Perfect Night - LE SSERAFIM
00:00●━━━━━━━02:39
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻***
“Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Rin dengan nada serius, terlihat ia sama sekali tidak memberi kesempatan bagi orang di depannya untuk menolak karena dengan cepat ia meraih tangan lelaki yang lebih pendek darinya, membawa ke halaman belakang sekolah yang cukup sepi.
Yoichi masih mengatur napas karena ia secara paksa berlari diajak ke tempat yang diinginkan oleh Rin. Mereka tidak begitu dekat tetapi beberapa kali Rin telah menunjukkan rasa ketidaksukaan terhadapnya, tentu saja Yoichi merasa waspada. Apakah ia akan mengalami perundungan seperti yang sering dibicarakan pada berita di televisi? Dengan gugup Yoichi bertanya, “Ada apa?”
“Aku punya penawaran untukmu. Jadilah teman belajarku, tapi hanya kita berdua saja—jangan melibatlan Reo atau pun Nagi.”
Rin mengatakannya dengan serius sehingga Yoichi merasa tidak enak untuk menolak. Namun, tanpa melibatkan Reo bahkan Seishirou adalah hal yang tidak diinginkan oleh Yoichi terlebih sekarang hubungannya dengan Seishirou bukan hanya sekedar teman. Mereka berdua telah menjadi kekasih, tidak baik bagi Yoichi untuk dekat dengan orang lain tanpa bertanya terlebih dahulu padanya; tetapi tanpa perlu bertanya langsung—Yoichi dapat menebak jika Seishirou tidak akan setuju begitu saja.
“Bagaimana?” tanya Rin sekali lagi.
“Aku minta maaf jika hanya kita berdua saja, aku menolak karena mau bagaimana pun aku telah memiliki kelompok belajar. Namun, jika kau ingin bergabung dengan kami, aku tidak masalah.”
Sambil melipat kedua tangan di dada, Rin menatap Yoichi dengan sinis. “Oke, sekarang mungkin kau dengan mudah menolak, tetapi penawaran ini akan terus berlaku—jika kau berubah pikiran, datanglah padaku.”
Yoichi hanya mengangguk sebagai jawaban lalu pergi meninggalkan Rin yang masih menatapnya. Terkadang Yoichi merasa heran dengan setiap tindakan Rin padanya, entah apa tujuannya dan alasan mengapa selalu menatap sinis.
Entahlah ...
Ketika di lorong, ia bertemu dengan Seishirou dan dengan tiba-tiba lelaki berambut susu itu menarik tangannya. “Kau dari mana saja?”
“Bertemu dengan seseorang.”
Bibir Seishirou cemberut. “Dengan siapa?”
Melihat ekpresinya yang kusam tetapi sangat imut seperti bayi besar, Yoichi tersenyum. “Apa kamu cemburu?” goda Yoichi.
Seishirou mengelak, “Tidak. Aku hanya sekedar bertanya saja.”
“Lalu ada apa dengan ekpresi wajahmu ini.” Yoichi meraih kedua pipi lelaki itu dan memainkannya dengan gemas. “Lucu sekali bayiku ini.”
“Siapa yang kamu panggil bayi?” tanya Seishirou merasa tidak terima, ia membalas tindakan Yoichi dengan balas memainkan pipi lelaki manis itu. “Yang seperti bayi itu justru kamu, lihat! Segemas ini bayinya Seishirou Nagi. Ayo katakan ‘oek’ kamu akan sangat menggemaskan!”
Keduanya saling membalas lalu beralih saling menggeliriki perut masing-masing. Namun, karena Seishirou lebih besar ketimbang Yoichi sehingga lagi-lagi Yoichi selalu kalah, ia tertawa terbahak-bahak ketika Seishirou terus menggelitiki tubuhnya bahkan tubuh Yoichi yang kurung kini sudah berada dalam kungkungan Seishirou—tubuhnya tenggelam terkurung oleh kedua tangan Seishirou.
“Hahahaa ... hentikan! ... Iya ... iya ... aku menyerah.” Barulah setelah itu ia terbebas dari Seishirou. “Jadi sekarang kamu mengakui jika yang seperti bayi itu adalah kamu?”
Salah satu jari telunjuk Yoichi diketuk-ketukkan pada dagu, ia berpikir selama beberapa detik tapi kemudian tersenyum licik. “Tidak. Yang bayi itu justru kamu. Dadar bayi besar!” kata Yoichi lantas berlari kencang setelah mengatakannya hingga terjadilah aksi kejar-kejaran antara ia dengan Seishirou.
