11 Sanu anak hebat, mentalnya kuat

197 24 4
                                    

SANU mematikan mesin ketika motornya berhenti dengan sempurna di garasi rumahnya. Melihat presensi sebuah mobil sedan yang familiar terparkir disana, dia bisa menebak kalau kakak laki lakinya yang menjalani masa magang di rumah sakit sedang ada di rumah.

Cowok itu meletakkan helm di rak khusus helm yang berada di sudut garasi, lalu masuk kedalam rumah setelah menutup rolling door garasinya.

Memasuki ruang tamu besarnya, Sanu mendapati presensi Musa Adikara, kakak laki lakinyaㅡyang sedang berkutat dengan laptop dan beberapa kertas laporan prakteknyaㅡyang rupanya juga menyadari kehadirannya.

"Weits, udah pulang adek gue yang paling ganteng."

"Nggak usah puji puji, jijik."

"DAMN MANNN."

Menanggapi reaksi lebay kakaknya, Sanu memutar bola matanya malas, "Ngapain pulang?"

"Yaelah Dek, sewot amat sama abang sendiri. Baru pulang dimarahin, ngajak berantem?"

Sanu mencibir mendengar tagline iklan permen susu yang diucapkan oleh Musa yang padahal tidak ada sangkut pautnya dengan topik saat ini.

Meskipun kata orang saudara laki laki itu susah akurnya, namun nyatanya tidak berlaku untuk Sanu dan Musa. Hubungan kakak beradik ini bisa dibilang sangat harmonis dari kecil. Dibuktikan dengan record pertengkaran mereka yang hanya terjadi tiga kali dalam hampir dua dekade sejak Sanu lahir.

"Mama sama Papa belum pulang?" Tanya Sanu, mengingat absennya mobil orang tuanya di garasi.

"Katanya udah dijalan sih. Tadi niatnya si Mama mau gue ajak pulang bareng, gue jemput di lab gitu, tapi nggak mau katanya. Maunya dijemput suaminya, takut dikira nyimpen berondong kalau ketahuan sama temen temennya gue yang jemput."

Sanu tertawa mendengar selorohan asal abangnya. Musa ini agak licik kalau dibilang. Ucapannya akan sangat manis didepan kedua orang tua mereka, namun bisa lain lagi kalau dibelakang.

Ngomong ngomong, lab yang dimaksud Musa adalah laboratorium dan kantor tempat mama mereka yang menjabat sebagai wakil direktur perusahaan farmasi bekerja.

"Yaudah, gue naik dulu." Sanu menunjuk tangga di tengah ruang tamu dengan dagunya sebelum benar benar mengambil langkah ke lantai dua.

Sampai di kamar, hal yang selalu Sanu lakukan pertama kali adalah mandi. Hari ini, meskipun jadwal kuliahnya kosong, tetapi dia tetap harus berangkat ke kampus untuk meng-handle beberapa urusan UKM. Lalu pergi ke dojo untuk latihan karate, kemudian dilanjut ke kosan Harris untuk memperbaiki kamera yang ujung ujungnya Sanu tidak berhasil menyelamatkan benda itu karena bukan ranahnya. Dia hanya bisa mengutak atik mesin motor, namun untuk barang elektronik, Sanu masih noob.

Selepas mandi dan mengganti pakaiannya dengan celana training dan kaus pendek hitam polos, Sanu berbaring di ranjangnya dengan posisi membintang. Rambut kecokelatannya dibiarkan setengah basah, supaya terlihat segar katanya.

Cowok berlesung pipi itu menghela nafas. Di waktu kosong tanpa melakukan apapun seperti ini, biasanya pikiran pikiran tidak penting menyerang otaknya. Contohnya sekarang, wajah Yesicha dan bocah laki laki enam tahun tadi siang tiba tiba muncul di monitor otaknya. Oh, dan jangan lupakan paman si bocah yang datang bersama Yesicha.

Sejak awal Yesicha bertemu dengan cowok itu, Wiraㅡkalau Sanu tidak salah mengingat namanya, Sanu sudah tahu faktanya di hari yang sama. Fakta bahwa Yesicha dengan konyolnya mengaku kalau jatuh cinta di pandangan pertama pada cowok gondrong yang (sialnya) Sanu akui lumayan tampan itu.

Awalnya Sanu pikir tidak masalah ketika Yesicha bilang dia menyukai Wira meskipun baru pertama kali mengobrol di hari hujan itu. Toh mereka tidak akan bertemu lagi, begitu pikir Sanu waktu itu.

404 PAGE NOT FOUND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang