7 Harinya Yesicha

199 23 1
                                    

MOTOR yang ditumpangi Yesicha dan Aya berhenti di area parkir fakultas teknik. Alasan Aya memarkirkan motornya disini adalah letaknya yang lebih dekat dengan pintu masuk universitas daripada tempat parkir fakultasnya sendiri, fakultas ilmu sosial yang terletak di paling dalam. Yesicha turun dari motor dan melepas helm yang membungkus kepalanya.

"Eh, Cha, ya ampun, Gue lupa bilang lagi." Aya melepas kaitan pada helmnya, "Kelar kelas terakhir gue mau nemuin dosen buat minta surat rekomendasi, makanya hari ini gue nggak bisa pulang bareng lo lagi, maaf banget!" Cewek itu menyatukan telapak tangannya.

"Yah, Ya? terus gue pulangnya gimana anjir? Si memble udah balik kos dia." Yesicha cemberut. Kemarin Harris sudah kembali ke rumah kosnya, cowok itu pasti tidak akan mau kalau disuruh mengantar pulang ke rumah yang direksinya berbeda dari kosnya.

"Aduh gimana ya, Cha. Minta Sanu deh, lo kan deket tuh sama dia, pasti dia mau nolongin." Saran Aya.

Yesicha berpikir sejenak, "Kalau ditanya dia mau apa engga anterin gue pulang ya dia jelas mau, sih. Tapi kasihan Sanunya kalau harus muter kerumah gue dulu, kita beda arah." Cewek bermata rubah itu menghela nafas, "Lagian lo tahu sendiri si Sanu anak famous. Berani gue bertengger di jok motor dia, bisa bisa besoknya gue debut di menfess kampus."

Aya tertawa. Meskipun tidak dekat dan hanya mengenal Sanu tidak lebih dari sebatas 'Teman Yesicha', Aya tahu bagaimana populernya Sanu di kampus. Wajah tampan diatas rata rata dan jabatannya sebagai anggota kepengurusan UKM fotografi, Aya paham betul dilema tetangga sekaligus sahabat masa kecilnya ini punya teman terkenal.

"Hm, yaudah deh, gue ngojek aja nanti." Final Yesicha.

"Nggak papa?" Aya menatap Yesicha khawatir, "Gue ongkosin ya?"

"Nggak usah anjir, ngapain? Simpen aja duit lo buat beli es." Yesicha menggeleng cepat.

"Beneran nih? Duh, ngerasa bersalah gue, kemarin Jumat juga telantarin lo. Hari ini terakhir kok, sumpah! Lagian dosennya juga baru kasih tahu semalem. Kalau aja bukan karena gue pengen cepat cepat ngumpulin berkas sebelum deadline bulan depan."

"Iya, sayangnya gue. Lo semangat ya, semoga dimudahkan." Yesicha mengangguk mantap. Dia mengerti kok, sahabatnya ini sedang dalam tahap pengumpulan berkas untuk pengajuan beasiswa double degree. Sejak SMP, Yesicha adalah saksi ambisiusnya Aya dalam semua bidang, baik akademik maupun non-akademik.

Berbanding terbalik dengan kapasitas otak Yesicha yang terbatas, rajin adalah kata dalam kamus Yesicha yang hanya berlaku dalam hal pekerjaan rumah dan membantu bundanya.

"Amin. Yaudah, tiati lo. Kalau ada apa apa telepon gue."

"Siap."

Setelah Aya mengunci motornya dan Yesicha meletakkan helmnya di loker khusus penitipan helm yang tersedia di area parkir, mereka berdua berpisah dan mengatur direksi menuju fakultas masing masing.

Yesicha berjalan dengan normal dan stabil seperti biasa menuju kelasnya di lantai dua gedung timur. Hari ini kelas matematika wajib di dua semester pertama, seingatnya kelasnya gabung dengan kelas Sanu. Maka dia harus berjalan sedikit lebih cepat supaya dapat tempat duduk paling belakang.

Iya, tidak salah kan? Berangkat lebih pagi untuk dapat tempat yang diinginkan meskipun itu berarti bangku paling belakang adalah hal normal, kan? Setidaknya bagi mahasiswa pemalas seperti Yesicha.

Sebelum menaiki tangga ke lantai dua, Yesicha mampir ke sebuah vending machine yang selalu Yesicha datangi setiba di kampus. Letaknya ada di sebelah tangga koridor lantai satu. Sekedar tahu, kopi adalah hal wajib bagi Yesicha sebelum memulai kelas pertama. Dalam kondisi sudah sarapan ataupun belum. Kalau di dimensi game yang sering dimainkan oleh Yesicha, kopi kalengan di pagi hari adalah stamina booster baginya.

404 PAGE NOT FOUND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang