03

151 25 0
                                    

Bel sekolah telah berbunyi. Karina yang tadinya benar-benar fokus pada papan pun dan segera membereskan bukunya ke dalam tas. Pak Andi selaku guru Bahasa Indonesia meninggalkan kelas yang disambut helaan nafas lega dari Karina. Sebenarnya kalo boleh jujur dia sudah tidak kuat menahan ngantuk karena cara mengajar beliau yang seperti mendongeng.

"Rin nebeng dong" ucap Shenina tiba-tiba.

"Gue bareng sama Rey hehe"

Shenina menepuk jidatnya, "yaudah gue ke Winda deh keburu dia udah pulang, duluan Rin"

Belum sempat menjawab, namun Shenina sudah tergesa-gesa lari duluan. "Hati-hati Nin" teriak Karina yang dibalas acungan jempol oleh Shenina dari pintu.

Sean yang daritadi hanya menyimak menoel lengan Karina, "ayo bareng ke lapangan, cowo lo pasti udah disana"

"Lo juga mau balik basket lagi?" tanya Karina bingung.

"Kaga, kalo ada waktu luang aja gue ikut support anak-anak" Karina hanya  mengangguk mengingat cedera kaki Sean yang cukup serius kala itu, dia merinding, sudah pasti Sean tidak akan mau mengambil resiko yang besar pikirnya.

Mereka berdua berjalan sambil bersenda gurau membahas apapun yang bisa ditertawakan. Dan setibanya di lapangan, mereka tampak terkejut karena baru saja jam pulang berbunyi, bukannya pulang malah mampir disini.

"Degemnya anak basket brutal banget deh udah penuh aja tuh tribun" bisik Karina pada Sean. Yang diajak bicara hanya tertawa saja sembari mendekat ke arah lapangan bersama beberapa anak basket yang sedang melakukan pemanasan, belum bermain.

Karina berdeham pelan melihat Reyhan yang kali ini entah terlihat lebih tampan dari biasanya. Jika Shenina ada disini, dia pasti akan mengomel pada Karina bahwa kemana saja dia selama ini? Pacarnya itu sangat tampan walaupun dilihat dari belakang sekalipun.

Elusan di kepala Karina membuatnya tersadar bahwa dirinya telah melamun. Suara histeris dari bangku penonton juga menyadarkannya.

"Rey kamu ngagetin aja" Karina mengusap dadanya karena teriakan para degem yang sangat memuja pacarnya ini.

Reyhan hanya tersenyum,"abisnya kamu ngelamun sih"

"Kamu latihannya lama?"

Rey mengendikkan bahunya tidak tau, "kayaknya sih iya, kamu gapapa kan nungguin aku bentar?"

Karina tidak membalas, hanya diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Tapi kalo kamu gamau gapapa kok, yaudah aku izin dulu buat anterin kamu ya"

"Engga bukan, bukan gamau, aku ada lumayan banyak tugas, niat aku mau nyicil mulai pulang sekolah. Dan aku gamau kamu bolak-balik, kasian kamunya"

Reyhan mengangguk mengerti, "yaudah aku suruh temen a-"

"Rey..." sahut Karina dengan nada memelas.

Sementara Reyhan menghembuskan nafasnya berat, "iya sayang, tapi nanti kabarin aku ya, hati-hati di jalan dan jangan bikin aku khawatir"

Karina mengangguk dan memperagakan tangan hormat pada Reyhan. Dan tak lama setelah itu, Reyhan mematung atas apa yang Karina lakukan padanya. Sementara sang pelaku kini telah kabur berlari dengan riang.

"Ciah dipeluk, mukanya biasa aja kali" ledek Juan disahut tawaan anak basket yang lain dan teriakan cemburu dari bangku penonton.

Reyhan langsung loncat-loncat kegirangan. Ia tak menyangka Karina akan memeluknya untuk pertama kali di hadapan semua orang. Sudah dapat dipastikan wajahnya sekarang memerah sampai teman-teman basketnya meledek habis-habisan.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Sudah hampir setengah jam berlalu, namun tidak ada kendaraan umum yang melintas. Karina sedikit menyesal menolak tawaran Reyhan yang ingin mengantarnya, hanya sedikit ya ingat. Karena faktanya Karina sendiri tidak tega membiarkan laki-laki itu yang sibuk latihan, tapi malah harus mengantarnya juga.

Suara mobil yang terdengar berhenti di depannya membuat Karina mengalihkan pandangan dari sepatunya. Ia seperti tak asing dengan mobil tersebut sebelum kaca jendelanya terbuka dan memperlihatkan seseorang dengan kacamata hitam disana.












Happy reading guys!
Jangan lupa vote dan comment sebagai bentuk support kalian terhadap cerita ini yaaa!

Moth To A FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang