2 Insiden kuah soto

316 33 23
                                    

WARNINGㅡcontain sensitive issues: imperfect family. Yang nggak nyaman bisa langsung skip ya.

HARRIS berlari agak kencang menuju gerbang kampus yang dipisah oleh seratus meter jalan utama universitas dari gedung fakultasnya. Cuaca panas kering kemarau dan terik matahari yang dipantulkan aspal membuat Harris harus menyempatkan berhenti barang lima detik setiap menemukan pohon untuk berteduh sebelum melanjutkan langkah cepatnya.

"Gila, pantesan kura kura ninja cuma ada di luar negeri. Kalau disini kesian keberatan gendong rumah soalnya harus pasang AC." Harris menyempatkan diri mengecek ponsel yang sedari tadi bergetar di dalam saku celana jeansnya. Agak geli juga lama lama bergetar di area paha.

Reihanying.

"Duh gusti. Lihat namanya aja bikin emosi." Harris menahan diri untuk tidak meledak ditempat setelah melihat nama yang muncul di layarnya. Cowok itu mengelus dadanya tiga kali, mengumpulkan kesabaran orang sedunia untuk dimasukkan kedalam dadanya sebelum menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"APA?!"

Ada jeda setelah Harris berteriak di lubang speaker ponselnya.

"Oh Harris gitu ya sekarang, bentak bentak." Harris menatap layar ponselnya jijik ketika mendengar suara aneh diseberang sambungan telepon lima detik kemudian.

"Geli goblok."

"Caileh gitu amat. Lo dimana anying? Lama banget. Ini si bule udah mau habis sate usus lima tusukㅡHEH HEH BABI, LO KALAU NGUMPAT JANGAN PAS MULUT PENUH, ITU USUS AYAM DI MULUT LO MUNCRAT SEMUA TOLOL!"

Harris seketika menarik ponselnya menjauh dari telinga mendengar suara dengan frekuensi gila yang merambat masuk mengguncang gendang telinganya.

Dianalisa dari kalimatnya, bisa Harris bayangkan bagaimana kunyahan usus ayam balado yang muncrat dari mulut Farelㅡpemilik panggilan bule yang sempat disebutㅡketika mengumpat. Kebiasaan buruknya ketika kalah bermain game.

"Pokoknya lo nyusul cepetan ya asu. Lama gue cancel traktirannya. Bye." Setelah kalimat penutup barusan, sambungan terputus.

Harris menghela nafasnya gusar. Menerawang lurus ke depan, sebuah warung tenda terlihat di seberang, terhalang oleh jalan raya yang melintang di depan gerbang kampusnya. Hanya berjarak sepuluh meter dari tempatnya berdiri sekarang.

Tempat dimana ada dua temannya menunggu dirinya untuk bergabung makan siang di sela istirahat selepas salat Jum'at, padahal setengah jam lagi dia harus menghadiri seminar UKM.

"Ahelah. Kalau bukan gara gara dibayarin mana mau gue lari larian ala Uttaran gini."

Memang the power of makanan gratis itu dahsyat sekali teman teman. Kapan lagi Harris bisa menikmati yang seperti itu selain saat menyamar menjadi tamu di hajatan orang asing yang dipilih random lewat tumpukan undangan untuk Oma Fatmaㅡpemilik tempat kosnyaㅡyang tidak sempat beliau hadiri? Nikmat seperti ini jelas tidak boleh didustakan.

"Anjai, gue kira hoax doang lo kata mau traktiran." Harris yang baru datang bergerak mengambil posisi disamping Farel yang fokus push rank dengan tusuk bambu sate usus yang masih menyangkut di mulutnya, "Awas itu malaikat lewat, ketelan beneran gue ketawain pakai toa masjid kampus."

Farel yang mendengar kalimat ngawur Harris langsung melepaskan tusuk bambu dari mulutnya, "Mbok ya udah tau doanya gampang dijabah, kalau doa tuh yang bener, Ris."

404 PAGE NOT FOUND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang