(6)

76 8 0
                                    

Yura menatap sang anak yang masih menutup kedua matanya damai dengan sendu. Wanita berambut panjang itu tak sedikit pun ingin jauh dari putranya apalagi keadaannya yang seperti sekarang ini, sungguh membuatnya selalu ingin bersama sang putra sampai-sampai sang suami membawakan Yura makan malamnya ke kamar Axel karena Yura enggan sekali makan malam padahal Yura telah melakukan kegiatan yang lumayan berat tapi semenjak diberi tahu jika Axel kembali kambuh, Yura sama sekali enggan pergi dari sisi putranya bahkan dia enggan memasukkan makanan jika tak dipaksa sang suami yang turut berada di dekatnya, tengah terduduk di samping kiri tempat tidur putranya.

"Acel" lirihnya dengan terus memengangi erat salah satu tangan sang putra yang tengah di tusuk jarum infusan.

Ia sangat ingin putranya membuka matanya agar perasaannya jauh lebih baik tapi sudah hampir ingin tengah malam, Axel belum kunjung membuka matanya, tentunya membuat hati Yura terus gundah.

Sebastian sudah membujuk Yura untuk tidur di samping kanan Axel tapi Yura sama sekali tak menggubrisnya. Wanita itu sangat ingin melihat netra coklat putranya, baru dirinya bisa beristirahat dengan tenang.

Dia tak memperdulikan rasa lelah dan kantuknya, yang terpenting dirinya bisa melihat putranya membuka matanya dan juga Yura ingin sekali menyapanya karena hari ini kan Yura dan Sebastian pagi-pagi sekali sudah pergi bertugas keluar istana bahkan sarapan bersama sang putra pun tak bisa dilakukan. Tapi saat kembali ke istana, dirinya malah dikejutkan dengan sang suami yang mengendong putranya dengan keadaannya yang sangat memperihatinkan bahkan membuat Yura pingsan saat tahu jika putranya kembali kambuh dan tak merespon siapa-siapa lagi, tentu itu sangat membuat Yura ketakutan dan syok.

"Bangun nak." Lirihnya lagi lalu mengecup singkat kening putranya yang sedikit hangat.

Sebastian menghela napas panjang, ia mengerti dengan sang istri yang sangat takut dan cemas dengan Axel karena sebenarnya pun dirinya sama, hanya saja dirinya tak bisa terlalu menunjukkannya.

Jika dirinya sama dengan Yura lantas siapa lagi yang akan menguatkan keluarga kecilnya?

Laki-laki bersurai hitam itu bangun dari duduknya untuk mendekati sang istri yang berada di kasur putranya lalu tangan kanannya mengelus-elus pelan pundak sempit sang istri, memberinya semangat dan tak lupa juga senyuman andalannya ia berikan pada sang istri yang untungnya mau menatapnya.

"Tak apa, Axel akan baik-baik saja sayang." Tuturnya lalu membawa sang istri kepelukannya karena Yura semakin menangis.

"Hiks aku hanya takut hal buruk terjadi padanya." Akunya dan membalas pelukan sang suami yang cukup bisa membuatnya tenang.

Sebagai seorang ibu, Yura benar-benar mengkhawatirkan putra tunggalnya apalagi Axel itu anak yang sangat di harapkan kehadirannya jadi jika sesuatu terjadi pada Axel atau penyakitnya kambuh, Yura tak bisa mengendalikan emosinya dengan stabil bahkan Yura bisa saja kehilangan kesadarannya jika hal buruk terjadi pada putranya.

Ia sangat takut kehilangan putra satu-satunya yang dirinya punya.

Sebastian mengecup puncak kepala sang istri dengan salah satu tangannya mengelus-elus punggung sang istri yang sedikit bergetar karena menangis. "Itu tidak akan pernah terjadi sayang." Bisik Sebastian tepat ditelinga Yura agar istrinya bisa tenang dan tak menangis lagi padahal sebenarnya pun Sebastian sama, hatinya benar-benar tak tenang dan tak karuan dengan Axel yang belum menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya. Tapi disisi lain dirinya yakin jika putranya akan baik-baik saja seperti apa yang dikatakan dokter pribadi Axel jika kondisi Axel tak terlalu mengkhawatirkan.

Walau memang Axel tadi sudah tak merespon siapa-siapa lagi tapi untungnya Axel ditangani dengan cepat juga peralatan medis yang ada di istana White selalu bisa membuat kondisi Axel jauh lebih baik.

Crown Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang