2 ; Inti Ngababaturan

160 11 0
                                    

¶ 2 '' Inti Ngababaturan


Wanita yang rambutnya dicepol ke atas itu meletakkan bantalnya di samping. "Sebentar ya guys. Paket makanan aku udah sampai. Jangan kemana-mana, aku cuma ngambil makanan doang," peringatinya di depan ponsel yang sudah dikelilingi banyak sumber cahaya sebagai penerangannya untuk live Instagram.

Ia bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Rumahnya yang tidak terlalu besar itu pun bisa langsung terdengar jika ada yang mengetuk pintunya. Karena kebetulan ia baru memesan makanan online, pasti itu pesanannya.

Baru saja ia membuka pintunya, orang yang berada di luar itu pun langsung menyelonong masuk dan menutup pintunya kembali. Mengibaskan rambut bergelombangnya yang baru dilepaskan dari ikatan.

Ia mengerutkan keningnya. "Ody? Ngapain kamu tiba-tiba kesini?" tanyanya heran. Tidak biasa jika Melody menghampirinya ketika waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Berantem sama Mas Arkhan," kekehnya.

"Balik sana. Ntar aku yang kena omel kalo kamu disini."

"Cha, jalan-jalan yuk. Aku butuh udara segar," ajaknya.

Techa menggeleng. "Aku masih live. Masa tiba-tiba dimatiin," tolaknya.

"Sebentar saja, Cha. Aku butuh teman mengobrol," mohonnya.

Techa menghela nafas berat. "Yaudah bentar aja. Gaji aku waktu live itu berharga." Akhirnya ia menuruti permintaannya.

"Iya."

"Tapi aku lagi nungguin makanan."

"Udah bayar 'kan?" Techa mengangguk. "Ya sudah. Pengantarnya akan menaruhnya di depan pagar. Ayo!"

Dan pada hari itu, semua penonton live Instagram milik Techa langsung menjadi gempar karena pemiliknya tidak pernah kembali lagi sampai lima bulan setelahnya.

.

.

.

"Ody, jangan marah," bujuk Techa yang sedang membuat wajah aneh untuk menghibur Melody.

Melody mendengkus, menjauhkan wajah Techa yang mulai mendekat. "Jantung aku hampir copot tau gak gara-gara kamu ngomong gitu? Padahal jelas-jelas hari itu aku lagi kemah sama Mas Arkhan," ucapnya jujur. Itu pun sudah bisa dipastikan melalui instastory-nya.

"Iya maaf." Techa bungkam sejenak. "Tapi orang itu beneran mirip sama kamu, plek ketiplek." Ia sampai memakai bahasa jawa saking miripnya. "Makanya aku kira dia itu kamu. Aku dimaafin 'kan?" harapnya memasang wajah manis agar dimaafkan.

"Apa yang buat kamu percaya kalo itu bukan aku?" Ia ingin tahu saja apa yang sedang dipercayainya sampai langsung percaya bahwa itu bukan dirinya.

Pandangan mata Techa langsung tertuju di bagian bawah Melody. "Luka di kakinya. Kamu punya luka goresan yang cukup besar di bagian betis kaki sebelah kanan. Tapi saat itu, aku liat lukanya ada di kaki sebelah kiri, goresannya pun berbeda dari yang punya kamu."

Melody termangut. Memang ia mempunyai luka goresan besar di kaki kanannya, masih ada sampai sekarang. Karena sebuah tragedi, ia tidak mau secara gamblang menunjukkannya. Tidak banyak orang yang tahu, hanya orang terdekatnya saja.

"Ody, kamu ngapain disini?"

Sang pemilik nama menoleh, melihat sosok laki-laki yang ia kenal. Pertemuan mereka bak seperti orang yang sudah lama tidak bertemu, padahal tinggal serumah. Jarinya tertuju pada orang yang memanggilnya tadi. "Mas Arkhan juga ngapain disini?" Pasalnya mereka bertemu di ruang UGD yang tidak banyak ruangan yang tertutup oleh gorden.

Efemerald ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang