12

251 33 1
                                    

Haruto sampai di panti asuhan cinta, ia melihat ada Doyoung disana dengan duduk di depan panti. Doyoung juga tampak melamun akibat kebanyakan berfikir

" Apakah aku harus meninggalkan kan adik-adik pantiku? Dan pulang ke Seoul.. " gumam Doyoung sambil menghela nafasnya berkali-kali. Haruto yang melihat nya berniat untuk mengagetkan Doyoung.

" Dor! " Doyoung langsung menoleh dengan wajah kagetnya. Haruto hanya terkekeh dan langsung duduk di samping nya

" Watanabe Haruto?! Kenapa kau disini? Hari ini kan sekolah.. " kaget Doyoung menatap tajam ke Haruto. Sementara Haruto dengan santainya berdehem.

" Hmm.. tidak ada dirimu sangat membosankan Lee Doyoung. " Ujarnya begitu santai. Sementara Doyoung udah ancang-ancangan ingin memukul wajah Haruto.

" Aku mencintaimu Lee Doyoung.. " ungkapan tiba-tiba itu membuat Doyoung mengurung kan niatnya yang ingin memukuli wajah Haruto. Doyoung hanya bisa canggung sama dan diam tidak merespon apapun.

" Aku butuh waktu haru.. " Doyoung juga sebenarnya menaruh rasa suka ke Haruto, tetapi keadaan yang sekarang membuat nya mengurungkan niatnya. Ia juga harus berfikir apakah ia tinggal di panti atau tinggal bersama keluarga Junkyu.

Sangat rumit, karena Doyoung menyayangi mereka semua. Haruto yang mendengar nya pun paham. Ia mulai mengelus rambut Doyoung dengan lembut. " Tak apa jangan terburu-buru, fikiran matang-matang, ketika kau menerima ku maka otomatis kau akan menjadi milikku.. " terdapat raut serius di wajah Haruto.

Doyoung hanya mengangguk kan kepalanya. Lalu ia mulai berdiri dan menyuruh Haruto untuk masuk dan menemui anak-anak panti. Haruto hanya mengikuti Doyoung dari belakang dengan senyuman mengambang.

" Kau kalah Start dariku So Junghwan. " Gumam Haruto dalam hati dengan melihat punggung milik Doyoung.























































Junghwan sudah berfikir keras, lalu ia pun mulai menelpon nomer Junkyu untuk bertemu. Ajakan itupun di setujui oleh Junkyu. Apa lagi sudah jam pulang. Junghwan dengan perasaan resah nya menunggu Junkyu datang.

Ketika Junkyu ingin menyebrang di jalan mau ke taman ia sibuk berteleponan di handphone dengan Doyoung hingga ia gagal fokus. Junghwan yang melihat itu pun panik dan langsung berlari.

Naas sekali Junghwan terlambat, mobil itu langsung menabrak tubuh Junkyu hingga terpental sangat jauh. Junghwan yang melihat nya langsung berteriak keras. Traumanya yang ia alami akibat kecelakaan ibunya pun kambuh, sama persis seperti kecelakaan milik ibunya.

Junghwan langsung berlari dan memeluk tubuh Junkyu yang sudah berlumpuran darah. Junghwan juga menangis dengan sangat deras. Sementara orang-orang mulai memanggil ambulans untuk di bawa ke rumah sakit.

Doyoung yang pasalnya mendengar benturan keras di telpon kakaknya panik. Setelah benturan keras itu panggilan Mereka terputus dan membuat Doyoung semakin panik.





























































Junghwan dalam perasaan kalut nya dengan menunggu dokter di luar. Ia hanya bisa menangisi kondisi milik Junkyu yang terlihat memperhatikan. Ia juga mengucapkan perkataan maaf berulang-ulang.

Andai saat itu Junghwan tidak mengajak nya untuk bertemu sudah pasti tidak akan terjadi kecelakaan. Dan Junkyu juga akan baik-baik saja di rumah, Junghwan terus menyalahkan diri nya sendiri.

Sampai dimana Jisoo datang dengan amat tergesa-gesa. Junghwan yang melihat ibu dari Junkyu hanya bisa merasa bersalah. " Maafkan Junghwan Tante, andai Junghwan tidak meminta bertemu pasti tidak akan terjadi. Hiks.. " isakan Junghwan mulai muncul.

Sementara Jisoo menggelengkan kan kepalanya, ia memeluk Junghwan dengan lembut dan mengelus punggung nya. " Bukan salah siapa-siapa Junghwan. Ini takdir Junkyu jangan menyalahkan dirimu, kita berdoa saja semoga Junkyu selamat. " Ujar Jisoo menutupi tangisnya, hati Jisoo juga terpukul mendengar nya tetapi ini juga bukan salah siapa-siapa. Takdir lah yang salah jadi untuk apa menyalahkan orang? Jika takdir saja tidak bisa di ubah.

Beberapa menit kemudian telpon milik Jisoo berdering. Di kontaknya ada nama Doyoung. Dengan segera Jisoo mengangkat nya dengan begitu gemetaran. " Hiks.. hallo Doyoung. " Tangis Jisoo mulai terdengar di telpon membuat Doyoung panik.

" Ada apa maa?? Btw kak Junkyu kenapa? Tadi pas kita telponan aku denger suara benturan keras? Dia baik-baik aja kan ma? " Tanya Doyoung yang berunturan, sementara Jisoo hanya bisa terisak.

" Junkyu mengalami kecelakaan youngiee..hiks " Doyoung yang mendengar nya langsung menjatuhkan handphone nya dengan wajah schoknya. Doyoung juga menutup mulut nya tidak percaya.

Doyoung langsung ke kamarnya dan mengambil tasnya untuk berjaga-jaga. Ia langsung izin ke anak-anak panti untuk menjenguk keluarga nya yang di Seoul. Haruto hanya binggung ketika tangan nya di tarik oleh Doyoung.

" Ada apa denganmu Doyoung? " Tanya Haruto dengan begitu khawatir. Sementara Doyoung mulai menangis tersedu-sedu. Haruto yang melihat nya pun panik dan langsung memeluk tubuh Doyoung.

" Kakak aku Junkyu hiks, dia kecelakaan. " Jawab Doyoung begitu gemetaran. Meski Doyoung baru beberapa jam menggenal Junkyu ia menyayangi kakakk satu-satunya nya itu.

Haruto sama terkejut nya, ia menatap tidak percaya ke Doyoung. " Benarkah? " Schok berat ketika mendengar nya. Junkyu termasuk anak baik meski sikapnya dingin dan cuek.

Doyoung mengangguk-anggukkan kepalanya, ia langsung menarik tangan Haruto untuk menuju rumah sakit yang telah di beri tau oleh Jisoo. Sepanjang perjalanan fikiran Doyoung hanya kepada Junkyu.

Doyoung juga selalu memanjatkan doa nya. Sementara Haruto mengusap-usap punggung Doyoung guna menangkannya.


























































" Akibat benturan keras di kepalanya membuat mata Nona Junkyu bermasalah. Untuk sementara matanya tidak akan bisa melihat alias buta, tapi tenang saja itu tidak permanen. Seiring waktu akan sembuh dengan sendirinya. Jangan lupa hibur dia, kemunggkinan besar kesehatan mentalnya juga akan terganggu akibat kehilangan penglihatan nya. " Ujar dokter yang menangani kondisi Junkyu dengan begitu lembut.

Jisoo yang belom siap menerimanya pun jatuh di lantai. Junghwan langsung menangkapnya dan mengelus punggungnya. Dokter yang melihat nya panik ketika melihat Jisoo menutup matanya.

Junghwan juga sama persis nya kaget ketika melihat Jisoo pingsan. Dengan segera Junghwan mengendong tubuh Jisoo untuk mendapatkan penanganan. Disini Junghwan merasakan amat bersalah ke keluarga Kim.

Junghwan memutuskan untuk melihat sebentar kondisi milik Junkyu. Junghwan dapat melihat mata Junkyu di perban, badannya di pasangi oleh alat-alat medis. Tangis Junghwan tidak dapat di bendung lagi.

Ia langsung menghampiri Junkyu dan menangis, Junghwan juga mengecup kedua mata milik Junkyu supaya cepat sembuh. " Cepat Bagun? Aku minta maaf atas bentakan tadi pagi Junkyu.. aku mencintai mu melebihi apapun. " Jawab Junghwan begitu ngilu di hatinya ketika melihat wajah pucat Junkyu.

" Junkyu ku mohon jangan tinggalkan diriku. " Jawab Junghwan begitu putus asa.






































Haruto dan Doyoung sudah sampai di rumah sakit nya. Dengan segera mereka bertanya ke resepsionis untuk mengetahui ruangan Kim Junkyu. Doyoung dan Haruto berlari sangat kencang.

Hingga dimana ia menemukan ruang inap kakaknya. Tubuh Doyoung oleng untung ada Haruto di belakang nya. Perlahan Doyoung mendekat ke Junkyu.

" Kakkk kakakkkk!! Kenapa kau tidur disini? " Terisk Doyoung begitu terpukul, Haruto yang melihat nya secara langsung ia langsung memeluk tubuh Doyoung untuk tenang.

Haruto juga merasa kasihan ke Junkyu. Tetapi hatinya akan tetap milik Doyoung meski mereka kembar sangat identik.









TBC

Love Furthermore[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang