Why Don't We - 8 Letters
00:00●━━━━━━━03:11
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻***
Sepulang sekolah, Yoichi dan Seishirou kembali berlatih renang di kolam renang sekolah dan kali ini Reo ikut datang untuk menonton; ia duduk di pinggiran kolam renang sambil membaca buku tetapi sesekali akan melirik Yoichi yang tengah diajari oleh Seishirou. Melihat mereka membuatnya teringat dengan ketika Reo juga belajar renang dari Seishirou. Lelaki bertubuh tinggi dengan rambut seputih susu itu membantunya belajar renang karena olahraga itu memiliki ujian tes yang dapat mempengaruhi nilai rapor ketika masa sekolah menengah pertama.
Saat itu Seishirou mengajarinya dengan santai; sebab lelaki itu hanya akan berdiri di pinggir lapangan sambil menunjuk-nunjuk pada Reo tanpa sedikit pun berniat untuk ikut terjun langsung ke dalam kolam. Namun, kali ini Seishirou tampak semangat mengajari Yoichi bahkan sampai harus terjun ke kolam dan mengajari Yoichi secara langsung.
Seishirou selalu berbeda dalam memperlakukan Yoichi, seakan lelaki dengan mata bulat itu adalah permata berharga atau mainan yang selama ini diidam-idamkan oleh Seishirou sehingga dia menjaga dan memperlakukannya dengan baik.
“Kenapa kau memandangnya? Apa kau juga membenci orang itu?”
Suara bariton itu refleks membuat Reo berbalik untuk melihat siapa orang yang tengah berbicara dengannya, itu ternyata adalah Rin Itoshi yang datang sendirian.
“Aku tidak membencinya, dia temanku. Sebaiknya kau berhati-hati dalam bertindak—jangan pernah menganggu temanku!”
Rin tersenyum sinis. “Kau masih saja naif ... tidak berubah sama sekali semenjak berteman dengan Seishirou Nagi.”
“Terserah apa katamu.”
“Ya, terserah ... aku tidak peduli denganmu yang bermain-main dengan orang bodoh.” Lelaki itu pun melongos pergi meninggalkan Reo dengan perasaan kesal.
Reo dan Rin tidak pernah berteman dan bergaul dengan baik. Mereka hanya sering bertemu di acara jamuan pertemuan para pengusaha atau pesta-pesta lain yang diadakan oleh orang tua. Meski sulit untuk bergaul dengan teman sebaya—tetapi ia memiliki Seishirou yang menjadi teman satu-satunya, sedangkan Rin bukanlah orang yang mudah untuk diajak bicara; dia selalu memiliki harga diri tinggi dan tidak pernah mempercayai siapa pun sehingga selalu memandang rendah orang lain.
Reo sempat ingin berteman dengan Rin sebelum ditolak mentah-mentah oleh lelaki dengan bulu mata bawah yang lentik itu.
Menghela napas, Reo kembali melirik Yoichi dan Seishirou. “Hei! Kalian tidak mau pulang? Sudah lebih dari dua jam berada di air,” teriaknya membuat Yoichi berbalik lalu mengajak Seishirou untuk menyudahi.
Karena merasa lelah sepulang dari sekolah, mereka bertiga pergi ke restoran keluarga. Mereka memesan yakiniku dan tentunya Reo mengusulkan diri untuk mentraktir.
Di tengah-tengah acara makan, tiba-tiba Seishirou bertanya, “Tadi aku melihat Rin berbicara denganmu, dia tidak melakukan sesuatu padamu, ‘kan?” Ada raut khawatir di sana sehingga Reo terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menggelengkan kepala.
“Tidak apa-apa, dia hanya mengajakku bicara saja. Jika sampai dia melakukan sesuatu aku tidak akan segan untuk melawannya dan mengibarkan bendera perang padanya.”
Seishirou menahan tawa sambil mengunyah daging yakiniku di mulutnya. “Haha aku jadi membayangkan seorang Reo Mikage membawa bendera dan menghampiri Rin Itoshi, bukankah itu sangat lucu?” Tidak berhenti Seishirou memegang perutnya.
“Nagi, selera humormu sangat rendahan,” komentar Reo yang tampak jengkel diolok-olok oleh Seishirou. Ia bahkan meraih pencapit daging dan memukulnya tepat ke kepala Seishirou. “Berhenti menertawaiku!”
Sudut mulut Yoichi terangkat bisa melihat pertengkaran Reo dan Seishirou yang tampak lucu. Pertama kali memiliki teman, berkumpul bersama dan juga menghabiskan waktu menjadi pengalaman berharga untuknya. Ia kemudian meraih potongan daging yang sudah matang dan menaruhnya di piring Seishirou dan juga Reo sehingga kedua orang yang tengah ribut itu melirik Yoichi.
“Makanlah yang banyak,” ucap Yoichi dengan senyuman yang manis sampai-sampai kedua matanya tertutup.
“Kamu benar-benar menarik ya, Isagi,” kata Reo lalu memakan potongan daging yakiniku yang diberikan Yoichi padanya.
Mereka kembali makan dengan tenang sebelum akhirnya pulang ke arah yang berbeda, Seishirou dan Yoichi pulang menggunakan kereta sedangkan Reo telah dijemput oleh sopir pribadi. Kini Yoichi tidak lagi terkejut melihat mobil mewah dikendarai seorang lelaki berjas hitam yang menunggu Reo.
Di dalam gerbong kereta tidak begitu banyak orang sehingga mereka berdua memiliki tempat yang cukup untuk duduk.
Setelah lama terdiam, Seishirou mulai membuka mulutnya. “Yoichi, apa hari ini kau bersenang-senang?”
“Tentu saja.”
“Syukurlah.”
“Nagi, terima kasih untuk hari ini.”
“Tidak perlu berterima kasih, aku tidak melakukan hal yang luar biasa. Kita adalah teman—lain kali belajarlah untuk mengurangi berkata terima kasih. Sesama teman sudah seharusnya seperti ini, bukan?”
Yoichi menggeleng. “Aku tidak tahu. Baru kali ini aku punya teman.”
“Aku dan Reo akan menjadi teman terbaikmu.”
“Ya, kalian berdua yang terbaik.”
“Besok, apa kau mau belajar renang di rumahku? Aku punya kolam renang, itu lebih baik daripada menggunakan kolam renang sekolah,” ucap Seishirou memberi saran.
“Huh?” Yoichi berbalik dan menatap Seshirou—di mata lelaki berambut seputih susu itu tidak ada jejak keraguan, dia tidak bercanda dan benar-benar mengajak Yoichi ke rumahnya.
Apa itu tidak apa?
Bukanlah mereka belum lama mengenal?
Yoichi menunduk, berpikir keras untuk menerima atau menolak. Belum sempat bagi Yoichi untuk menjawab, Seishirou kembali lagi berkata, “Jika kau tidak mau, tidak apa.”
“Boleh.”
“Benarkah? Kau mau ke rumahku? Aku akan menunjukkan game online yang bagus untukmu, kita bisa bermain bersama setelah belajar renang.”
“Iya, aku akan izin pada kedua orang tuaku besok pulang lebih terlambat.”
Salah satu tangan Seishirou mengusak rambut halus Yoichi, wajah yang biasa lesu kini tersenyum bahagia layaknya mendapat hadiah di malam natal, Yoichi terdiam untuk beberapa saat menyadari bahwa Seishirou Nagi sangat tampan—bagaimana bisa dia sangat tampan? Yoichi merasa iri. Meski, Seishirou Nagi tidak pernah mempedulikan orang-orang sekitar tapi ia selalu baik terhadap orang yang sudah dianggap teman, tetapi ia juga tidak masalah jika ada orang lain yang mengajaknya bicara. Seishirou Nagi meski seorang introvert tetapi masih bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sekali pun kata ‘bosan’ dan ‘malas’ selalu keluar dari mulutnya.
Sangat berbeda dengan Yoichi; perbedaan lingkungan membuat mereka menjadi pribadi yang berbeda, dan Yoichi bersyukur dapat dipertemukan dengan Seishirou. Tanpa Seishirou mungkin Yoichi tidak akan pernah mengalami kehidupan sekolah yang ia rasakan kini.
“Yoichi, pemberhentianmu,” kata Seshirou mengingatkan, Yoichi tersadar dan langsung bangkit lalu berlari keluar dari gerbang lalu berbalik dan melambaikan tangan pada Seishirou yang masih berada dalam gerbong kereta.
Yoichi sekali lagi merasa tidak sabar hari esok akan segera tiba. Ia sangat menantikan hari esok.
꒰꒰ 🐨 ˊˎ -
BERSAMBUNG
Terima kasih sudah membaca cerita ini ♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Dairy | NagiSagi ✓
FanfictionDi hari pertama masuk SMA; Yoichi ingin memberikan kesan yang baik kepada teman barunya nanti karena ia ingin menjalani kehidupan sekolah layaknya siswa normal lainnya. Namun, kesialan selalu menemuinya. *** Karena terlahir lemah sedari kecil Yoich...