three. Bakso Bakar

3 1 0
                                    

Renaya duduk di bangku kantin ditemani es teh jeruk dan semangkuk mi instan. Memakannya sambil video call bersama teman-temannya di SMA Citaloka.

"Gimana, nih sekolahnya? Nyaman, gak?" Karlin bertanya, terlihat ia dan yang lainnya sedang berjalan di koridor.

"Nyaman nyaman aja, sih."

"Ada yang ngajak ribut gak, Nay?" Amiya yang menanyakan itu, ponsel yang digenggam Mawar langsung diambil alih olehnya. "Kalo ada, gue sama yang lain bakal ke sekolah lo sekarang juga!"

"Duh, serem amat," Renaya tertawa, "gak ada, elah! Muka kek anak punk rock begini masa ditindas."

"Iya, sih. Tapi gue kaget banget anjay sama rambut baru lo," Mawar menjerit cempreng. "Modelan begitu. Lo jadi keliatan ganteng!"

"Tapi cantiknya gak hilang sih menurut gue," kata Zi datar. Dilihatnya anak itu sedang jalan sambil baca buku.

"Gombal nih ceritanya?" tanya Renaya mesem-mesem.

"Gile, sejak kapan ni anak bisa ngegombal?" celetuk Karlin terkikik-kikik.

"Tapi gue jujur. Emang masih kelihatan cantik," Zi berkata datar seperti itu tapi mereka tersadar anak itu sedang membela diri.

"Ti-ati, Nay. Homo die," Mawar membisik ke arah ponselnya. Supaya didengar Renaya.

"Gue denger!" sahut Zi, menyeru tapi berusaha kalem.

"Denger apa?" tantang Mawar nyengir kuda.

"Denger ada yang kentut."

Setelah mengatakan itu, bau kentut langsung menyerang mereka. Semuanya langsung menutup hidung.

"Jujur siapa yang kentut!? Busuk begini!" teriak Amiya.

Karlin langsung batuk-batuk mual. Ia paling lemah kalau sudah mencium bau kentut orang. "Bau jengkol, babi!"

"Babi kali yang kentut," sahut Renaya, ia juga ikut-ikutan menutup hidung.

"Bukan," Zi menggeleng serius. "Mawar yang kentut."

Sejenak semua terdiam, melirik Mawar yang cengengesan.

"MAWAR!" Karlin dan Amiya berteriak menggelegar.

"Sori, kelepasan ...."

Renaya tertawa lepas, membuat orang-orang yang duduk di bangku kantin itu meliriknya heran.

Sementara itu, ada dua cowok masuk kantin membawa dua baki berisi bakso bakar. "BAKSO BAKAR! BAKSO BAKAR! BAKSO BAKAR DELICIOUS! AYO MERAPAT, AYO AYOO!" Farhan berteriak-teriak.

"Mau dong, kaks!"

"Mau dua tusuk!!"

"Sekarang satu aja ya, Kak Antara. Lagi diet, nih ...."

"Gak papa satu juga, cantik. Semangat ya dietnya," Antara tersenyum manis sembari mengacak rambut perempuan itu.

Rambut yang diacak Antara langsung lompat-lompat salting. Yang melihat pun ikutan jerit-jerit.

"Antara! Boleh foto berdua, gak?" salah satu ada yang menawari begitu.

"Boleh, kok. Buat pelanggan Delicious, apa sih yang gak boleh?" Antara tersenyum lebih manis. Ia langsung berpose ketika sebuah ponsel telah siap memotret mereka berdua.

"Gue juga mau doong, Kak!" pinta adik kelas. Langsung mendekati dada bidang Antara dan melingkarkan satu tangannya di perut Antara dengan manja, Antara pun sigap berpose tanpa merasa risi. Lalu dipotretnya mereka oleh teman-teman adik kelas itu.

"Makasih banyak, Kak!! Baik banget, deh!"

Yang lain langsung menjerit-jerit meminta foto. Sudah seperti fans berat yang bertemu idolanya. Antara yang mulai kewalahan itu langsung mencubit-cubit pinggang Farhan yang sibuk membungkus, melayani yang benar-benar membeli.

Farhan langsung ambil tindakan. "Mending beli dulu bakso bakarnya, biar Abang Antara-nya semakin semangat foto bareng sama kalian. Gimana?"

"Yaaah, teknik marketing nih, mulaai ...," keluh salah satunya.

"Bakso bakar habis. Kalian boleh foto bareng gue sepuasnya," putus Antara kembali tersenyum manis andalannya.

Cewek-cewek di kantin itu silih menghampiri. Mengerubungi mereka berdua. Menjerit-jerit. Heboh bareng-bareng. Membuat kantin itu berisik oleh suara cemprengnya perempuan.

Sementara itu ada cowok-cowok. Menerjang lautan cewek untuk bisa memesan bakso bakar. "Woey! Minggir napa!?"

Antara segera melepas diri dari cengkraman para cewek-cewek. Menghampiri cowok yang berseru itu. "Beli berapa bro?"

"Sepuluh! Dibungkus! Gak pake lama!"

Farhan langsung cekatan membungkus sepuluh tusuk bakso. Dan memberikannya kepada cowok itu yang tidak sabaran, tak lupa uang kertas berwarna biru diambilnya dari cowok itu.

"Thanks, Bro," Antara mengatakan itu sembari meninggalkan para cewek yang sedang antri membeli bakso bakar, setelah sudah kenyang menjadikannya objek foto mereka. Napas Antara kembali tenang.

Sementara itu, Antara melihat bangku kantin nampak sepi. Hampir semuanya mengantri membeli bakso bakarnya, mungkin sebentar lagi akan ada yang mengeluh karena kehabisan. Namun, tatapannya langsung berlabuh ke arah perempuan asyik sendiri bersama ponselnya. Duduk di bangku pojokan.

Antara menghampiri. Duduk di hadapan perempuan itu. Tersenyum manis.

Renaya menatap orang yang saat ini duduk di hadapannya. Ia langsung mematikan ponselnya.

"Lo anak baru, ya?"

"Kenapa?" Renaya balik bertanya.

"Soalnya gue baru liat muka lo," sahut Antara. Seragamnya yang disetrika rapi itu nampak bersih dengan rahang tegasnya. Ditambah mata bulatnya bernetra hitam, hidungnya sedikit mancung dan bibir merah jambu itu membuka. Menampilkan barisan gigi putih yang terjaksa rapi di sana.

"Maksud gue, kenapa lo duduk di situ? Gue gak pernah bilang lo boleh duduk di situ," sahut Renaya memperjelas kata-katanya.

"Oh ... sori, sori," Antara tertawa renyah. "Gue cuma mau nawarin bakso bakar Delicious ke lo. Mau, gak?" Antara langsung berdiri dan menunjukkan Farhan yang sedang melayani pembeli.

Renaya melihat itu. Terlihat, bakso bakarnya masih mengepulkan asap bertanda masih hangat. Sausnya membasahi setiap bakso itu. Spontan, bau makanan panggang yang khas langsung tajam mengerubungi indera penciumannya. Renaya langsung ngiler.

"Berapa?"

"Lima ribu aja untuk kakak cantik," tutur Antara tersenyum lebih manis.

Mendengar kata “cantik” membuat Renaya kembali pada kesadarannya. Bagai mantra yang gagal. Gantinya, Renaya menatap dingin ke arah Antara.

"Gimana? Mau, nggak? Enak, loh. Nyesel kalo gak beli ...."

Renaya melirik Farhan di sana. "Keliatannya enak, sih," sahutnya, "cuma gak nafsu!" Renaya langsung melirik Antara tajam.

Antara berhenti tersenyum, berganti masam.

"Eh, Antaraa! Mau beli dongg!" seru cewek-cewek menghampiri bangku Renaya. "Beli empat, yaa."

"Boleh, cantik," Antara tersenyum manis lalu kemudian ia menunjuk ke arah Farhan, "boleh antri di sana ...."

"Mau dibungkusin sama kamu, boleh??"

Antara terkekeh. "Antri di sana ya, cantik ...."

Cewek caper itu langsung manyun. Tapi sedikit senang karena disebut cantik. Ia langsung sigap menurutinya.

Antara kembali menatap Renaya yang rupanya masih menatapnya, tajam. "Gue Antara. Salam kenal dan maaf soal tadi yang ... ya intinya gue pasti ganggu lo."

"Bagus kalo lo sadar itu," Renaya mengatakan itu seraya bangkit berdiri untuk kembali ke kelas. "Dasar genit ...."

Antara mendengar jelas umpatan itu. Dari sekian banyak cewek yang terkadang jerit-jeritan melihatnya, ini pertama kalinya ia mendapat umpatan kasar dari seorang cewek. Dan satu umpatan itu menjadikannya patung, tidak terima tetapi tidak bisa bergerak untuk menolaknya.

ANTARA RENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang