Part 1

4.3K 408 13
                                    

Apakah dia harus senang atau sedih? Entahlah, perasaan ini bercampur aduk. Dia sungguh tidak menyangka akan mengalami hal di luar logika.

'Aku harus apa? ' Dia bingung.

Ariel Nanda, namanya sekarang. Dia menyadari itu setelah beberapa menit yang lalu. Si pemilik raga ini, ah—sekarang adalah miliknya—memiliki ibu dan seorang kakak laki-laki saja.

Mengenai ayahnya, dia tidak begitu tahu dan tidak akan mau tahu. Dia juga tidak peduli tentang ibu dan anak tersebut. Untuk sejenak, dia merasa kecewa. Seharusnya, dia bersama nenek sekarang. Pasti di sana, wanita itu mengejeknya. Tidak hanya nenek, langit pun begitu.

'Persetan dengan kehidupan kedua. Aku tak akan berharap dengan kedua orang ini. Selama mereka baik, maka aku akan berlaku baik pada mereka. Ck, sungguh merepotkan! '

Dia memaki dalam hati yang tanpa sadar mengubah ekspresinya. Anak kecil itu merasa gemas dengan muka cemberut Si adik bayi.

"Adik, kamu mikir apa? Wajahmu jelek sekali, " celetuk anak bernama  Kiran Putra.

Ariel mendelik ke arah Kiran. Tatapannya ingin mencabik- cabik mulut Kiran.

"Abang bercanda, Kok. Jangan marah, " ucap Kiran dengan nada membujuk, tetapi  terkesan meledek.

"Kiran, jangan ganggu adikmu. Sana main sama temanmu! " tegur Ibu.

"Bosan, Bu. Lebih enak main sama adik, " jawab Kiran.

"Aduh, anak ini. Temui dulu temanmu. Daritadi dia menunggu di luar, " ujar Ibu menyuruh.

Dengan langkah malas, Kiran beranjak dari tempat tidur. Dia keluar dari kamar untuk menemui temannya itu.

"Ck, mau apa lagi? Aku lagi sibuk, " kata Kiran dengan nada ketus.

Kedua anak seumuran Kiran menengok dengan wajah kesal. " Sibuk apaan! Kamu lupa ya dengan tugas kelompok kita? "

"Tugas kelompok yang mana? " Kiran mencoba ingat. Namun, otaknya yang sekecil kacang mete tidak dapat diajak berdiskusi.

"Masih muda sudah pikun, " sahut anak lain. Kiran menatapnya tajam. "Apa?! " balas anak itu galak.

"Kalian ini, ais! Mending kita kerjakan langsung daripada bertengkar, " ujar anak perempuan itu. Dia mulai jengah.

"Kemana? " tanya Kiran.

"Di rumah dialah! " ujar anak bernama Rama itu.

Kiran melirik sinis. "Tunggu dulu. Aku mau pamit sama Ibu. " Kiran berlari kedalam.

"Bu, Ibu! Kiran keluar sebentar sama teman! " teriak Kiran. "Kerja kelompok, " sambungnya.

"Iya, hati-hati! " sahut Ibu dari dalam kamar.

Usai berpamitan dengan Ibu, Kiran mengayuh sepeda menyusul Rama dan July yang sudah berangkat duluan.

Sementara itu, Ibu sedang menyanyikan lagu tidur untuk Ariel. Sebelumnya, Ariel sudah disusui. Itupun pada awalnya sempat ditolak Ariel.

'Mataku ngantuk. Nyanyian wanita ini ampuh juga. ' Ariel merasa kagum. Dia akan mengingat lagu ini. Siapa tahu berguna di masa depan, hehehe.

Halo, Tuan!

Mata yang semula terpejam mendadak terbelalak. Dia sungguh kaget. Hampir saja ususnya keluar, eh?

Suara apa itu? Dia bertanya dengan penasaran.

Saya adalah pendampingmu, Tuan.

Pendamping? Apa dia istriku? Tapi, suaranya cowok. Ariel bingung.

Sosok yang mendengar isi hati Ariel langsung berekspresi datar. Hei, dia normal tahu! Ingin sekali dia protes.

Pejamkan matamu, Tuan. Lalu, bukalah lima menit kemudian.

Ariel manut. Dia memejamkan mata. Lima menit berlalu, baru dia membuka mata. Seketika matanya melebar dengan mulut ternganga. Dihadapannya, sesosok manusia mini dengan telinga lancip sedang berdiri.

"Si—siapa kau ini? " tanyanya was- was.

"Nama saya Puri. Saya adalah seorang peri pembimbing yang ditugaskan untuk menemani anda di dunia ini. " Makhluk sebesar kelingking orang dewasa itu membungkukkan sedikit badan.

"Peri? Pembimbing? Dunia? Maksudmu apa? " Eh, Dia baru sadar bisa bicara dengan normal dan tubuhnya seperti dulu. Sebenarnya ini tempat apa?

"Dunia novel. Yang mulia menciptakan ini untuk anda, dan beliau memilih anda untuk menyelesaikan ceritanya, " jelas Puri.

"Dunia novel? Yang mulia? Apakah itu author? " Dia bertanya ragu. Dia pernah membaca novel yang tak sengaja dibuang oleh seorang siswi berseragam SMA. Karena penasaran, dia memungut buku tersebut.

Puri mengangguk dengan antusias."Benar.Saya terlahir dari pikiran Yang Mulia. Saya memilih untuk membantu beliau dengan mengirim roh anda sebagai percobaan pertama manusia asli ke dunia ini, " ungkap Puri.

Ariel menatap Puri jengkel. Itu berarti dia hanya bahan uji coba. Dia merasa nasibnya begitu miris. Lagian dia juga tidak peduli dengan hal ini.

"Mau dunia novel atau tidak, aku tidak peduli. Sekarang kembalikan ak—hei! " Ariel kaget saat tubuhnya terangkat ke udara. "Apa yang kau lakukan? Turunkan aku! "

"Saya akan melakukannya, jika anda memenuhi keinginan Yang Mulia, " jawab Puri.

"Dasar pemaksa! Kalau aku tidak mau? " Dia menantang Puri.

"Saya akan menghilangkan roh anda, " jawab Puri enteng.

"Cih, menyebalkan. Baiklah, Aku akan memenuhi keinginan konyol Yang Mulia- mu itu, "ucapnya dongkol. Untuk sekarang, dia terpaksa jadi anak yang patuh.

Puri menurunkan Ariel dengan pelan. Dia menyentuh kening Ariel dengan telunjuk. Ariel tersentak dan mendadak tak sadarkan diri.

Ketika terbangun, dia sudah berada di tempat yang tadi. Disampingnya ada wanita tertidur dengan pulas. Siapa lagi kalau bukan Ibu dari pemilik raga ini.

"Wanita ini bernama Putri Larasati. Dia adalah Ibu kandung dari protagonis pria bernama Kiran Putra yang sudah tercatat dalam novel ' Buah hatiku'. Tokoh Ariel tidak terdapat dalam kisah itu. Dia hanya sebuah nama yang disebutkan oleh wanita tersebut. "

'Apa aku bukan karakter penting?'

"Mungkin saja. Karena itu, kau hadir disini cuma sebagai pemanis. Kehadiranmu sudah mengubah alur cerita. Tentu saja butuh pengorbanan dengan menghilangkan satu karakter. ".

'Menghilangkan satu karakter? Siapa itu? '

" Karakter antagonis. "

'Berarti aku yang akan mengganti karakter itu, ' kan? '

"Itu tidak bisa dibenarkan. Antagonis tetap ada dalam kisah ini. Akan tetapi, dia akan digantikan dengan orang lain, dan mungkin dia lebih berbahaya. "

Ariel menatap Puri yang duduk di hidungnya dengan datar. Ah sudahlah, dia tidak begitu peduli. Persetan dengan protagonis dan antagonis. Jika mereka menggangunya, tinggal lenyapkan saja.

"Jangan berpikir yang aneh, Tuan. Kau akan terlihat dalam kisah mereka. Tidak, kau sudah terlibat sebelumnya. Aku sudah menjelaskan poin pentingnya. Aku akan datang nanti. Tidak usah khawatir, kau akan baik- baik saja karena aku disini. "

Puri menghilang dari pandangan Ariel. Ariel menghela lega. Kepalanya tertoleh mendengar suara pintu terbuka. Dia menatap dengan waspada.

' Siapa dia? '

Tbc.












Ariel Di antara 2 DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang