Malam ini angin mulai menyentuh permukaan kulit putih kedua insan yang masih memilih diam dan tak pernah bergeming dari tempat mereka duduk saat ini. Ketika bulan mulai menunjukkan cahaya terangnya diatas langit salah satu insan mulai membuka pembicaraan yang membuat keduanya akhirnya memiliki hal yang harus mereka luruskan.Keduanya kini sudah dewasa, pastinya mengerti akan hal-hal yang selama ini mereka lakukan dan memliki arah tujuan kemana. Hal itu diperkuat oleh suatu benda kecil bermata hijau menyala-nyala yang kini sedang melingkar di jari manis sebelah kiri milik Nani. Sebenarnya tujuan awal mereka berdua bukan seperti itu, namun bunga mekar saat ada yang menyirami dirinya bukan?. Begitu juga sebaliknya benih cinta didalam lubuk hati jauh tertanam dibawah sana menunggu untuk seseorang menariknya keatas dan akan membuat bunganya mekar dengan sangat cantiknya.
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.." ucap lirih Nani, ia ingin meluruskan kesalah pahaman diantara Dew dan dirinya
"Apa itu? apakah soal kejadian waktu itu?" tanya Dew memastikan topik apa yang akan ia bahas bersama pria cantik didepannya ini
"Begini... dengarkan aku, kita bertemu waktu itu hanya sebuah tidak kesengajaan kemudian pertemuan kita berlanjut hingga hari ini, aku hanya ingin bertanya padamu Dew.. Terus terang aku bingung dengan perlakuan manismu itu padaku, apa maksud dari semua ini? selama ini aku diam sebab kupikir kita bisa berteman.. tentu saja aku juga ingin berteman denganmu, namun melihat perlakuan mu kepadaku membuatku selalu bertanya apa maksud dari semua tingkah lakumu selama ini?" jelas Nani panjang lebar kurang tinggi
"Aku mengerti maksudmu Nan... jujur saja memang pertemuan pertama kita hanyalah murni dari sebuah ketidaksengajaan yang menimbulkan sedikit rasa dihati kecilku Nan, kamu bertanya kan apa tujuanku selalu bersikap manis terhadapmu padahal selama ini kita hanya saling mengenal tidak lebih dari 1 bulan, namun ketahuilah Nan ketika aku melihatmu tersenyum. Senyum itulah yang menurutku adalah rumah keduaku, senyum itulah yang membuatku bangkit dari keterpurukan.." jelas Dew sembari menatap netra Nani yang saat ini mulai sedikit menitihkan liquid bening dari sudut garis mata lentiknya
Nani yang mendengar pengakuan Dew kepada dirinya hanya bisa diam menatap netra pria tersebut yang kini mulai menatapnya balik. Dimatanya dia bisa melihat kesedihan, kesepian, dan luka yang sangat mendalam tercetak jelas di tatapan yang saat ini Dew berikan padanya. Nani tau Dew menganggap dirinya sebagai tempat untuk pulang kerumahnya. Tempat yang selama ini ia cari, tempat yang dulu ia sebut rumah sudah lama tenggelam didasar hati pria jakung ini.
"Satu hal yang ingin kutanyakan padamu.. sekarang kamu mau aku menjadi seseorang seperti apa agar aku bisa membantu dirimu Dew?" tanya Nani dengan suara bergetar, ia ingin menangis namun hal itu tidak bisa ia lakukan. Jika ia melakukan itu maka pria didepannya ini akan menangis juga bersamanya
"Bisakah dirimu mulai menjadi rumah pertamaku setelah yang lama telah tenggelam didasar sana? Bisakah dirimu ku anggap sebagai tempat berpulang saat aku menghadapi masalah? Bisakah kamu mulai mencintaiku dengan tulus dan hidup selamanya bersamaku? Aku tau semua ini tak mudah, namun percayalah tidak ada kata kegagalan sebelum manusia itu sendiri mampu mencobanya" liquid bening mulai menetes sedikit demi sedikit jatuh dari mata terang milik Dew
Nani yang melihat itu menjadi tak tega, memang benar kata Dew tidak ada kata menyerah sebelum mencoba. Semua bisa berhasil dan terjadi saat kita mau mencoba sesuatu yang menurut kita sulit untuk dilakukan namun dampaknya mungkin akan dapat mengubah segalanya dalam hidup kita. Kini keduanya sadar bahwa mungkin mereka bisa melalui semuanya bersama jika mereka menyelesaikan masalahnya dengan bergandengan tangan melewatinya bersama-sama sambil saling berpegangan teguh pada tujuan yang akan mereka nikmati dikemudian hari.
...
Setelah beberapa hari dari kejadian di taman tengah kota B, kini keduanya telah menjalin suatu hubungan yang bisa dibilang lebih 'sakral' daripada hubungan sahabat biasa. Keduanya kini tengah berada di sebuah pinggir danau dengan nuansa lampu kelap-kelip yang berasal dati gedung kota B yang masih menyala pada malam hari. Netra keduanya tak henti-hentinya saling menatap dengan tatapan sedalam samudra melebihi angkasa lepas membuat siapa saja akan iri saat melihat keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita-DewNani (B×B) ✓
FanficPernahkah kalian mendengar bahwa "Kita punya cinta tapi Dunia punya norma?" Norma dan Aturan dunia yang sudah kami langgar bersama-sama Memang benar kata orang Cinta itu Buta sampai-sampai aku tak bisa membuka mata kembali untuk mencari sosok yang...