21

127 10 0
                                    

Hari Minggu seperti ini waktunya Karina bermalas-malasan. Niat awalnya ingin melanjutkan tugas yang semalam ia urungkan karena tak sanggup mengerjakannya sendiri. Nanti saja lagipula sudah ada Hesa yang menawarkan bantuan, pikirnya.

"Gem kenapa lo ga masuk IPA aja sih? Kan gue bisa minta tolong lo ajarin"

Karina menoleh pada Gema yang tengah duduk di karpet sambil memainkan stik game milik Yogi dengan lincah. Netranya tak lepas dari layar di depannya yang tengah menampilkan game sepak bola.

Merasa tak dihiraukan membuat Karina menendang pelan paha laki-laki tersebut yang berada di bawahnya.

"Aduh apasih Rin" kesal Gema namun tetap tak melirik ke arahnya sama sekali.

"Gajadi"

Gema mendengus meletakkan stik ps milik adik Karin tersebut kemudian mendongak menatap Karina yang sedang duduk di sofa dan menatapnya sinis.

"Maaf tadi ga denger hehe, sekarang ngomong ya. Tante nitipin lo ke gue, jangan sampe lo kasih testimoni yang engga-engga ntar"

Benar yang dikatakan Gema, mama Karina telah menitipkannya pada tetangga tengil satu ini karena takut kalau Karina kenapa-kenapa apabila di rumah sendirian. Pasalnya Karina memang sedikit kurang enak badan jadi tidak bisa ikut keluarganya untuk pergi ke acara rekan bisnis sang papa.

"Harusnya lo masuk IPA aja Gem, nanti gapapa lo ajarinnya galak kayak dulu pas masih SD asal gue ga sendirian"

Rengekan Karina membuat tawa Gema pecah. Ia pun bangkit untuk ikut duduk di atas sofa.

"Justru itu alasan gue masuk IPS"

Karina menatap tak percaya pada Gema lalu menampar bibir tebal lelaki itu dengan pelan.

"Ih ngeselin"

Bukannya marah, tawa Gema malah makin menjadi. Sementara wajah Karina yang kelewat kesal membuat Gema meredakan tawanya lalu berdehem sambil memperhatikan wajah marah sang lawan.

"Lo gini juga ga sih ke pacar lo?"

"Kenapa?"

"Gue ngerasa lo masih canggung aja sama temen gue"

"Temen lo? Yang mana?"

Lelaki itu mengernyit, "emang temen gue yang statusnya jadi pacar lo ada berapa?"

Pertanyaan menohok tersebut membuat Karina meringis. Iya juga ya.

"Oh... aman aja kok padahal." Karina jadi teringat kejadian malam itu sebelum dirinya dan Rey memutuskan untuk pulang.

Melihat wajah Karina yang melamun dan memerah membuat Gema keheranan. Apalagi saat Karina mulai senyum-senyum seperti membayangkan sesuatu.

"Mikir jorok ya lo?"

"Sembarangan kalo ngomong"

Karina memukul lengan Gema kemudian berganti mengipasi wajahnya sendiri.

"Menurut lo sebagai cowo, kalian tuh bakalan ngasih first kiss kalian ke sembarangan cewe atau ke orang yang kalian suka?"

"Hah? Serius lo udah ciuman sama Rey? Gue ga kepikiran kalian berdua sampe sejauh itu"

"Apasih engga, jawab dulu"

"Kalo gue sendiri gaakan ngasal sih, tapi emang lo yakin itu first kiss dia juga bukan first lo doang?"

-----------------------------------------------------------

Saat ini Karina tengah berada di mall bersama Gema. Setelah ucapan yang sempat Gema lontarkan dengan gamblang tadi membuatnya kelimpungan sendiri karena harus mengembalikan mood sang tetangga agar tidak murung terus-menerus. 

"First kiss lo diambil Hesa atau Rey?" tanya Gema sambil memberikan salah satu es krim rasa vanila yang baru saja ia beli. Sebenarnya Gema sangat terpaksa harus membelanjakan Karin yang sedang tak enak badan es krim begini, namun Karin sendiri sudah janji untuk tidak akan tambah sakit meskipun sudah makan es krim.

Karina menerima es krim tersebut dengan tatapan tajam, "ya sama Rey lah, gila lo"

"Siapa tau. Ya kalo gitu aman aja sih, Rey ga punya banyak mantan kayak Hesa"

"Emang berapa mantan Rey?"

"Lo ga pernah nanya?"

Karina menggeleng sambil asyik menjilat es krimnya.

"Sebenernya ini bukan ranah gue buat cerita, tapi kayaknya emang lo harus tau. Cowo lo itu ga pernah punya yang bener-bener mantan, dia cuman pernah deket sama satu cewe"

"Friendzone?"

Gema mengangguk kemudian berhenti sejenak menghabiskan es krim coklat kesukaannya sebelum kembali bercerita.

"Sasa, satu-satunya cewe yang deket sama Rey dan nganggep doi cuma temen doang sampe akhirnya doi nyerah karena sesusah itu dapetin hatinya"

"Sasa satu sekolah sama kita?"

"Sekelas sama Rey, tapi gue udah ga pernah liat mereka bareng semenjak Rey jadi cowo lo"

Jawaban dari Gema membuatnya sedikit lega, "yaudah ayo pulang aja, gue pengen tidur"

"Dih ngambek ya lo?"

"Apaan sih orang gue beneran pengen tidur"

"Atau jangan jangan lo tambah ga enak badan?!"

Karina mendengus melihat Gema yang terlihat sangat panik dan bersiap untuk membopong dirinya. Ia memutar bola matanya malas hingga tak sengaja matanya melihat ke arah lain yang tampak tak asing. Ia pun berjalan mendekat disusul oleh Gema yang mengikutinya dengan kebingungan.

"Oh aku kirain salah lihat tadi. Kamu sama siapa kesini?"

Tak mendapat jawaban dari yang ditanya membuat Karin menoleh pada perempuan yang baru saja datang menghampiri Rey. Baik Gema maupun Rey tampak memasang raut yang tegang membuat Karina keheranan.

Tanpa menunggu lama, si perempuan manis tersebut menjulurkan tangannya pada Karina berniat memperkenalkan diri.

"Hai Katarina, kenalin aku Sasa"





Maaf lama update😔

ini dia Sasa kitaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini dia Sasa kitaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Happy reading guyssssssssss.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moth To A FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang