PONDOK KEDIAMAN VERNON

289 40 3
                                    

Seungcheol telah tiba di istana, ia langsung menuju kembali ke sel penjara Jungwon. Di area penjara sudah ada Minghao yang mengamati situasi.

"Untungnya kau cepat datang, karena Joshua tidak bisa menahan Jun untuk lebih lama lagi."

Seungcheol langsung mengerti situasi, dengan segera ia menuju sel Jungwon, berpura-pura masih menjaga sel itu. Bertingkah biasa seperti tak ada hal yang terjadi.

Minghao langsung melesat pergi karena mengetahui Jun akan datang kembali menjaga kawasan penjara ini.

Besok harinya barulah Seungcheol melapor pada yang mulia raja jika Jungwon telah mati seperti yang di inginkannya. Soobin tersenyum simpul mendengarnya. Salah satu musuhnya telah hilang.

Sunoo yang ikut mendengar laporan Seungcheol juga ikut senang. Akhirnya orang yang ia benci itu mati. Sedangkan Jake yang juga tahu mengenai kematian Jungwon merasa sedikit lega karena dengan mati penderitaan bayi malang itu telah berakhir.

Jake pergi ke penjara, memastikan sekali lagi apakah Jungwon sudah mati atau belum. Meskipun hatinya lega karena penderitaan bayi itu berakhir setidaknya Jake ingin menguburkan mayat itu dengan layak. Hidupnya sudah menderita, setidaknya jasadnya tidak kelihatan menyedihkan.

Saat memasuki sel itu, Jake menemukan jasad Jungwon. Jasad itu sudah separuh membusuk. Jake tidak bisa melihat wajah Jungwon karena wajah itu sudah tak berbentuk.

Aneh, padahal Jungwon baru meninggal, kenapa jasadnya sudah membusuk seperti ini? Jake lebih mengamati jasad itu, meskipun jasad itu mengenakan pakaian yang sama, tapi Jake menemukan kejanggalan. Kaki kiri jasad itu tidak membengkok seperti yang seharusnya. Kaki itu tidak kelihatan cacat.

Itu bukan jasad Jungwon melainkan jasad orang lain. Seungcheol pasti telah melakukan sesuatu pada Jungwon, itu karena Jake lah yang menyuruhnya untuk menggantikan dirinya menjaga.

Jake harus mencari tahu tentang ini. Ia harus lebih mengawasi Seungcheol agar tahu dimana keberadaan Jungwon.

***

Sudah beberapa hari Jungwon tinggal dikediaman Vernon. Hidupnya hanya makan, minum, tidur, istirahat, tidak bergerak sama sekali. Tentu saja Jungwon bosan karena sendirian di kamarnya.

Vernon selalu sibuk, ia adalah guru bela diri yang mengajari para pemuda-pemudi di desa ini untuk menjadi pejuang. Selain itu Vernon juga seorang tabib, tidak sedikit penduduk yang setiap malam datang kerumahnya untuk meminta pengobatannya.

 Selain itu Vernon juga seorang tabib, tidak sedikit penduduk yang setiap malam datang kerumahnya untuk meminta pengobatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vernon hanya berkunjung dua kali sehari menemui Jungwon yaitu di pagi dan sore hari. Itupun untuk memberinya makan dan mengganti perban.

Jungwon sangat bosan, sakit diarea dadanya sudah sedikit membaik. Jungwon ingin merangkak keluar dari kamar ini dan melihat keadaan diluar, tapi salah satu telapak tangan Jungwon masih sakit sehingga menyulitkan dirinya untuk merangkak. Apa yang harus Jungwon lakukan?

Jungwon masih bisa beringsut, menyeret tubuhnya sendiri dengan menggunakan lutut dan siku tangan untuk bergerak. Hanya itu satu-satunya cara.

Jungwon tidak peduli, ia melakukannya. Beringsut dari Kasur lantainya menuju ke pintu. Untungnya pintu itu tidak pernah dikunci, Jungwon jadi mudah untuk keluar dari kamarnya.

Terdengar suara teriakan latihan dari luar. Jungwon jadi ingin tahu bagaimana keadaan diluar pondok kediaman Vernon ini. Jungwon kembali beringsut, membawa tubuhnya untuk keluar menuju teras pondok.

Dengan susah payah Jungwon memposisikan dirinya untuk duduk dipinggiran teras, arah pandangnya menghadap dojo yang terletak disebelah pondok Vernon. Terlihat Vernon sedang mengajar para murid-muridnya.

Jungwon mengamatinya, dengan suara lantang Vernon menginteruksikan apa yang harus dilakukan murid-muridnya hingga suaranya itu menggelegar jauh hingga terdengar oleh pendengaran Jungwon.

"Pegang kuat-kuat pedangmu!"

"Ayunkan kedepan sebanyak lima puluh kali!" interuksinya.

Dengan semangat pemuda-pemudi itu mengayunkan pedangnya seperti apa yang diintruksikan gurunya.

Satu ayunan "Ha!"

Dua ayunan "Ha!"

Tiga ayunan "Ha!" begitu seterusnya. Mereka melakukannya secara bersamaan dan terlihat kompak.

Vernon berjalan mengelilingi dojo, mengamati satu per satu muridnya apakah mereka berlatih dengan serius atau tidak. Tanpa sengaja arah pandangan Vernon mengarah pada Jungwon yang duduk diteras pondoknya, mengamati kegiatannya.

Vernon mengangkat satu alisnya, melihat Jungwon dari kejauhan, bagaimana anak itu bisa sampai keluar dari kamarnya?

Sambil menunggu murid-muridnya menyelesaikan interuksinya, Vernon berniat untuk menghampiri Jungwon. Menyapa sebentar anak itu, karena selama Vernon merawat Jungwon, Vernon akui ia jarang berbicara dengan anak itu.

Jungwon yang melihat Vernon menghampirinya jadi gelagapan, ia takut Vernon marah karena Jungwon tidak menuruti perintahnya untuk tidak terlalu banyak bergerak selama masa pemulihannya.

"Mmm... maafin Jungwon paman, Jungwon bosan dikamar terus jadi Jungwon beringsut keluar." Ucapnya gugup sedikit takut.

Vernon belum berbicara apapun namun Jungwon sudah meminta maaf.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Vernon berbasa basi, ia sudah tahu keadaan Jungwon, lukanya tentu saja belum membaik namun anak itu nekat sekali menggerakkan tubuhnya hanya karena bosan.

Jungwon mendongak menatap Vernon yang berdiri didepannya. "Bagian dada rasanya lebih mendingan, tapi tangan kanan Jungwon rasanya masih sakit paman."

"baiklah, kalau kamu bosan dikamar terus, mungkin saatnya kamu untuk mulai bergerak. Jika dadamu sudah baik-baik saja tinggal menunggu pemulihan tangan kananmu. Tangan kirimu baik-baik saja kan?" Jungwon mengangguk menanggapi pertanyaan Vernon. " Nanti aku akan membuatkanmu tongkat agar kamu bisa berjalan."

Mendengar itu Jungwon senang bukan main. Vernon akan membuatkannya tongkat agar Jungwon bisa kembali lagi berjalan. Jungwon jadi tidak perlu bersusah payah untuk beringsut.

"Terima kasih paman." Ucap Jungwon dengan senyum cerah saking senangnya.

Melihat Jungwon yang gembira, Vernon tersenyum kecil, Vernon belum pernah melihat Jungwon sebahagia ini hanya karena barang sepele yaitu tongkat.

"Mau melihat murid-muridku latihan lebih dekat?" tawar Vernon pada Jungwon, ia berniat membawa Jungwon masuk ke dojonya agar bisa melihat lebih dekat.

Jungwon menggeleng, menolak tawaran dari Vernon. "Jungwon disini saja ya paman, disini rindang dan sejuk, Jungwon lebih suka disini." Jungwon menunjuk sebuah pohon yang ada didekatnya. Pohon itu tumbuh rimbun hingga membuat tempat dibawahnya nyaman untuk disinggahi.

"Baiklah kalau begitu, paman akan kembali mengajar." Setelahnya Vernon pergi kembali lagi pada murid-muridnya.


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

One In A BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang