(30)

50 6 3
                                    

"Apakah masih jauh Ryan?" tanya Noah karena merasa tak sampai-sampai ke tujuan.

Ryan mensejajarkan dirinya dengan Noah dan yang lainnya lalu menampilkan ekspresi wajah yang membuat ketiga orang di sampingnya menatapnya tambah bingung plus penasaran.

"Tidak terlalu tapi kita harus melewati...

Ryan tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Ia takut Noah, Nathan, maupun Harvey tak sanggup melewatinya.

"Melewati apa?" Tanya Nathan yang sudah sangat penasaran dan ingin tahu dengan jawaban Ryan.
Nathan memang kepoan sih:)

"Itu," Ryan menunjuk sebuah tempat yang terlihat sangat gelap dan menyeramkan dibandingkan dengan tempat mereka berada sekarang.

Harvey seketika menghentikan pergerakkannya membuat Noah yang ingin masuk ke tempat gelap itu tak jadi dan memilih kembali ketempatnya, lebih tepatnya di samping Harvey.

"Kenapa Vey?" tanyanya.

Harvey mengingit bibir bawahnya. Ia pikir sepupunya ini salah jalan. "Kau mungkin salah Yan," ujarnya yang sebenarnya takut untuk melewati wilayah yang gelap dan menyeramkan itu.

Harvey berpikir jika di wilayah itu pastinya akan ada monster atau hewan yang bisa memakannya hidup-hidup. Dirinya kan belum ingin mati soalnya.

Ryan tertawa kecil karena sadar jika Harvey takut, lebih tepatnya tak berani seperti yang dirinya duga.

Ia bisa memakluminya karena saat dirinya pergi ke telaga warna pertama kali saja sampai tak berani membuka matanya. Makannya Ryan agak ragu jika Noah, Harvey, maupun Nathan berani melewati tempat itu.

Yah, kalo Ryan sih percaya jika Noah bisa mengatasinya karena tadi saja Noah hendak masuk duluan kesana.

"Tidak Vey, memang wilayah itu gelap dan menyeramkan. Tapi tenang saja, setelah itu kita akan disuguhkan langsung oleh perbukitan telaga warna seperti yang kita tuju," tutur Ryan tapi tetap membuat Harvey menelan susah salivanya, masih tak berani dan takut jika ada hal yang menyeramkan menunggunya bahkan melebihi ekspetasinya.

Bisa-bisa dirinya tinggal nama saja dan Harvey pun tak ingin membuat sang ibu hanya tinggal sendirian.

Noah yang sadar jika Harvey takut menepuk pundak Harvey membuat si empunya menoleh padanya jadi Noah memberikan senyuman andalannya agar ketakutan Harvey hilang. "Tenang saja Vey, kita sama-sama lewati dengan berpengangan tangan satu sama lain. Aku yang akan di depan."

Nathan yang memilih mendekati Harvey juga mengangguk setuju bahkan dia menunjukkan jari jempolnya pada Harvey yang tak terlalu menunjukkan wajah takutnya lagi. "Iya Harvey, tenang saja. Aku punya tongkat sihir yang bisa menyelamatkan kita...dengan bantuan Noah tapinya hehehehe," tuturnya sembari menunjukkan tinggi-tinggi tongkat sihirnya agar Harvey tak takut lagi, sedangkan Noah menatap Nathan malas dengan penuturan terakhir Nathan yang menurutnya aneh.

Nathan yang mempelajari banyak sihir tapi dia melakukannya harus ada dirinya, kan aneh menurut Noah.

Harvey mengangguk tipis. Noah dan Nathan membuat perasaan takutnya menguap begitu saja. "Demi pangeran Axel." Ucap Harvey yang menguatkan tekadnya untuk membantu pangeran negerinya.

Ryan juga turut mendekati Harvey. "Nah, itu bagus. Sebaiknya kita cepat. Jika malam kita akan kesulitan mencari obat itu soalnya," tuturnya yang diangguki mengerti oleh ketiga orang yang lebih muda darinya beberapa bulan itu.

Noah kini yang memimpin, tapi tetap anak laki-laki itu berpegangan tangan dengan Ryan yang tetap akan memandunya, diikuti dengan Harvey dan Nathan.

Keempat anak laki-laki yang hampir seumuran itu dengan berani dan tekat yang kuat mulai masuk ke wilayah gelap dan menyeramkan dengan tangan mereka yang saling berpegangan tangan untuk meminimalisir mereka berpisah di wilayah gelap yang pastinya akan mengulur lebih banyak waktu jika itu sampai terjadi.

Mereka sudah bertekad akan menemukan obat untuk Axel sebelum matahari tenggelam agar Axel bisa segera sadar dari tidur panjangnya.












"Disini tidak ada yang aneh." Nathan melihat ke bawahnya, terlihat tak ada hewan yang menyeramkan atau sesuatu yang akan membahayakan mereka padahal dirinya pun tadi berpikiran yang sama seperti yang dituturkan Harvey. Namun, ternyata sama sekali tak ada apapun selain pepohonan dan batu-batuan yang lumayan besar dibawah sana.

Ryan tersenyum tipis, ternyata yang dikatakan ayahnya dulu benar dan ia mulai percaya sekarang.

Dulu ia tak terlalu memperhatikan karena sibuk menutup matanya, lebih tepatnya tidur selama di perjalanan karena takut, seperti tadi Harvey lebih tepatnya.

"Sepertinya wilayah ini seperti gertakan sebenarnya. Perbukitan telaga warna itu tempat yang sangat jarang dikunjungi dan dijamah manusia karena yah, banyak sekali tanaman atau sesuatu yang berharga disana, jadi wilayah ini sebagai perlindungan dari orang-orang jahat-

-Lebih tepatnya jika orang datang ke telaga warna dengan niat jahat maka sesuatu hal seperti monster contohnya akan menghalangi orang itu dan jika pun berhasil melewati monster atau apalah, maka orang itu akan tetap didatangi berbagai macam monster jahat seperti niatannya dan baru berhenti jika mereka menyerah dengan tujuan mereka," jelas Ryan yang membuat Noah mulai mengerti dengan adanya tempat menyeramkan yang sedang dilewatinya ini.

"Jadi maksud mu Yan, karena niatan kita baik jadi kita tak akan bertemu monster atau semacamnya?" Ryan mengangguk semangat. Ia senang jika Noah cepat sekali menangkap maksudnya.

"Iya, tepat sekali Noah. Apalagi niat kita membantu pangeran negeri kita yang tentunya membuat semua tempat negeri disini tahu bahkan merasakan jika pangeran mereka tengah membutuhkan mereka jadi lihat kan, kita sampai tempat ini pun tak ada yang menghalangi kita karena yah, cinta dan kebaikan negeri ini pada pangeran Axel sama seperti pangeran Axel sendiri yang mencintai dan baik terhadap orang yang ditemuinya atau apapun itu. Jadi membuat kita di permudah di perjalanan ini," lanjut Ryan lagi yang diangguki mengerti oleh Harvey, Nathan, maupun Noah yang bibirnya menarik sebuah senyuman tipis.

Noah jadi sangat bangga pada Axel. Ia akui semua yang dituturkan Ryan tadi sangat benar dan ia senang jika alam pun turut membantu mempermudah dirinya maupun ketiga sahabatnya mencari penawar untuk Axel. Ini membuatnya bertekad akan secepatnya mencari obatnya dan menyembuhkan Axel agar Axel bisa kembali merebut kerajaannya dari bibi jahatnya.

Noah sungguh tak rela jika bukan Axel yang menjadi pemimpin negeri White, tapi malah bibinya yang ia pikir, dia tak seharusnya mengambil milik sang kakak.

"Syukurlah kalo begitu," lega Harvey mendengarnya. Ia juga sangat menyetujui apa yang dikatakan Ryan tentang pangeran Axel.

Walau dirinya tak seperti Noah yang pastinya sudah hampir mengenal Axel, tapi saat Axel menjadi siswa pertukaran pelajar ke sekolahnya, Harvey bisa melihat sendiri jika Axel berbeda dari para bangsawan yang datang ke sekolahnya.

Dia mau turut bermain dan berinteraksi dengan murid-murid lain juga turut panas-panasan, itu membuat Harvey takjub padanya karena Harvey baru melihat seorang bangsawan seperti Axel tambahan sekarang pada Nathan, sahabat barunya.

Kedua bola mata Harvey membola ketika melihat cahaya terang di ujung wilayah gelap yang masih dilewati, tapi ia pikir cahaya itu berasal dari telaga warna karena kan kata Ryan tempatnya sangat indah. "Apa itu telaga warna?" Tanya Harvey memastikan sembari menatap Ryan yang langsung membalas pertanyaan dengan anggukan pelan, tentu saja membuat Harvey tersenyum senang karena akhirnya dirinya dan ketiga sahabatnya sampai juga di tempat tujuan.

"Benar sekali, kita sudah akan sampai sedikit lagi. Tenang saja, daun itu akan mudah kita temukan apalagi semua tempat di negeri ini tengah membantu kita-

-Tuhan tak akan membiarkan orang jahat menang kan?" Harvey dan Nathan mengangguk setuju begitupun dengan Noah yang tak kunjung melunturkan senyumannya.

Lumayan lega karena sedikit lagi misi penyelamatan Axel berjalan sempurna tapi Noah sangat berharap jika misi ini benar-benar sempurna hingga penyihir jahat itu dilengserkan juga di usir jauh-jauh dari kerajaan White agar tak membahayakan keluarga kerajaan White lagi tentunya.

"Kak Axel, bertahan lah sedikit lagi. Aku, Nathan, dan kedua sahabat barumu akan membawakan mu obatnya."

_____________________________________________

Apakah kalian ingin bergabung dengan keempatnya dalam misi penyelamatan Axel guys?🤔


Kisah kekompakan 00line dulu yah😉
Jangan lupa votenya guys 🙃

Crown Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang