Chasing That Feeling - Tomorrow x Together
00:00●━━━━━━━02:46
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻***
Hasil ujian akhir semester telah keluar dan pengumuman peringkat paralel telah ditempel di mading sekolah. Lagi-lagi nama Yoichi Isagi tertulis di nomor satu, tetapi yang mengejutkan seantero sekolah adalah peningkatan yang drastis dari Seishirou Nagi yang berhasil menduduki peringkat kedua disusul oleh Rin Itoshi dan Reo Mikage.
Kepalan tangan menjadi tanda bahwa Rin kesal untuk ke sekian kali. Ia yang selalu berada di puncak peringkat merasa harga dirinya jatuh setelah memasuki SMA karena ada Yoichi Isagi yang selalu berada di tempat yang ia perjuangkan. Beberapa kali Rin memperhatikan Yoichi—lelaki itu tidak seperti seseorang yang memiliki ambisi besar, dia tampak normal bahkan biasa-biasa saja.
Sepanjang hidup ini Rin selalu merasa bahwa ia adalah bibit paling unggul; selain memiliki wajah yang rupawan dengan tinggi dan tubuh yang bagus, ia juga memiliki kecerdasan yang bisa dibilang di atas rata-rata anak remaja pada umumnya, ia adalah anak yang spesial dan sangat diagung-agungkan. Namun, karena keberadaan Yoichi—ia kini tampak seperti anak remaja yang biasa-biasa saja, hal yang ia banggakan kini tidak ia dapatkan lagi seperti dulu.
Kedua tangan terlipat, tubuh bersandar pada tembok. “Aku pikir setelah SMA dan kita berada di sekolah yang sama—sainganku hanya kau, tetapi aku tidak menduga mendapat saingan seperti Yoichi Isagi.” Dia memandang Reo yang saat ini berdiri tidak jauh darinya.
“Jangan meremehkan Isagi, meski pun dia tidak seperti kita yang sangat menjunjung nilai sempurna tetapi Isagi adalah orang jenius yang kukenal. Aku telah banyak melihat dan belajar bersamanya,” balas Reo.
“Aku tidak meremehkannya. Namun, karena aku tidak meremehkannya tentu saja aku semakin membencinya.”
“Kenapa kau mengatakan hal ini padaku?”
“Aku hanya ingin tahu apakah kau juga membenci Isagi seperti aku? Jika ya, kita bisa bekerja sama.”
Reo berbalik menatap sinis. “Maaf Rin, aku tidak seperti dirimu. Kuperingatkan kau jangan pernah mengusik hidup Isagi, jika kau ingin bersaing—bersainglah dengan sehat.” Reo malas untuk terus berbicara dengan Rin lantas ia dengan cepat pergi meninggalkan Rin.
“Jangan munafik, aku yakin di dalam hatimu kau pasti sedikitnya menbenci lelaki itu,” balas Run sedikit menaikkan nadanya sehingga terkesan memberikan penekanan.
Namun, sebisa mungkin Reo tidak terpengaruh. Ia kembali ke kelas, menyapa Seishirou dan Nagi yang tengah mengobrol bersama.
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Reo. “Jahat sekali aku tidak diajak dalam obrolan.”
Yoichi dengan cepat bereaksi. “Kami hanya mengobrol mengenai game online, Seishirou baru saja memberitahuku game yang bagus. Apa kau ingin bermain juga?”
“Isagi, aku harap kau tidak menjadi maniak game seperti dia,” keluh Reo tetapi kemudian ia baru menyadari jika Yoichi baru saja memanggil Seishirou dengan nama depan, tentu saja hal itu membuat Reo semakin menarik garis senyum dan menatap keduanya dengan tatapan mengoda. “Ah ... jadi kalian sudah—Ya Tuhan! Aku akan menjadi nyamuk.”
“Tidak begitu Reo, meski ada yang berubah pada hubungan kami tetapi kau tetap sahabat terbaik kami. Kita masih bisa menghabiskan waktu bertiga.”
Sementara Seishirou mengangguk menyetujui ucapan Yoichi. “Terlebih kau adalah orang paling berjasa dalam hubungan kami, sebagai mak comblang.”
Reo tertawa sambil memegangi perut. “Yaampun, aku mak comblang. Haha ... ya, benar juga. Kalau begitu seharusnya kalian mentraktirku? Pajak jadian!”
“Tentu.”
Sebagai orang yang selalu berada di dekat mereka, Reo memperhatikan Yoichi yang bahkan meski telah tahu pengumuman peringkat, dia tetap bersikap biasa saja seakan hal tersebut tidak begitu penting untuknya. Tidak hanya Yoichi—bahkan Seishirou lebih tidak peduli lagi. Reo jadi ingat kata-kata Dosen William padanya minggu lalu.
Saat itu Reo belajar di bawah bimbingan William. Ketika telah selesai, ia melirik William beberapa kali hingga dosen muda itu menyadari hal tersebut. “Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku?” tanyanya.
“Itu ... aku ingin bertanya, apa menurutmu Yoichi Isagi itu benar-benar istimewa? Setelah mengenalnya, aku menyadari jika dia berada di level yang berbeda. Seberapa keras pun aku mengejar, aku tidak bisa berada tepat di posisi di depannya.”
William menghela napas. Dosen berparas tampan itu menopang dagu menatap Reo. “Apa kau iri dengannya?”
“Bohong jika aku tidak iri. Isagi tidak pernah terlihat belajar keras sepertiku. Mengejar Isagi aku kewalahan, terlebih sekarang Nagi ... yang biasanya pemalas dan tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan baik tetapi kini tiba-tiba bisa memasuki peringkat paralel yang sulit. Tidak hanya mereka masih ada Rin juga dan siswa-siswa lainnya yang tidak kalah pintar.” Reo menjelaskan keluh kesahnya menghadapi orang-orang pintar di sekolahnya.
“Ada banyak tipe orang di dunia ini. Aku tidak tahu mereka yang lain, tapi aku telah mengenal Isagi lebih dari siapa pun karena selama bertahun-tahun aku telah menjadi guru privatnya. Isagi bukan orang yang mudah kau kalahkan dalam kecerdasan, dia bukan hanya pintar—itu kejeniusan. Isagi tidak perlu belajar sekeras dirimu, dalam sekali baca; dia telah mengingat materi dan mengaplikasannya dalam otak dengan baik. Itu juga yang menjadi alasan mengapa dulu aku setuju menjadi guru privatnya, karena aku tertarik.”
Reo terdiam. “Berarti alasanmu menolak menjadi guru privatku apakah karena aku tidak sejenius Isagi?”
“Bukan seperti itu. Pertama karena aku memang sibuk, kedua aku tidak ingin menghadapi hal yang saat ini kita bicarakan.”
“Maksudmu?”
“Kau membandingkan dirimu dengan Isagi.”
Lagi-lagi Reo kembali terdiam, ia tidak tahu harus membalas apa—rasa iri masih menyelimuti dirinya.
“Setiap orang memiliki kelebihan yang berbeda-beda, tetapi Reo jika kau ingin mengejar Isagi—mau tidak mau kau harus lebih keras lagi, rajin dalam belajar. Kelebihanmu kau bekerja keras dan ulet, jangan mudah menyerah hanya karena orang lain lebih baik darimu. Dunia ini sangat luas, di masa SMA kau bertemu Yoichi, di luar sana ada banyak lagi orang-orang seperti Yoichi atau bahkan lebih hebat lagi. Semangat! Tidak perlu membandingkan dirimu dengan mereka, bandingkan dirimu dengan dirimu di masa lalu. Terapkan dalam hati kau akan lebih baik dari darimu di masa lalu. Melangkah perlahan, tidak apa-apa.”
Mendengar nasehat dari William, sedikitnya membuat Reo lebih rileks dari sebelumnya. Kini ia lebih dapat menerima, rasa iri yang terus menyelimuti perlahan hilang diiringi bayangan Yoichi yang tersenyum padanya. Sekalipun Reo iri terhadap Yoichi, tetapi lelaki manis tersebut adalah temannya dan Yoichi tidak pernah berbuat buruk padanya.
Seperti yang dikatakan William, ia harus lebih bekerja keras dengan niat lebih baik dari dirinya di masa lalu bukan karena iri pada Yoichi.
꒰꒰ 🐨 ˊˎ -
BERSAMBUNG
Maaf lagi, udah agak lama gak update
Terima kasih sudah membaca cerita ini♡
Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Dairy | NagiSagi ✓
FanfictionDi hari pertama masuk SMA; Yoichi ingin memberikan kesan yang baik kepada teman barunya nanti karena ia ingin menjalani kehidupan sekolah layaknya siswa normal lainnya. Namun, kesialan selalu menemuinya. *** Karena terlahir lemah sedari kecil Yoich...