Karena kakinya panjang, Seishirou beberapa kali hampir menyusul Yoichi tetapi ia masih memberikan sedikit kelonggaran pada Yoichi agar lelaki itu masih tertawa bahagia di sepanjang jalan ketika berlari. Hingga bertemu dengan guru baru mereka berhenti pasalnya guru memarahi dan kembali mengingatkan mereka untuk tidak berlari di koridor kelas. Beruntung mereka berdua hanya terkena omelan saja, Seishirou terlalu malas jika harus menerima hukuman.
Yoichi yang masih kelelahan, enggan untuk pergi. Ia berdiri bersandar pada dinding dan menatap Seishirou yang balik menatapnya. “Melelahkan tapi ini menyenangkan.”
Seishirou mengangguk sebagai jawaban, salah satu tanganya meraih pipi kiri Yoichi—mengelusnya—begitu lembut seperti hamparan kapas. Yoichi meraih tangan Seishirou yang berada di pipinya. Kedua pasang netra saling memandang, pemandangan sekitar mengabur seakan hanya ada mereka berdua di sana. Ternyata memiliki kekasih rasanya seperti ini, Yoichi tersenyum merasa bersyukur telah bertemu dan mengenal Seishirou.
“Kelas berikutnya, ayo kita membolos!” ajak Seishirou dengan nada bercanda.
Tetapi ajakan Yoichi langsung disetujui oleh Yoichi. “Ya. Ayo membolos.”
Pipi Yoichi kemudian mendapat cubitan kecil dari Seishirou. “Kamu ini. Aku mengajakmu membolos loh, apa kamu tidak takut?”
“Selagi bersamamu, aku tidak masalah,” jawab Yoichi.
Lelaki yang awalnya selalu kikuk itu kini bisa menggoda membuat Seishirou meleleh seperti mentega yang mencair. Cinta itu memabukkan, hanya bersama dengan orang terkasih sudah bahagia. “Jadi, kita mau membolos ke mana?” tanya Yoichi.
“Terserah padamu, ke mana pun tempat yang ingin kamu tuju—aku ikut.”
Yoichi berpikir keras, ia tidak tahu banyak tempat bagus karena sebagian tempat yang pernah dikunjungi oleh Yoichi adalah tempat yang diajak oleh Seishirou beberapa waktu lalu. “Aku membaca buku, pasangan biasanya datang ke bioskop. Karena kita belum pernah ke bioskop bersama, bagaimana?”
Seishirou mengangguk. “Ide bagus.” Ia mengulurkan salah satu tangannya—Yoichi langsung meraih tangan tersebut. Keduanya saling berpegangan yang tidak lama kemudian terdengar suara bel kelas—mereka berlari ke halaman belakang untuk keluar dari sekolah secara diam-diam.
Pemandangan romantis dari kedua insan yang saling dimabuk asmara terekam jelas di kedua mata seorang lelaki yang sedari tadi berdiri di balik dinding. Rin tersenyum miring setelah melihat mereka berdua pergi. Hal yang dilakukan mereka berdua tidak mencerminkan sama sekali sebagai teman, begitu intim? Rin mulai mengingat-ngingat image Seishirou Nagi yang diingatnya. Meski mereka tidak begitu dekat tetapi Seishirou telah bersama dengan Reo sepanjang waktu tentu saja Rin mengenalnya.
Seishirou yang pemalas dan tidak peduli sekitar akhir-akhir ini banyak berubah, berarti semua itu ada hubungannya dengan kedekatan Yoichi yang mulai berteman dengan Seishirou dan Reo.
“Apa mungkin mereka berdua gay?” tanya Rin pada dirinya sendiri sebelum akhirnya melangkah pergi kembali ke kelas. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya, beberapa ide juga muncul sehingga ia kembali tersenyum. Ketika melewati mading, ia berhenti sebentar sambil menatap dua nama orang yang baru saja mendiskusikan untuk membolos.
“Ujian berikutnya namaku yang harus paling atas.”
꒰꒰ 🐨 ˊˎ -
BERSAMBUNG
Harusnya update kemarin tapi ternyata ada kendala jadi hari ini baru update.
Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan.
Terima kasih telah membaca cerita ini ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The School Dairy | NagiSagi ✓
FanfictionDi hari pertama masuk SMA; Yoichi ingin memberikan kesan yang baik kepada teman barunya nanti karena ia ingin menjalani kehidupan sekolah layaknya siswa normal lainnya. Namun, kesialan selalu menemuinya. *** Karena terlahir lemah sedari kecil Yoich...