5.2 Satu dua tiga galau semuanya (lagi)

245 25 6
                                    

WARNINGㅡcontain sensitive part: religion issues.

•×•

JAYANDARU Wirasena, cowok berambut legam sebatas leher itu tersenyum tipis ketika beberapa bubble text masuk di kolom pesan langsung Instagramnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAYANDARU Wirasena, cowok berambut legam sebatas leher itu tersenyum tipis ketika beberapa bubble text masuk di kolom pesan langsung Instagramnya. Walaupun awalnya sempat agak lama menyeleksi ingatan tentang wajah dari beberapa cewek yang mengajaknya bicara di bengkel tadi siang, untungnya dia berhasil mengingat satu satunya yang memberinya id line.

Tidak salah lagi, pasti cewek yang ditabraknya kemarin saat berada di kampus Yosef.

Oh, jadi namanya Yesicha.

Cewek ini, cukup unik. Kepribadiannya ringan, seperti tidak mau repot membentengi diri dengan gengsi. Walaupun Wira agak terkejut dan bingung perihal bagaimana cewek itu mendapat informasi tentang akun instagramnya.

Terlepas dari itu, sebenarnya tidak ada alasan bagi Wira untuk tidak membalas deretan pesan yang masuk dari Yesicha. Wira ingin merespon pesan pesan penuh kepolosan ini dengan balasan yang sama positifnya. Hanya saja sekali lagi, Wira masih ragu. Ada yang mengganjal hatinya terkait percakapan mereka tadi siang.

"Dih kenapa lo senyum senyum sendiri? creepy anying gue lihatin dari jauh tadi." Wira menoleh ke kiri tubuhnya ketika sebuah suara menginterupsi. Ternyata Yosef, teman satu tongkrongan sekaligus sahabatnya yang baru datang sehabis membeli rokok di warung sebelah.

Ngomong ngomong, sekarang ini mereka berdua sedang berada di sebuah kedai berkonsep rumah klasik di pusat kota. Bersama teman temannya, tempat ini adalah titik kumpul rutinan Wira untuk mengisi waktu luang.

"Nggak ada." Cowok itu meletakkan ponselnya diatas meja, lalu menarik sebatang rokok dari kotak milik Yosef. Menjepitnya diantara kedua bibir, dan memantik api untuk membakar ujungnya. "Yang lain?"

"Aheng nggak bisa, ada urusan mendadak. Kalau si Sahil palingan bentar lagi juga nyampe." Yosef juga mulai menyalakan rokoknya.

Beruntung meja yang mereka tempati adalah meja yang berada di smoking spot, yaitu area di halaman bagian barat bangunan yang diisi oleh beberapa meja yang letaknya terpisah dari meja meja lainnya di bagian depan. Dan memang di area ini dibebaskan untuk merokok. Biasanya diperuntukkan untuk rombongan yang sebagian personelnya adalah perokok supaya asap tidak menggangu pengunjung lainnya.

Wira mengangguk. Lalu lanjut menikmati rokoknya.

"Lo masih ngerokok? Gue kira udah berhenti." Satu pertanyaan lolos dari bibir Yosef untuk Wira.

Tidak langsung menjawab, Wira menghisap rokoknya sekali tarikan, lalu menghembuskannya perlahan. Sejenak menikmati sensasi asap yang menyapu wajahnya.

"Bentar doang kemarin, gara gara mau ngelamar kerja." Wira menyentil puntung rokoknya di asbak, merontokkan abu halusnya. "Taunya nggak keterima."

404 PAGE NOT FOUND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang