four. Drama Bang Acel

2 1 0
                                    


"WOEY! LO BISA GAK SIH LANGSUNG BANGUN! GUE ADA KELAS PAGI, ANJENG!"

"Heh! Bahasanya!" Resna ikut berteriak dari dapur. "Kedengar sama tetangga gak enak!"

"NAYA!"

"RASYEL! BERISIK PAGI-PAGI UDAH TERIAK-TERIAK! SUARAMU ITU BERJAKUN!!" Akhirnya suara Resna yang nyelengking itu terdengar juga. Ia yang masih membawa pisau buah habis memotong mangga itu mendekati putranya yang menggedor pintu Renaya.

Rasyel misuh-misuh sambil melihat jam dinding. Pukul delapan pagi terpampang di sana. Ia pun mendadak berpikir, setelat-telatnya ia dulu sekolah tidak pernah setelat seorang Renaya. Mungkin ini juga karma baginya karena dulu sekolah selalu terlambat dan berakhir bolos sekolah. Tapi mengapa harus di waktu seperti ini karma itu datang?

"Nayaa ... bangun, yuk udah pagii."

"Acel pergi duluan aja, deh, Ma. Naya kan bisa naik motor."

"Gak! Motornya kan Mama sita dulu."

"Pesan ojol," sarannya lagi.

"Gak! Diculik nanti siapa yang repot!"

"Aduh Ma, ojol sekarang pada baik-baik, kok!"

"Emang kamu bisa ngejamin?" Resna menatap putranya galak.

Rasyel sudah prustasi. "Maa, lagian Naya kayak singa begitu mana mau yang nyulik, yang ada dia yang nyulik."

"Kamu kok kayak gak mau nganter adikmu!?" Resna emosi. "Pokoknya kamu harus anter adikmu!"

"Ma, Acel udah telat inii! Lagian kenapa gak sama Fael aja tu bocah."

"Ini jadwalmu antar adik kamu," berutahu Resna seolah ucapannya tidak bisa dielak lagi.

"Nayaa ... banguun! Kamu udah sholat belum?" Resna berseru lembut, mengetuk pintu pelan-pelan.

"Boro-boro bangun!" Acel menggumam kesal.

Ajaibnya, hanya butuh waktu lima detik pintu itu membuka dari dalam. Tampak Renaya yang masih mengucek matanya.

"Akhirnyaaaa!" Rasyel mulai lega. "Buruan mandi lo, njeng!" Ia mendorong adiknya sampai kamar mandi, menjebloskannya yang masih linglung setengah hidup, dirinya sudah seperti tukang yang menggusur karung beras.

***

ANTARA RENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang