eps 38- Tanah Air

1.2K 29 2
                                    

Disinilah mereka berada, bandara internasional muhammad hatta. Dengan perasaan yang berbeda-beda mereka tengah berdiri selepas keluar dari pesawat. 1 hal yang pasti suasana nya masih sama tapi dengan keadaan yang berbeda. Pikiran Viani langsung mengingat semua kenangan duka maupun suka yang terjadi selama belasan tahun silam.

Tanpa disadari Adriel akhirnya bisa menginjakan kakinya ditanah air, selebih selama ini Viani melarang keras dirinya untuk melakukan studio nyanyi di Indonesia. Mobil perlahan bergerak menuju kediaman Atmaja, melewati berbagai macam pohon bangunan dan Lampu merah. Seolah jalan raya juga ikut berbahagia atas kepulangan Viani karena tidak ada macet sama sekali.

Setelah menempuh waktu kurang dari 1,5 jam akhirnya mereka tiba dikediaman Atmaja dengan Viani yang meneteskan air mata. Keenan yang paham langsung memeluk istrinya itu.

"Jangan nangis okeyy? Bukannya udah kita bahas sebelumnya untuk tidak ada acara nangis-menangis lagi hemm" Ucap Keenan sambil menepuk pelan punggung Viani yang dibalas anggukan.

"Bunda jangan nangis, Kakak punya hadiah istimewa didalem" Kata Anna sambil mendekat kearah mereka.

"Ayo semua kita masuk kedalem" kata Rayzka kearah istri, anak, menantu dan cucu cucunya.

Akhirnya mereka pun bergerak menuju pintu utama, pintu yang terlihat dari luar berwarna hitam berbanding terbalik jika dilihat dari dalam yang berwarna putih bahkan dari dalam bisa melihat siapa dan apa yang dilakukan orang di luar. Perlahan pintu otomatis itu terbuka.

Viani syok melihat ibu- Dewi yang tengah merentangkan tangan sambil berdiri menatap Viani dengan senyuman nya. Dengan cepat Viani berlari menghampiri Dewi dan ya mereka berpelukan dan kembali mengeluarkan air mata.

"Ibu, maaf maafkan Viani yang pergi tanpa mengabari ibu selama ini." Ujar Viani sambil terus memeluk Dewi.

"Ibu sudah memaafkan mu, justru sekarang ibu disini untuk menyambut kepulangan mu nak" Kata Dewi sambil melepaskan pelukannya.

"Astaga tampan sekali cucuku, hasil dari Keenan emang gapernah gagal ya" kata Dewi sambil berjalan kearah Aldriel dan memeluknya.

"Nenek kamu sangat vulgar sekali astaga" kata Anna sambil menepuk jidatnya, sementara yang lain langsung tertawa.

"Semuanya, aku keluar sebentar ada urusan yang sangat mendesak"Ucap Aron dengan panik tanpa berpamitan apalagi mendengarkan ucapan yang keluar dari bibir mereka untuknya.

" Aron, kamu mau kemana?"teriak Viani sementara yang lain menatap Aron dengan tatapan tak kalah khawatir.

"mas Aron ada masalah apa?" tanya Viani sambil mendekat kearah Keenan, Keenan yang ditatap seperti itu membuatnya sedikit gugup namun  sedikit tak terlihat karena sifatnya.

"Mas juga gatau bun, sebentar biar mas cari sama Alrista (tangan kanan Keenan), mas pergi dulu ya" ucap Keenan sambil mengecup pelan dahi Viani, lalu menyalimi Dewi, Raina dan Rayzka dan ke2 anaknya.

"Bunda gausah khawatir ya, kan udah ayah yang nyari abang" kata Adriel sambil mendekat kearah Viani walaupun terlihat jelas kekhawatiran yang ada diwajahnya.

"Iya bner kata adek, sekarang lebih baik kita nganter adek ke kamarnya" ujar Anna dan diangguki Viani.

Mereka akhirnya bergerak menuju lantai atas dimana letak semua kamar pemilik rumah berada. Raina dan Rayzka yang langsung bergerak menuju kamar karena kecapekan yang dimaklumi oleh Viani dan anak" sementara Dewi juga mengistirahatkan diri kekamar.

Sementara itu......

Aron yang mendapatkan pesan yang mampu membuatnya khawatir, setelah pergi dari rumah langsung menancapkan gas menuju lokasi yang diberikan.

Tanpa memperdulikan umpatan-umpatan yang diberikan pengendara lain dirinya sampai ditempat yang bisa disebut sebuah rumah sakit. Setelah menaruh motor, dirinya segera bergegas masuk menuju tempat yang sudah diberitahukan.

Setibanya diruangan yang terdapat papan nama yang bernama ruangan Dr. Elvaro. Dengan pelan dirinya mengetuk pintu dan langsung masuk tanpa meminta jawaban. Saat dirinya masuk dirinya sudah disunguhi dengan dokter Elvaro bersama seorang dokter lainnya yang mengurus segala keperluan nya untuk segera berobat.

Perasaan takut segera dirinya rasakan saat merasakan hawa dingin tapi semuanya ditepis saat dokter Elvaro menyuruhnya duduk mengunakan bahasa tubuh. Setelah dirinya duduk, Dokter Elvaro segera membacakan hasil laboratorium dirinya.

Bersambung....

Haii semuanya, maaf aku lama up karena baru selesai dengan kegiatan besar yang ada dirumah, maaf juga jika kalian nungguin up walaupun ga mungkin sii hehe dan maaf kalo ceritanya mulai gajelas, jangan lupa vote dan komen ya terimakasih 🤗😇

2 ANAK KEMBAR SANG DUDA END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang