Part 2

3.1K 364 8
                                    

Ariel menghirup napas lega. Dia hampir terkena serangan jantung. Tidak lucu kalau dia mati muda saat ini. Salahkan pria itu yang memiliki wajah menyeramkan. Kenapa juga dia berjalan bak seorang pencuri.

Ngomong- ngomong, dia siapa ya?

"Bang, Kamu disini? " Wanita itu terbangun. Dia menatap pria yang sedari tadi fokus pada Ariel.

"Dia  ... ? " Pria itu menunjuk Ariel dengan penasaran.

"Namanya Ariel Nanda, putra bungsuku, " jawab Ibu dengan senyum manisnya.

"Sejak kapan? " tanya pria berambut british itu.

"Saat dia pergi meninggalkanku? "

"Apa dia tahu? " Ibu menggeleng. Ariel yang menyimak mulai menatap ibunya bingung. Ariel bertanya- tanya dalam hati. Siapa 'dia' yang dimaksud oleh mereka?

"Jangan biarkan dia tahu. " Tampak raut kemarahan tercetak jelas di wajah tampan itu. Dhani, abang kandung ibunya. Kiran menyebutnya dengan Om galak.

"Om galak! " seru Kiran. Dia menghampiri pria berkulit hitam manis itu. "Kapan Om disini? "

"Baru saja. Kamu darimana? " tanya Dhani. Dia menatap penampilan Kiran yang berantakan.

"Dari—" Ibu langsung menyela. "Langsung mandi, Kiran! "

"Iya, Bu! " Kiran berlari ke kamar mandi.

"Apa dia seperti itu? " tanya Dhani heran.

"Kau seperti baru mengenal putra sulung ku, Bang, " celetuk Ibu.

"Ah, bukan begitu. Kukira dia anak yang kalem, " jawab Dhani pada Putri, nama Ibu.

Ariel memperhatikan kedua orang itu bicara. Dia merasa ngantuk dan ingin tidur sekarang.

'Sampai kapan mereka ngobrol? Ceritanya membosankan, ' ucap batinnya.

Samar- samar Ariel mendengar mereka menyebut dia lagi. Dia menjadi penasaran. Sifat keponya meronta- ronta ingin keluar. Sayang, dia masih seorang bayi.

Sore hari, Ariel dibawa oleh Om Dhani jalan- jalan. Tentu dia sangat senang. Dia sungguh bosan berada di dalam rumah terus.

"Om galak, Adik senang! " seru Kiran.

"Hm, dia sangat senang, " sahut Dhani sambil mencium seluruh wajah Ariel. Ariel menatap pria berusia 30 tahun itu dengan sinis. Dia merasa jijik dengan air liur yang membasahi wajah tampannya ini. Oh, sepertinya dia sudah ternodai oleh bibir jahanam itu.

"Om galak, kapan nikah? Kiran mau punya Bibi, tapi jangan galak seperti Om, " celetuk Kiran dengan wajah mengejek.

Dhani mendengkus kesal. "Tenang saja. Bibimu sudah didapatkan. Dia sama seperti ibumu, " jawab Dhani.

Kiran menatap dengan binar. "Bolehkah Kiran bertemu dengan Bibi? " tanyanya antusias.

"Tentu sa—" Ucapannya terpotong oleh sebuah suara. Raut wajahnya berubah datar. Dia menatap wanita berambut pendek sebahu dan bergaun minim itu dengan tajam.

"Dhani, Kamu disini? Astaga! Tidak kusangka bertemu denganmu di tempat ini. Oh, apa mereka anakmu? "

"Bukan urusanmu! " jawab Dhani ketus.

"Dhani, kau sungguh kejam. Padahal dulu kau lembut padaku, " ucap wanita itu sedih.

"Itu cuma masa lalu, Rosa. Antara kau dan aku sudah berakhir sejak lama. Mungkin waktu itu, aku buta sampai bisa jatuh cinta  pada wanita culas sepertimu, " tutur Dhani. Dia menatap bengis pada mantan kekasihnya. Tidak ada sinar cinta dimata itu. Hanya ada kebencian yang begitu besar.

"Mama, siapa dia? Apa dia ayahku? " Sebuah suara anak kecil mengalihkan perhatian mereka, termasuk Kiran.

"Dia adalah protagonis perempuan, cinta pertama Kiran, " sebut Puri dalam pikiran Ariel.

"Novel 'Buah hatiku' memiliki jilid 2 dimana terdapat kisah cinta Kiran dengan gadis kecil itu. Entah mengapa alurnya digabungkan jadi satu. Mungkin ini efek samping dari kehadiranmu, " sambung Puri lagi. Ariel cukup mendengarkan saja. Biarkan hari ini dia menjadi penonton.

Rosa menatap putrinya dengan lembut. Tatapan itu tulus seperti ibu kepada anaknya. "Bukan, Sayang, " jawab Rosa.

Gadis kecil itu menunduk sedih. Ariel akui dia sangat imut karena wajah chubby dengan mata sipit seperti orang china, ditambah raut polos yang tidak dibuat- buat.

"Tidak apa- apa, Mama. Aku bisa menganggap Om ini sebagai ayahku. Apalagi Om ganteng, " ucapnya malu- malu.

Hm, Ariel menarik kata- katanya. Sepertinya sebutan polos tidak cocok untuk gadis kecil itu.

"Enak saja. Om galak tidak akan pernah mau. Cari saja orang lain untuk menjadi ayahmu! " seru Kiran tidak terima. Dia memeluk lengan Dhani posesif.

"Ta—tapi, Aku mau Om ganteng ini, " ucap gadis kecil itu gugup. Dia tidak berani menatap Kiran.

"Mana bisa gitu. Om galak, ayo pergi! Kiran nggak suka disini. Banyak orang caper. " Dia menatap gadis kecil itu sinis.

"Aku nggak caper, ya! Om, lihat dia mengejekku! " adunya manja.

Dhani tak acuh. Dia menarik Kiran dan meninggalkan dua makhluk tak penting itu.

"Mama, kok om-nya pergi? Kejar dong, Ma!" rengek gadis kecil itu.

"Biarin saja, Sayang. Nanti juga kita bertemu dengan calon ayahmu, " ucap Rosa.

"Mama nggak bohong? " tanya Bunga penuh harap.

"Tentu saja. Mana mungkin mama bohong, " jawab Rosa.

"Awas, kalau mama bohong! Bunga nggak mau bicara lagi sama mama, titik! " tegas Bunga. Rosa tersenyum manis. Dia membawa bunga masuk ke dalam sebuah mall. Sebetulnya, dia dan Bunga mau jalan- jalan dan tidak menyangka bertemu dengan mantan kekasih. Semakin lama, pria itu semakin tampan saja. Dia lebih fresh dari yang dulu.

'Apa aku coba mendekatinya lagi? ' pikir Rosa. Dia melirik Bunga yang tertawa bahagia bersama teman- teman yang lain.

'Sepertinya tidak buruk. Bunga sangat menyukai Dhani. Aku yakin Dhani juga, 'gumamnya.

Kepercayaan dirinya meningkat saat teringat dengan seorang bayi yang digendong oleh Dhani. Terlihat lelaki itu menyanyangi anak tersebut.

'Tidak peduli siapa anak itu. Aku rasa bisa memanfaatkannya untuk mendekati Dhani lagi, " ucapnya menyeringai.  Ibu yang berdiri di sebelah menatap Rosa aneh. Diam-diam dia menjauh dari wanita tersebut.

Hacchui!

Ariel mendadak bersin hari ini. Apa ada yang membicarakannya? Pasti orang itu mengucapkan sesuatu yang buruk. Awas saja kalau mereka bertemu.

"Tuan, ada informasi baru untukmu! "

Ha? Apa lagi ini?

Ditempat yang jauh, sekumpulan orang sedang berjalan menuju sebuah gedung yang berbentuk telur, jika dilihat dari jauh. Tampak di tengah mereka, ada anak kecil dengan kedua tangan terikat rantai besi. Begitu dengan kakinya. Anak itu menunduk dengan sebagian wajah ditutupi dengan rambutnya.

"Tuan, karakter antagonis baru sudah muncul. Dia lebih berbahaya dari antagonis lainnya. Anda harus hati- hati."

'Merepotkan sekali. Aku ingin hidup tenang, ' gerutu Ariel dalam hati.

'Aku tidak takut, Puri. Dia dan aku tidak ada bedanya. Kami hanyalah sebuah karakter yang terpaksa bermain peran dan pastinya orang itu sudah merencanakan ini. Tapi, tidak masalah. Aku pastikan dia tunduk padaku, termasuk orang itu juga! ' tekad Ariel.

Puri menatap Ariel dengan rumit. Perasaannya tidak bisa digambarkan. Yang harus dilakukan olehnya adalah menemani Ariel dan membantu saat terdesak saja. Ini semakin menarik! Puri sudah tidak sabar.

Tbc.





Ariel Di antara 2 DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang