Part 10

1.2K 149 3
                                    

"Huh, lelah sekali, " gumam seseorang sambil menguap. Dia membuka pintu rumah dengan kunci cadangan yang dibawanya.

Jam menunjukkan pukul 00. 30 . Pada jam segini yang lain pasti sudah tertidur. Pria memakai hodie abu- abu itu berjalan menuju kamarnya.

Gerakan kakinya berhenti melihat seseorang berhodie hitam keluar dari kamar salah satu keponakannya.

'Postur tubuhnya mirip.... ' Dia mengikuti orang itu secara diam-diam. Dia sangat penasaran dengan apa yang dilakukan sosok familier di tengah malam ini.

'Ngapain dia ke halaman belakang? ' Alisnya mengerut. Dia mengintip dengan wajah serius. Manik matanya melebar ketika orang yang dikuntit sedang berbicara dengan sosok lain berpakaian sama.

"Siapa di—mmp!! " Sepasang tangan membekap mulutnya. Dia diseret dan menghilang dalam kegelapan itu.

"Kayak suara orang, " gumam remaja berhodie itu. Dia menoleh untuk memastikan tidak ada orang yang mengintip mereka.

"Ada apa? " tanya orang di depannya.

"Ng, tidak ada. Mana barangnya? " Remaja itu menengadahkan tangan.

"Ini. Dengar, Kau harus hati- hati melakukannya. Kalau kau gagal, maka—"

"Aku mengerti, " sela Remaja itu cepat. Dia berbalik sesudah memasukkan sesuatu ke saku hodie.

Mereka tidak menyadari ada yang memperhatikan interaksi mereka dari balik tembok.

'Aku tidak percaya ini, tapi untuk apa mereka.... ' Dia menutup mulut sambil geleng- geleng kepala. Dia buru- buru pergi sebelum kepergok oleh mereka. Bisa bahaya kalau salah satu dari mereka tahu.

****

Seperti biasa, Ariel dan keluarganya sarapan bersama. Kali ini Anika yang memasak. Menu sarapan mereka adalah nasi goreng hijau dan ada bermacam bentuk telur sesuai kesukaan masing- masing.

"Oh ya, Bang Kiran di mana? " tanya Bintang.

"Bang Maskara, Bunga juga. Kemana mereka? " sambungnya dengan raut keheranan.

"Kiran lagi di kamarnya. Kalau Maskara dan Bunga, mereka sudah berangkat dari jam lima, " terang Putri.

"Cepat banget, " ucap Bintang takjub. Dia menyuap sesendok nasi goreng.

Ariel menatap nasi goreng. Dia melirik yang lain. Mereka makan dengan lahap.

'Kenapa aku jadi tidak berselera? ' batinnya lesu.

"Ariel, jangan makan itu! " peringat suara dalam pikiran Ariel.

'Kenapa? ' tanya Ariel bingung.

"Turuti saja kataku! " ucap Puri dengan tegas.

"Lho, nasi gorengnya kok tidak dimakan, Ariel? " tegur Putri.

"Masakan Mama nggak enak ya? " tanya Anika sedih.

Frans dan Andre menatap Ariel instens. Andrian melirik anaknya.

"Kenapa tidak dimakan? " tanya Andrian.

"Nggak selera, Ayah, " jawab Ariel tidak semangat.

"Ariel sakit? " Naga menempelkan punggung tangannya di kening Ariel. "Panas! " Dia terkejut.

"Bawa saja Ariel ke kamar, Naga. Biar Ibu bawakan obat dan bubur nanti, " suruh Putri.

"Gimana dengan nasi gorengnya? " tanya Naga.

Bintang langsung menyahut. "Untukku sa—"

"Tidak! " potong Ariel cepat. "Aku akan memakannya di kamar. " Ariel memberi kode melalui gerakan bibir pada Naga untuk membawakan makanannya.

"Yahh.... " Bintang menatap kepergiaan dia orang itu dengan kecewa.

Setiba di kamar, Ariel langsung membuang nasi goreng itu ke tempat sampah. Naga terheran- heran dengan apa yang dilakukan oleh Ariel.

"Kenapa makanannya dibuang, Ariel? " tanya Naga seraya mengekori langkah Ariel.

"Ada racun dalam makanan itu, " jawab Ariel tanpa menoleh. Dia mencari sesuatu di rak buku.

"Racun?? " Naga berhenti sejenak. 'Apa ulah dia?' monolog batin Naga. Dia memikirkan obrolannya dengan seseorang beberapa hari yang lalu. Tidak mungkinkan...?

"Ingatlah tujuanmu, Naga. Aku sudah memikirkan rencana ini sejauh ini. Kau tidak boleh gagal dalam misi ini atau.... "

"Aku mengerti, Yang Mulia. Hamba adalah milikmu. Hamba tidak akan tunduk pada siapapun, kecuali ... padamu. "

"Anak baik. Tidak sia- sia aku membelimu dengan harga mahal. "

Lamunan Naga buyar saat mendengar panggilan Ariel. Dia menoleh dengan hati yang berkecamuk.

'Aku tidak boleh seperti ini.... '

"Naga! Ais, lagi-lagi kau melamun. " Ariel geleng- geleng. Ah, sudahlah. Percuma saja dia bicara. Lebih baik dia cari petunjuk di kamar ini.

'Hm, ini.... " Dia terdiam melihat buku yang tidak asing. Bukankah buku ini tidak ada di sini? Kenapa tiba- tiba....

"Aneh sekali, " gumamnya kecil.

Ariel membuka halaman kedua yang belum sempat di baca. Dia hanya melihat beberapa tulisan aneh yang tidak dimengerti.

Matanya bergulir saat dia membolak- balikkan halaman tersebut. Tatapannya terpaku pada sebuah tulisan.

'Ariel Nanda? ' pikir Ariel. 'Kenapa namaku ada di sini? '

Pandangannya menurun ke bawah. Jantungnya berdetak kencang. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang dilihat barusan.

'Tidak mungkin.... '

Dia tersenyum getir. Pancaran matanya meredup. Bibir itu bergetar hebat. Cairan bening lolos dari pelupuk mata. Dia tidak mengira akan mendapatkan kejutan ini.

Konyol....

'Jadi, orang itu adalah ... ' Dia tak mampu untuk bicara. Entahlah, dada ini terasa sakit sekali. Orang yang selama ini dicari ternyata sangat dekat dengannya. Lalu, kenapa mereka membuangnya? Apa karena dia....

Dia ingat dengan obrolan Dhani dan Putri waktu masih bayi.

"Kalau kau membencinya, kenapa beri nama anak itu pada anakmu?" tanya Dhani bingung.

"Aku memberi nama itu karena tidak mau melupakan kejadian itu. Aku harus tetap mengingat sampai kapanpun agar tidak terjatuh untuk kedua kali saat kembali padanya. "

"Aku tidak mengerti dengan pikiranmu, Put. Bagaimana kalau idemu ini malah jadi boomerang nanti?" tanya Dhani mewanti- wanti.

"Itu tidak akan terjadi. Abang tidak perlu khawatir. Aku tidak mungkin berubah karena nama itu. "

Dulu, Ariel bodoh amat tentang apa yang merdeka bicarakan. Namun, seiring waktu dia malah kalah dengan perasaan bodohnya. Padahal dia berjanji untuk tidak tidak peduli pada para karakter ini. Dia hanya ingin menyelesaikan endingnya agar bisa bertemu dengan nenek.

'Ariel.'

"!! "

'Suara itu.... '

Tbc.








Ariel Di antara 2 DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang