tidak juga melihat gunung mayat di atas kedua kakinya. Membuat lantai menjadi licin karena darah. Sedetik lagi katana itu akan memutus lehernya, bunyi keras memekakkan telinga terdengar begitu nyaring. Katana itu patah dua. Disusul dengan suara tembakan bertubi-tubi dan orang-orang yang berjatuhan bagai bunga yang gugur.

Jimin menatap sayu, dia kehilangan banyak darah. Matanya berkunang, hiruk pikuk yang terdengar memekakkan telinga, Bunyi tebasan, tembakan, dan letusan yang sahut menyahut dengan jeritan kematian terus menggema. Namun sebelum tubuhnya benar-benar jatuh pada tumpukan mayat di kakinya sebuah tangan memeluk pinggangnya erat. Menggendong nya dan memeluknya hangat. Meski tidak jelas rupanya, Jimin masih bisa menyadari siapa yang menyelamatkannya kali ini. Dia semakin membenamkan kepala nya pada ceruk leher sang penolong, menghirupnya rakus. Aroma yang sudah jadi candunya. Hingga akhirnya matanya benar-benar tertutup. Hening, telinga Jimin akhirnya bisa beristirahat dari hiruk pikuknya dunia.

......
"JUNGKOOKKK....JUNGKOOOK SADARLAH....!!!" Taehyung berteriak histeris saat Jungkook terkapar dengan sebuah luka tembak di perutnya. Ini tidak boleh terjadi, dunianya bisa hancur.

"Hey, sadarlah. Kita aman, sekarang kita aman. Bantuan telah datang, aku tidak tau siapa yang membantu kita. Tapi dia ada di pihak kita. Hey, tetap tersadar. Ini bukan apa-apa kan? Kau kuat kan Jungkook. Bukankah kau sudah sering berperang dengan Jimin? Dengan alasan pergi healing? Hey jungkoo-ah" taehyung terus menepuk pelan kepala Jungkook yang dia taruh di pahanya.

"Hyung, tenanglah aku tidak mati. Aku sudah sering kena tembakan. Jangan cemaskan aku. Aku hanya kehabisan energi dan darah hingga aku tidak kuat untuk berdiri" Jungkook masih memejamkan matanya.

"Dasar bodoh, tenang saja. Setelah ini kita akan keluar dengan selamat" taehyung mengusap pelan wajah Jungkook. Dia masih belum bisa pergi kemana-mana, mayat dan musuh bisa jadi masih ada di sekitar sini. Orang-orang masih saling membunuh. Luka ditubuhnya juga tidak bisa di anggap remeh. Dia juga terluka cukup banyak.

"Hyung, aku mencintaimu. Aku harus mengatakan ini seandainya aku mati saja disini" Jungkook berhenti sejenak, membuka matanya dan menatap taehyung tepat di mata. Tangan taehyung terasa menekan cukup kuat di perutnya, menghentikan pendarahan. Sekaligus terkejut akibat ucapannya,"sudah lama, bahkan sejak pertama kita bertemu"

Taehyung tidak mengucapkan apapun, dia lebih memilih melumat bibir ranum Jungkook yang sekarang berubah pucat. Dia senang, amat senang. Tapi dia ingin mengatakan itu di tempat yang indah. Jungkook pingsan dalam ciumannya. Jin hyung datang tepat waktu.

"Angkat dia" jin memerintah anak buahnya membawa Jungkook dengan brangkar. Ini sudah menjadi hal biasa sebenarnya, luka tembak luka tusuk dia sudah lama bermain dengan hal ini. Jin melakukan operasi darurat untuk mengangkat peluru dari perutnya. Untunglah peluru itu tidak sampai melukai organ vitalnya.

Setengah jam jin menyelesaikan pekerjaan nya. Jungkook juga sudah diberikan infus dan tinggal menunggu dia sadar.

"Tenanglah, dia akan baik-baik saja" seokjin menepuk pelan bahu taehyung,"sekarang ikut denganku, kau juga harus di obati"

"Tapi Jungkook, aku tidak mau meninggalkan nya" taehyung takut ada musuh yang tiba-tiba datang dan melukainya.

"Hey, kau meragukanku? Dia aman bersama pengawasan ku. Jadi jangan banyak tingkah ayo atau ku bunuh kau..!" Seokjin menarik kerah taehyung menjauh dari kamar Jungkook. Meski enggan, taehyung akhirnya mengikuti tarikan seokjin untuk mengobati lukanya.

......

Tikus Penakluk Beruang (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang