Bri Guzel Argenziosz, Tumbuh tanpa orang tua, saudara, keluarga maupun teman.
Hidupnya sebatang kara tanpa siapapun.
Namun, Itu tidak membuat Guzel putus asa. Suatu saat, Pasti. Guzel akan mendapatkan kehidupan yang layak dan kasih sayang dari keluarga hangat seperti yang ia impikan.
Guzel yakin. Suatu saat nanti..ia akan mendapatkan hal itu..
Pasti.<<Argenziosz>>
Rintik hujan mulai terdengar di saat pemuda kecil dengan wajah kotor, Baju yang terkena lumpur serta tanpa menggunakan alas kaki- baru saja masuk ke dalam sebuah gubuk lusuh yang menjadi tempat ia bertahan hidup.
Tubuh pemuda itu bergetar, Ia kedinginan karena hujan deras membuat udara di sekitar menjadi lebih dingin, Dan juga ia hanya memakai kaos tipis yang sudah kotor dari 3 hari lalu.
"D-dingin..." Lirih nya sembari memeluk tubuh kecil nya itu, berharap ia bisa menghangatkan tubuh nya walau sedikit.
Ia berjalan ke arah pojok belakang yang di mana terdapat tanah beralaskan kardus sebagai tempat untuk ia istirahat.
Setelah mendudukkan bokong berisi nya di atas kardus, Pemuda bernama Guzel itu memeluk kedua kakinya yang ia tekuk, karena dingin yang semakin menusuk ke dalam tubuh nya.
"Ughh..." Ia memegang perut nya yang sakit sebab dari pagi ia belum memasukkan apa pun ke dalam perut mungil itu, karena hal tersebut, Perut nya menjadi sakit dan sialnya Guzel juga mempunyai riwayat sakit maag.
"Sialan.." desis nya pelan sembari terus memegangi perut nya yang semakin memberontak lapar.
Dengan sedikit kekuatan yang ia punya, Kakinya melangkah ke luar menerobos hujan lebat yang entah kapan akan berhenti.
Setelah berjalan selama kurang lebih 15 menit dari gubuk, Guzel melihat ada sebuah toko roti yang lumayan besar dan juga terlihat mewah namun tidak semewah itu.
Kakinya terus berjalan, Mendekati toko roti itu dan di sini lah ia sekarang, Berdiri di depan toko tanpa sepatah kata pun.
Lamat lamat ia perhatikan toko roti tersebut dan sepintas ingatan muncul di kepalanya, Ingatan saat kedua orang tuanya masih hidup dan saat itu ibu nya juga mempunyai toko roti seperti ini namun, Karena perbuatan sang ayah yang seorang pemabuk membuat ibu nya bangkrut dan saat itu juga hidup Guzel perlahan lahan hancur, Dan di akhir ia kehilangan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan kereta api yang tidak dapat di hindari. Di saat itu pula hidup Guzel hancur seketika.
Ya, Walaupun Guzel menyerah itu tidak membuat hidup nya bahagia, Malah itu akan membuatnya bertambah sengsara.
cling..cling....
Dibukanya pintu kaca tersebut dan dengan keadaan tubuh nya yang kotor juga kaki yang tidak memakai apapun membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di dalam toko.
Ada yang menatapnya datar.
Ada juga yang menatapnya iba.
Guzel berdecih pelan, Ia sangat tidak menyukai pandangan tersebut, Seolah olah ia adalah makhluk yang lemah.
"Adek habis ngapain? kok badan nya kotor semua? mama nya mana?" Pertanyaan beruntun dari seorang pelayan toko itu membuat Guzel kesal, Dengan asal ia menjawab.
"Mati." Satu kata yang mampu membuat sang pelayan mematung, Ia tidak berani membuka mulut nya takut salah bicara.
"a-ah, maaf..Adek mau beli apa?" Guzel menatap pelayan itu datar, Apakah pelayan ini bodoh? untuk apa ia datang ke toko ROTI jika ingin membeli baju?
"Emangnya di sini jual baju?" Pelayan itu tergagap seketika, "Eh iya, Ha-haha..."
Guzel mengeluarkan uang 5 ribu lecek dari dalam kantong baju nya, Uang itu juga basah karena air hujan.
Pelayan menatap uang yang Guzel pegang dengan tatapan..ya...begitulah.
"Ada roti yang harganya segini ga?" Tanya guzel sembari menyodorkan Uang tersebut ke pelayan.
Pelayan yang merasa kasihan akhirnya mengangguk dan mengambil uang yang Guzel berikan lalu ia berlari ke sebuah rak roti dan mengambil beberapa macam bentuk dan juga rasa yang akan di berikan ke Guzel.
"Nih dek, Semoga kamu suka ya," Ujar nya sembari menyodorkan paper bag ke tangan Guzel yang sedikit kotor karena lumpur.
Guzel menerimanya tanpa banyak bicara lalu ia berbalik pergi setelah mengucapkan terimakasih walau sangat lirih, Namun tetap saja pelayan itu dapat mendengarnya dan ia hanya tersenyum menanggapi.
Di perjalanan pulang saat melewati gang yang lumayan gelap juga sepi, Samar samar ia mendengar suara seseorang sedang merintih, kesakitan? Guzel tidak yakin, namun ia dengan berani mencari asal suara tersebut dan yang ia lihat, Seseorang dengan kemeja hitam sedang terduduk lemas dan juga darah yang mengalir dari kepala nya juga wajah yang penuh lebam seperti habis di pukuli.
"Om ga papa?" Setelah meletakkan paper bag nya di tanah, Guzel memegang pundak pria tersebut lalu karena tidak ada jawaban ia menepuk nepuk pipi pria itu pelan.
Guzel sebenarnya tidak peduli, Tapi karena ia masih punya sedikit rasa kasihan, ya walaupun hidup nya juga sudah kasihan tapi tidak ada salahnya ia membantu orang lain kan?
Dengan susah payah, Guzel membopong tubuh bongsor itu dengan tubuh mungil nya, Walaupun tubuh nya kecil kalian jangan salah gitu gitu Guzel juga kuat lho.
Setelah susah payah membawa pria itu ke gubuk nya, Guzel meletakkan tubuh besar itu di atas tumpukan kardus, Guzel tidak peduli jika pria itu tidak nyaman yang penting ia sudah mau menolongnya.
Guzel mengambil sebuah perban di dalam kotak yang ada di atas lemari kayu miliknya lalu membalut luka pria itu dengan telaten.
Setelah selesai mengobati pria tersebut, Guzel duduk bersandar di dinding dengan beralaskan kardus dan juga kain Robek yang ia dapat di dalam tong sampah.
Karena kelelahan, Guzel dengan cepat tertidur dan mulai menyelami mimpi yang bisa di sebut indah itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGENZIOSZ [END] ✔
Ficção Adolescente‼️[ Just Brothership! ] ‼️ "Uzel sayang kalian," Celetuk pemuda manis dengan tangan yang memeluk tubuh sang daddy erat, namun matanya bergulir menatap satu persatu pria yang sangat ia sayangi itu. Guzel takut, kebahagian ini hanya sesaat. Karena sej...