"Ariel, maafin mama. Mama harus melakukan ini. Mama harap kamu tidak membenci mama. "
Suara itu ... lagi-lagi mengusik pikirannya. Dia tidak dapat melihat dengan jelas seperti apa wajah perempuan itu. Hanya suara yang dia ingat.
Dia menatap jalanan itu dengan kosong. Dia tersenyum getir. Betapa menyedihkan hidup di tempat yang kejam itu. Dia sangat iri melihat para remaja seusianya berjalan bersama orang tua mereka.
Sedangkan dia....
"Rasanya aku tidak mau hidup, Nenek. Sampai sekarang aku membenci suara itu. Apapun masalahnya, kenapa harus membuangku? Bahkan nenek yang menemaniku ternyata sama saja dengan mereka. Hn, aku seperti hidup dalam raga tanpa jiwa. Apa yang harus kulakukan, Nek? Apa aku ikut menyusulmu? Aku yakin duniamu lebih indah dari ini, " gumam remaja berusia 15 tahun tersebut.
"Hei, Bocah! Ngapain kau berdiri disitu! Cepat kerja atau kau tidak mendapat jatah makananmu! " Seseorang menghardiknya. Dia menoleh sekilas dan berdecih sinis.
"Aku sudah terbiasa dengan rasa lapar, " gumamnya yang hanya bisa didengar olehnya saja.
Baru saja berjalan tiga langkah, tiba-tiba dia merasa tubuhnya terangkat ke atas. Rasa nyeri menyerang seluruh badan.
'Apa aku terbang? '
Dia tidak mendengar beberapa pekikan dan suara yang tertuju padanya. Di dalam bola mata hitam itu melihat mereka dengan sudut yang berbeda. Dia terkekeh sinis. Bukan manusia saja, dunia juga tidak menerima kehadirannya.
'Nek, akhirnya kita bisa bersama kembali, ' ucapnya tersenyum lega.
Dia memejamkan mata karena tidak kuat menahan rasa sakit di seluruh tubuh. Mungkin Tuhan merasa kasihan pada takdirnya yang begitu malang. Dia bersyukur kisah hidupnya berakhir juga.
Di alam bawah sadar, dia merasa tubuhnya terguncang. Gerakan yang begitu cepat membentuk gelombang besar seperti zig- zag membuat tubuh itu menyusut kecil seperti kacang mete.
Dia tak dapat membuka mata, sulit sekali. Seakan- akan mata ini dilem dengan kuat. Nafas yang terasa sesak seperti berada di dalam ruangan sempit. Dia menggunakan kaki untuk menendang, berharap bisa mendapatkan udara. Dia tidak mau mati di tempat yang asing ini.
Beberapa menit, dia merasa tubuhnya ditarik oleh sesuatu. Apakah seseorang membebaskannya? Dia akan berterima kasih nanti.
'Hm, dimana ini?' monolognya dalam hati.
"Ibu, adik bayi bangun! "
Eh, adik bayi?
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariel Di antara 2 Dunia
RandomMasuk ke dalam dunia novel dan menjadi salah satu karakter di sana tidak membuat Ariel takut atau khawatir. Justru dia bersikap santai dan tidak peduli. Entah apa tujuan para tokoh itu, dia akan melakukan cara untuk mengakhiri cerita yang menyebalka...