Masa Lalu Jimin

611 73 3
                                    

Jimin dan yoongi sekarang sedang berbaring nyaman di atas kasur. Saling memeluk satu sama lain, setelah acara yoongi menangis Jimin jadi lebih tenang. Kali ini dia ingin mendengar langsung dari yoongi. Siapa yoonji. Dan kali ini dia ingin egois, apapun hubungan mereka nanti Jimin tetap ingin memiliki yoongi. Apalagi setelah kejadian barusan. Perasaan cinta yoongi tidak mungkin main-main bukan? Jimin tau betul yoongi adalah orang yang paling datar. Tidak tersenyum atau menangis. Bahkan orang-orang disekitar nya hanya tau dia pria berwajah dingin. Dan untuk pertama kalinya Jimin melihat pria dingin ini menangis. Bukankah itu hal yang harus di pertimbangkan?

"Jadi mochiku, kau ingin tau tentang ku dulu atau ingin bercerita terlebih dahulu?" Yoongi memulai percakapan setelah sekian lama hanya berdiam. Tapi diam yang sama-sama mereka nikmati.

"Aku dulu Hyung, jadi apa yang ingin kau tau dariku?" Jimin mendongak, menatap netra sehitam malam milik yoonginya.

"Tentang appamu? Kalau kau tidak merasa itu berat, tapi kalau itu memberatkan mu tidak usah di ceritakan. Aku hanya penasaran, setahuku hubungan kalian sangat baik. Tapi kenapa tiba-tiba tuan park ingin membunuhmu?" Yoongi balas menatap netra yang sekarang terlihat sendu. Dia membawa bibirnya ke dahi yang terkasih. Mengecupnya penuh perasaan seolah menyampaikan bahwa dia ada untuk jiminnya.

"Dia bukan appaku Hyung" Jimin berucap lirih. Suaranya seperti tenggelam di dalam, sedalam luka hatinya.

Yoongi memilih memeluk Jimin lebih erat. Dia tidak ingin memotong dengan sebuah pertanyaan. Kali ini dia hanya ingin menjadi pendengar. Meski sebenernya dia syok dengan fakta yang baru di ketahuinya.

"Appa dan eomma saling mengenal semenjak kelas satu menengah pertama. Appa yang suka menolong dan baik hati mampu membuat eomma jatuh cinta. Ah, pertemuan mereka juga sangat klasik. Dimana eomma yang sedang membawa buku yang banyak bertabrakan dengan appa yang berlari karena takut terlambat"

Jimin berhenti sejenak, menarik nafas dalam lalu sedikit senyuman dibibir ranumnya, "mereka terjatuh berikut buku-buku yang dibawa eomma waktu itu. Saat memungut buku yang berjatuhan layaknya film romantis tangan mereka tidak sengaja bersentuhan. Mereka saling tatap, hingga tanpa di sadari kedua nya saling jatuh cinta."

Mereka semakin dekat dari hari kehari. Eomma yang baru kelas sepuluh dan appa yang sudah tingkat akhir. Waktu terasa singkat oleh mereka yang sedang jatuh dalam asmara. Hingga pada suatu hari appa pertama kali mengungkapkan perasaannya pada eomma. Mereka berpacaran 3 bulan sebelum hari kelulusan appa"

"Appa adalah orang yang tertutup, sangat tertutup. Bahkan eomma yang saat itu sudah berpacaran dengan appa selama 5 tahun tidak tau apa-apa tentang kehidupan pribadi appa. Tentang kakek yang ketua mafia yang paling di takuti. Paling mengerikan hingga membuat lutut para musuhnya gemetar hanya karena menyebut namanya."

Mata Jimin menerawang jauh, sesekali tersenyum lalu sedetik kemudian terlihat begitu dingin. Tangannya tanpa sadar semakin menguat di kaos milik yoongi. Sedangkan yoongi terus mengusap punggung sempit Jimin hanya untuk menenangkan. Apapun itu yoongi tau itu pasti berat untuk Jimin.

"Bahkan eomma juga tidak tau kalau appa memiliki saudara kembar" Jimin menatap yoongi lama. Mengelus pipi pucat itu untuk mengalihkan luka hatinya.

"Suatu hari appa tidak bisa masuk kuliah dan menjemput eomma, saat itu mereka berkuliah di tempat yang sama. Janjian biar bisa terus bersama. Singkat cerita appa meminta saudara kembarnya untuk berpura-pura menjadi dirinya sekali saja. Membantunya masuk kuliah hari itu dan menjemput eomma. Hal yang tidak terpikirkan oleh appa adalah adiknya akan jatuh cinta kekasihnya. Semenjak saat itu diam-diam saudara appa sering berpura-pura menjadi appa agar bisa berkencan dengan eomma".

Jimin menarik nafas dalam. Hatinya sesak. Bahkan saat membaca diary eommanya yang pertama kali ini dia sampai menangis berhari-hari. Luka dan terasa sangat perih.

"Eomma lantas menanyakan keganjilan itu pada appa. Dan appa baru lah dengan amat menyesal karena terlambat terbuka pada eomma mengatakan kalau dia punya saudara kembar" Air mata Jimin perlahan menetes di sudut matanya.

"Tapi saudara appa tidak berhenti. Diam-diam dia masih memantau eomma dari jauh. Hingga pada suatu waktu eomma dan appa menikah. Mereka hidup bahagia. Dan saudara appa juga menghilang semenjak appa menikah. Tidak menghilang sepenuhnya karena appa tau benar dimana adiknya. Tapi kalau itu lebih baik maka biarkan saja begitu. Appa sangat menyayangi paman. Tapi untuk eomma appa ingin egois tidak mau berbagi".

"Hari berganti bulan, aku terlahir kedunia. Cucu pertama ketua mafia. Bahkan ibu baru tau dia menikah dengan anak mafia saat usia kandungan ibu 8 bulan. Ibu sempat kecewa, tapi dia memaklumi dan menerima keputusan ayah.

"Aku tumbuh sehat, semua orang mencintaiku. Bahkan dengan sedikit tawaku saja sudah bisa mengambil semua etensi manusia yang bisa di gapai oleh radarku.  Kata mereka saat tersenyum aku bagai dewa bulan, indah tak terperi. Melengkung seperti bulan sabit. Manis, cantik dan semua pujian baik itu jatuh di bahuku. Banyak orang menatap iri, aku yang kaya raya dapat kasih kedua orangtua dengan melimpah dan wajah yang rupawan. Hey, siapa yang tidak akan merasa cemburu?"

"Ya, kau memang seindah itu sayang" yoongi mengecup pelan bibir ranum Jimin. Bersyukur peri cantik ini adalah miliknya.

"Aishh...Hyung jangan memuji ku begitu hyung" Jimin menepuk main-main dada bidang yoongi.

"Kenapa? Kan orang-orang juga bilang kamu cantik. Kenapa aku tidak boleh yang notabennya pacar sendiri bahkan sebentar lagi calon istri?" Yoongi menatap Jimin dengan tatapa mesum. Mencoba menggoda jiminnya. Agar air mata yang sempat tumpah tidak membawa lagi teman-temannya untuk keluar.

"Ya kalau Hyung mengucapkan jadi beda" Jimin bicara lirih namun masih bisa di dengar oleh yoongi hingga dia benar-benar tertawa sekarang.

"Kau malu?" Yoongi semakin tertawa kencang. Sedangkan Jimin sudah memerah sampai ketelinga.

"Hyung mau dengar ceritaku tidak sih, kalau Hyung nyebelin lagi Jimin mau tidur ajalah" Jimin memanyunkan bibirnya kesal. Dia semakin masuk ke ceruk leher yoongi. Menyembunyikan kepalanya disana.

"Ok ok sayang, maafkan Hyung. Hyung boleh dengar kelanjutan nya?" Yoongi berbisik pelan setelah mengecup mesra telinga Jimin.

"Aishh...jangan jilat juga Hyung" Jimin berusa menjauhkan kepala yoongi dari telinganya saat dirasa yoongi malah mengemut dan menjilatinya.

"Ok ok, setelah itu kenapa lagi?"

"Saat umurku 5 tahun paman pulang kerumah. Dia masih sangat mirip dengan appa. Bahkan banyak orang yang tidak tau sama sekali. Kami tinggal bersama berempat. Aku tidak tau atas usul siapa, yang jelas waktu itu aku malah kegirangan pamanku akan tinggal bersama kami. Jadi teman main ku bertambah. Paman juga suka memberikan ku mainan terbaru. Aku jadi sangat menyukainya."

Lama, lama Jimin termenung. Dia memeluk yoongi erat. Dia butuh tenaga lebih untuk menceritakan lanjutannya. Karena ini menyangkut orang-orang yang amat berarti dalam hidupnya. Orang-orang yang dia percayai dan tempatnya bergntung. Jimin terisak kecil, sedangkan yoongi sibuk menenangkan bayinya.

.......

Tikus Penakluk Beruang (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang