Happy reading
0o0
Dia menyeret tubuhnya menjauh dari lingkaran itu. Pandangannya was- was ke sekitar. Dia takut salah satu dari mereka melihatnya kabur.
"Aku harus memberitahukan ini pada abang..., " gumamnya lirih.
Ringisan kecil terdengar lemah di bibir yang terluka itu. Dia berusaha untuk melangkah dengan cepat supaya sampai ke tempat tujuan.
Tiba-tiba dia merasakan pusing di kepala. Pandangannya mulai mengabur disertai kondisi yang lemah akibat ramuan itu.
"Aku harus.... "
Brukkh!
"—cepat.... "
Dia tergeletak tidak berdaya di rerumputan. Sesosok makhluk yang sejak tadi mengamati dari jauh perlahan mendekat karena penasaran.
Matanya melebar saat melihat wajah pria itu. "Dia mirip sekali dengan Ariel, " gumam roh yang tak lain Ratu—Nenek angkat Ariel.
"Siapa di sana?!"
Ratu sontak kaget. Tanpa ba atau bu, Dia mengangkut pria itu di pundaknya ala karung beras. Ratu langsung menghilang dalam sekejap bersamaan dengan kedatangan seseorang.
"Perasaan aku mendengar suara orang. Dimana dia? " tanyanya heran. Manik hitamnya bersirobok dengan bercak merah yang menempel di rumput.
'Darah? ' Ketika dia ingin memeriksa, seseorang memanggilnya.
"Ayah!! "
Kepalanya tertoleh. Dia menatap remaja yang berlari ke arahnya.
"Bintang, ngapain kamu ke sini? " tanya pria yang tak lain Andrian itu.
"Ayah, Bang Kiran menghilang! " lapor Bintang dengan napas ngosh- ngoshan.
"Apa?! "
Di situasi yang berbeda, seorang wanita sedang mengeluarkan sesuatu dari bagasi mobil. Dia tersenyum puas.
"Ini akan menjadi hari yang bagus untukku. " Tanpa ragu, Dia melempar karung tersebut ke sungai yang berada di bawah jembatan. Dia berharap karung itu terdampar ke tempat yang sangat jauh atau bisa juga dimakan oleh ikan Hiu.
"Selamat tinggal—"
"Keponakanku tersayang. " Dia melambaikan tangan ke udara sebelum meninggalkan lokasi.
Waktu yang bersamaan di rumah keluarga Ariel, semua orang mendadak panik dengan hilangnya Kiran. Putri sampai pingsan beberapa kali. Anika yang sedang sibuk di luar langsung pulang. Dia sangat cemas dengan keadaan Putri.
"Ada apa ini? " tanya Dhani yang datang bersama Rosa. Dia menatap bingung semua orang, terutama adik perempuannya.
"Putri." Dhani menghampiri Putri yang dipeluk oleh Anika. "Apa yang terjadi pada adikku? " Dia menatap mereka satu persatu. Namun, tidak ada jawaban dari mereka. Semuanya bungkam.
"Adik ipar! " Rosa tampak khawatir. Dia mendekati Putri.
"Kiran diculik, " jawab Maskara.
"Apa?! " Dhani sontak terkejut. Sedangkan Rosa menutup mulut sambil menggelengkan kepala.
"Bagaimana bisa dia diculik dalam rumahnya sendiri?!" tanya Dhani marah. "Apa tidak ada satupun yang menjaga Kiran, ha?! "
"Dhani, tenangkan diri—"
"Diam! " Dhani memotong kalimat Andrian. Dia menatap tajam Andrian. "Ini semua karena dirimu. Aku yakin sekali kepergiaan Kiran bersangkutan denganmu. Kalau saja kau.... " Dia tidak dapat melanjutkan ucapannya karena terlampau geram dengan pria ini.
"Dimana Andre dan Frans? " tanya Dhani usai meredakan emosi. Dia tidak melihat keberadaan pria itu.
"Suamiku sedang di luar kota dan Andre belum pulang dari rumah sakit, " jelas Anika dengan cepat.
"Telepon mereka, cepat! " titah Dhani.
"Ba—baik." Anika mengeluarkan ponsel dari saku dan memencet tombol dengan asal.
'Kiran diculik? ' batin seseorang. Diam-diam Dia kembali ke kamar. Dia ingin memberitahukan kabar ini pada seseorang.
'Kemana dia? ' Seseorang memperhatikannya dan mengikuti dari belakang. Tak seorang pun menyadari kepergiaan dua orang itu.
****
"Naga, ada apa? " Ariel yang sedang membaca buku menoleh ketika pintu kamarnya dibuka. Dia belum mengetahui masalah yang terjadi di luar.
"Na—" Ariel terdiam melihat orang itu.
"Apa yang kau inginkan? " tanya Ariel waspada. Dalam situasi ini, Puri tidak ada bersamanya. Dia harus tahu tujuan orang tersebut. Jangan sampai bertindak gegabah.
"Ikutlah denganku. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu, " bujuk pria itu.
Ariel tersenyum sinis. "Kalau aku tidak mau? " tawar Ariel dengan wajah mengejek.
"Maka Aku membawamu dengan paksa, " jawabnya.
"Diluar dugaan...." Ariel terkekeh hambar."Aku tak mengira kau bisa bertindak seperti ini. Entah apa tujuanmu, tapi aku yakin bukan hal yang baik, "lanjut Ariel. Dia menatap dengan seksama. Postur orang ini sangat mirip dengan seseorang.
"Nak, Aku membujukmu dengan baik. Jangan sampai aku bertindak kasar dan melukaimu. Turuti saja perintahku. Aku tidak punya waktu yang banyak untuk bercanda dengan bocah sepertimu! "
"Oh, ya? " Ariel tersenyum remeh." Lalu, untuk apa juga aku mematuhimu? Kau bukan orang mulia yang harus aku hormati, " ujarnya sinis.
Ariel diam-diam merasa puas dengan ekspresi marah yang tercetak dengan jelas di wajah orang tersebut.
"Benar- benar keras kepala!" decaknya. Pria itu berjalan cepat ke arah Ariel. Saat Dia akan meraih lengan Ariel, seseorang menendang punggungnya hingga terpental ke dinding.
"Ariel, Kamu tidak apa- apa? " Naga memegang bahu Ariel. Matanya menelisik penampilan Ariel untuk memastikan tidak ada yang lecet sedikitpun.
"Aku tidak apa - apa, Naga. Terimakasih sudah menolongku, " ucap Ariel dengan senyuman tulus membuat Naga tertegun sejenak.
Naga menggelengkan kepala sebentar , lalu Ia menatap ke depan. "Lho, dimana orang jahat tadi? "
Ariel ikut menengok. Dia melihat tempat orang tadi tergeletak dengan pandangan yang sulit diartikan.
'Apa tadi itu Keen? Posturnya mirip Keen. Tapi, mengapa Keen mengincar Ariel? Jangan-jangan ini.... ' Naga menduga- duga. Jika itu Keen, maka dia harus melakukan sesuatu.
'Sudah kuduga dia kabur dengan cepat. Aku tak boleh tinggal diam. Sepertinya ada yang disembunyikan oleh keluarga ini, dan mungkin berkaitan denganku juga.'
Ariel menyimpulkan dalam hati.Sepasang mata diam-diam meninggalkan tempat itu. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seribu pertanyaan berderet di otaknya.
"Bunga, darimana saja? "
Gadis itu mendadak berhenti dengan jantung berdebar kencang. Dia menatap pria itu takut- takut. "A—Aku dari kamar mandi, Om, " jawabnya gugup. Wajah dan telapak tangannya sudah berkeringat dingin.
"Per—Permisi, Om. " Dia berjalan tergesa- gesa tanpa menoleh.
"Ada apa dengan gadis itu? Kenapa reaksinya seperti melihat hantu saja. Aw, punggungku sakit sekali! " jerit Pria itu. Dia harus ke kamar untuk mengobati punggungnya.
"Kuat sekali bocah itu. Kenapa juga dia datang? Aku jadi gagal menculik anak itu," ucapnya geram. Dia menggertakkan gigi dengan tangan mengepal erat. Sorot mata itu begitu menakutkan selayaknya predator.
"Lho, Mas Frans? "
"A—Anika.... "
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/344856442-288-k429815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariel Di antara 2 Dunia
De TodoMasuk ke dalam dunia novel dan menjadi salah satu karakter di sana tidak membuat Ariel takut atau khawatir. Justru dia bersikap santai dan tidak peduli. Entah apa tujuan para tokoh itu, dia akan melakukan cara untuk mengakhiri cerita yang menyebalka...