21 ; Beuki Terkupas

78 10 0
                                    

¶ 21''Beuki Terkupas

"Mau apa lagi kamu kesini?"

Baru saja Jeano menginjakkan kaki di ruang tunggu, langsung di sambut pemandangan yang tidak diinginkannya. Dipikir yang berkunjung menemuinya adalah orang yang akan membebaskan dirinya, justru malah bertemu dengan orang yang menjebloskan dirinya ke dalam penjara.

Clauresta Hanalia.

"Bukankah impianmu sudah terwujud untuk memasukkan saya ke dalam penjara?" tanya Jeano heran. Mengambil duduk di depan Clauresta.

Memang benar, Clauresta sungguh memenangkan kasus ini. Keputusan hakim telah memutuskan bahwa masa tahanannya 8 tahun. Tidak terlalu sebentar, Jeano bisa merenungkan semuanya perbuatan yang telah diperbuat di dalam sana.

Lihat wajahnya itu, nampak senang sekali bisa memasukkan Jeano ke dalam penjara sesuai keinginannya. Jeano rasa itu sudah cukup memperjelas bahwa ia tidak akan bertemu dengan Clauresta lagi. Ternyata masih!

Tangan Clauresta memainkan kunci mobil. "Kamu berbohong tentang ketua Eliteriots?" Jeano mengernyit, seperti tidak mengerti ucapannya. "Kalau kamu berbohong, bisa saja–"

"Apa gunanya saya berbohong?" Jeano merasa terprovokasi dengan kehadiran jaksa itu. Tangannya mengepal, menyalurkan seluruh emosinya. "Sudah saya bilang bahwa Ketua Eliteriots adalah Dirga Caseentha. Masih tidak percaya?"

"Buktinya kamu masih ada disini. Tidak dibawa kabur maupun mati. Artinya kamu berbohong." Clauresta tersenyum miring, melihat Jeano yang kini bungkam. Kedua tangannya bertumpu di atas meja, sedikit mendekat kepadanya. "Ada masalah apa dengannya sampai kamu menuduhnya?" Aneh saja baginya jika Jeano asal menuduhnya. "Satu lagi, kamu tidak sepenting apa sampai tidak ditolong oleh mereka?"

Jeano terkekeh remeh. "Saya penting, jangan remehkan posisi saya," ucapnya menepuk pipi wanita itu yang langsung ditepis. "Padahal saya bisa jadi double agent. Saya bisa kasih informasi tentangnya dan kamu bisa membantu saya untuk sidang aju banding. Bagaimana?" tawarnya.

"Saya jadi semakin yakin kalau kamu tidak sepenting itu bagi mereka," ledek Clauresta.

"Terserah apa katamu." Jeano mengalah. "Tawaran saya tidak berlaku lama. Pikirkan–"

"Tidak mau," jawab Clauresta cepat. "Saya bukan jaksa yang segampang itu disogok cuma karena informasi. Apalagi imbalannya tidak seimbang. Aju banding? Jangan harapkan itu. Sesusah itu saya lawan adik saya sendiri dan sekarang bebaskan kamu?" Itu sama saja usahanya sia-sia. "Kamu tinggal berbagi informasi dengan Kavian. Lalu dia beri informasinya ke saya. Lebih gampang," ujarnya mengancungkan jempol.

"Kamu pasti tidak tahu jika Kavian ikut tergabung ke organisasi Eliteriots." Kini Jeano yang menyerangnya balik. "Ikut sebagai pengedar," bisiknya semakin membuat panas.

"Dan kamu pikir saya percaya begitu saja?" Sikapnya masih tenang, menumpu dagunya menggunakan tangan. "Sesama anggota seharusnya bisa menjaga rahasia masing-masing. Dan kamu membeberkannya? Sebelum pengajuan banding, pasti kamu sudah ditemukan membusuk di dalam penjara." Melihat Jeano berdecih, Clauresta anggap ucapannya tadi sebuah kebenaran. "Bicara. Kenapa kamu menuduhnya? Ah salah. Maksud saya, kenapa kamu menuduh Dirga sebagai ketua Eliteriots?" Untuk Kavian, ia sudah tahu. Jeano hanya ingin memprovokasinya saja.

"Bukankah sudah saya bilang jika Ketua mempunyai istri?"

Gendhis. "Jadi maksud kamu, kamu membuat tuduhan palsu atas perintah Ketua Eliteriots? Istri yang kamu maksud itu Gendhis Santika Candrakanti, putri pertama Yudha Pramana? Alasannya pasti tidak akan jauh-jauh dari harta kekayaan keluarganya." Clauresta membuat dugaannya sendiri.

Efemerald ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang