Di hari pertama masuk SMA; Yoichi ingin memberikan kesan yang baik kepada teman barunya nanti karena ia ingin menjalani kehidupan sekolah layaknya siswa normal lainnya. Namun, kesialan selalu menemuinya.
***
Karena terlahir lemah sedari kecil Yoich...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Sepulang sekolah Seishirou dan Yoichi pergi ke mall untuk membeli celana renang. Seishirou tidak pernah membayangkan sebelumnya—jika Yoichi akan begitu semangat memilih celana renang; matanya tampak bersinar tiap kali melihat pakaian yang sangat bagus. “Ini bagus, tapi harganya mahal,” komentar Yoichi dari ekspresi senang tapi kemudian sedih mengingat uang sakunya tidak sebanyak itu.
Seishirou mendekat. “Sudah ada yang ingin kau beli?”
“Ya, aku pilih yang ini.” Yoichi mengambil satu celana renang berwarna biru tua dengan garis hitam berukuran M.
Lelaki berambut putih susu itu mengangguk. “Itu bagus—tapi bukankah tadi kau tampak suka yang ini.” Lelaki itu menunjuk celana yang lain berwarna hitam. Namun, lebih elastis dan terbuat dari bahan yang lebih baik.
“Tidak. Yang ini saja.”
“Yakin? Jika kau mau yang ini, ambil saja—tidak perlu memikirkan masalah uang; kau bisa pinjam padaku.” Seishirou mengambil celana renang tersebut langsung memberikannya pada Yoichi, tapi Yoichi tentu saja langsung menolak. “Tidak apa-apa, aku pilih yang biru saja. Lagipula aku belum mahir berenang—percuma, kan celana renang bagus tapi penggunanya tidak keren dalam berenang,” jawab Yoichi.
“Oke, kalau begitu jika kau sudah jago berenang; aku akan memberimu hadiah celana renang yang ini.”
“Eh?”
Meskipun celana renang berwarna hitam itu telah ditolak oleh Yoichi, Seishirou membelinya dan berniat akan diberikan pada Yoichi jika lelaki bermata bulat itu telah mahir dalam berenang. Yoichi hanya bisa menggeleng tapi merasa tersentuh dengan sikap baik Seishirou padanya.
“Isagi, mau ke game center?” ajak Seishirou tanpa sadar memegang tangan lelaki yang diajaknya bicara.
Tanpa mempedulikan Seishirou memegang tangannya, Yoichi mengangguk dengan semangat karena ia belum pernah satu kali pun pergi ke tempat yang disebutkan. Mereka pergi ke tempat di mana terdapat banyak permainan. Setelah membeli kartu—Seishirou mengajak untuk Yoichi mencoba mesin pencapit boneka.
“Mainkan yang itu.”
Namun, berapa kali pun Yoichi mencoba—hasilnya selalu gagal—boneka yang dicapit terus jatuh berkali-kali sebelum mencapai lubang. Yoichi merasa kesal hingga tangannya tergepal dan ekspresi wajahnya yang gelisah; mulut sedikit berkerut. Bagi Seishirou Yoichi tampak sangat menggemaskan, ia bahkan membiarkan lelaki itu terus mencoba sampai lebih dari tujuh kali, barulah setelah itu Seishirou maju untuk mencoba.
