MENYALAHGUNAKAN KEKUATAN

263 41 7
                                    



Vernon menyadari sesuatu jika ucapan Jungwon benar apa adanya dari apa yang baru ia lihat. Jungwon berhasil menyelamatkan nyawa seseorang yang Vernon sendiri tak sanggup menyelamatkannya. Selain itu Jungwon tadi juga berkata jika ia bisa menumbuhkan biji hingga menjadi pohon sebesar itu. Itu berarti Jungwon adalah manusia special. Seorang manusia yang diberkati oleh alam.

Vernon jadi mengerti sekarang, alasan Seungcheol menyelamatkan Jungwon, alasan sahabatnya Wonwoo menitipkan Jungwon pada dirinya. Inilah alasannya karena Jungwon adalah manusia yang diberkati untuk mengubah dunia.

Vernon menepuk pelan kepala Jungwon, mengelus kepala itu menyadarkan Jungwon dari lamunan kecilnya. Vernon tersenyum kecil padanya. "Kerja bagus."

Mendapat pujian, Jungwon menyunggingkan senyum kecil. "Terima kasih juga paman atas tongkatnya."

***

Jungwon berjalan-jalan disekitar pondok dengan tongkat barunya. Melihat beberapa anak berguru dengan Vernon dari kejauhan, Jungwon juga ingin belajar cara menggunakan senjata. Ia jadi teringat jika ia mempunyai belati kecil yang ia simpan di sakunya. Itu belatinya Riki yang sengaja Riki taruh di saku celana Jungwon sebagai senjata darurat jika Jungwon dalam keadaan bahaya atau mendesak.

Jungwon mengeluarkan belati itu, sejauh ini Jungwon belum pernah menggunakannya baik itu untuk menyerang seseorang ataupun untuk melidungi dirinya.

Jungwon mengayun-ayunkan belati tersebut sebagaimana apa yang ia lihat dari kejauhan. Para murid-murid Vernon yang sedang menggunakan senjata andalan mereka.

Telapak tangan kanan Jungwon sudah sedikit membaik, tangan itu sudah bisa digunakan untuk menggenggam jadi Jungwon bisa memegang belati itu meski sedikit nyeri ia rasakan.

Jungwon terus mengayun- ayunkan belatinya, ia juga ingin kuat dan bisa bertarung seperti teman-temannya. Jungwon ingin berguna bisa diandalkan dan tidak lemah seperti ini. Jungwon ingin berusaha semaksimal mungkin.

Ia masih mengayun-ayunkan belatinya, tiba-tiba gerakannya terhenti karena ada seorang gadis bersama teman-temannya datang menghentikan latihan Jungwon.

"Gak bisa jalan aja udah belagu pengen kuat." Ucap salah satu diantara mereka.

Jungwon menghentikan latihannya, melihat kedatangan para gadis murid dari Vernon datang menghampirinya. Jungwon hanya diam dihina seperti itu.

"Tapi aku lihat dia memiliki kekuatan aneh, kemarin aku melihatnya bisa menumbuhkan sebuah pohon. Lihat pohon besar disana itu, awalnya memang tidak ada kan? " ucap seorang gadis sambil menunjuk pohon beringin buatan Jungwon.

"Benar, kemarin kan pohon itu belum ada."

"Aneh, dia manusia tapi memiliki kekuatan, apa dia seorang penyihir?"

Para gadis tersebut memandang Jungwon dengan tatapan menjijikkan. Jungwon tidak ingin meladeni mereka. Jungwon ingin pergi meninggalkan para gadis itu, tapi seorang gadis menarik tangan kanannnya kuat hingga Jungwon kesakitan.

"Aku punya ide." Ucapnya tersenyum miring menghadap teman-temannya.

Jungwon menarik tangannya dari cengkraman gadis tersebut, tapi gadis itu malah mencengkram tangannya semakin kuat hingga Jungwon merintih kesakitan.

Gadis tersebut menarik Jungwon untuk berjalan mengikutinya. Mau tidak mau Jungwon harus mengikutinya, karena cengkraman gadis tersebut begitu kuat.

Disinilah Jungwon sekarang, disebuah persawahan yang sangat luas. Persawahan tersebut berisi ribuan tanaman padi yang terlihat layu dan kurang subur.

"Aku ingin kau menyuburkan padi di persawahan milik orang tuaku!." Ucap gadis tersebut memerintah Jungwon.

"Aku tidak mau, kenapa aku harus menuruti perintahmu?" ucap Jungwon sinis terhadap perlakuan kasar gadis tersebut.

"Kalau kau tidak mau ya sudah, aku akan menyebarkan gosip jika ada penyihir yang tinggal dipondok tuan Vernon."

"Aku tidak peduli, sebarkan saja. Toh aku tidak berbuat jahat." Ucap Jungwon berani menentang gadis yang ada didepannya.

Merasa gertakannya tak berpengaruh, gadis bernama Rea itu marah. Ia menyuruh teman-temannya yang masih bersamanya untuk mengeroyok Jungwon.

"Lihat teman-teman, dia tidak mau menolong kita. Jika sampai orangtua ku gagal panen desa ini bisa kekurangan pangan." Rea berpura-pura sedih menyalahkan Jungwon yang tidak mau menolongnya.

Sedangkan teman-teman Rea hanya mengikuti keinginan temannya itu. Dengan cepat mereka menyergap Jungwon. Jungwon yang diserbu serentak tentu saja kewalahan hingga ia tersungkur di tanah.

Seorang gadis menendang perut Jungwon hingga Jungwon kembali merasa kesakitan. Jungwon langsung melindungi area dadanya agar tidak terkena tendangan dari gadis-gadis yang mengeroyoknya. Tulang rusuknya baru saja sembuh, Jungwon tidak ingin menambah luka baru. Karena tidak ingin terluka semakin parah, Jungwon berteriak mengalah jika ia akan membantu Rea untuk menyuburkan tanaman persawahannya.

Rea langsung menyuruh teman-temannya untuk berhenti menyerang Jungwon.

Jungwon memposisikan dirinya duduk ditanah. Kedua tangannya menyentuh tanah yang di pijakinya. Daerah ini tidak kekurangan air karena curah hujan yang terbilang cukup. Itu berarti penyebab tanaman tidak tumbuh subur berasal dari tanah tempatnya hidup. Tanah disini tandus sehingga tanaman sulit untuk tumbuh subur.

Jungwon memfokuskan energi kekuatannya pada tangannya, menyebarkan energi tersebut kesepenjuru persawahan, mencoba kekuatannya untuk memaksa tanaman yang ada disini untuk tumbuh subur. Jungwon terus mengerahkan energinya, namun persawahan tersebut terlalu luas. Padi-padi itu sama sekali tidak mengalami perubahan.

Jungwon terus mengalirkan energinya, berharap yang ia lakukan akan membuahkan hasil. Energi yang besar ia keluarkan secara terus menerus hingga membuat dirinya kelelahan. Keringatpun mulai bercucuran dari dahinya.

Rea dan teman-temannya yang melihat usaha Jungwon menganga tidak percaya.

"Rea tidak kah kau berlebihan, lihat dia sampai kelelahan hingga wajahnya memucat." Ucap salah seorang teman Rea.

"Tapi lihat, usahanya membuahkan hasil. Perlahan padi-padi itu cepat tumbuh dan mulai berbiji." Ucap Rea menunjuk persawahannya yang mulai menguning.

"Aku benar-benar tidak percaya jika anak itu bisa melakukan ini."

Jungwon menghentikan kekuatannya karena energinya yang terkuras habis. Saat memandang kedepan, begitu terkejutnya Jungwon melihat apa yang ia lakukan membuahkan hasil. Persawahan yang nampak akan mati itu berubah menjadi hijau dengan biji padi menguning dimana-mana. Persawahan ini siap untuk panen.

Jungwon kembali menatap Rea, melihat Rea tersenyum puas akan hasil usaha Jungwon.

"Bagaimana? Aku sudah menuruti ucapanmu. Sekarang aku akan pulang!." Ucap Jungwon dengan suara terengah-engah karena jujur ia sangat kelelahan.

Jungwon meraih tongkatnya, berjalan dengan pelan meninggalkan Rea beserta teman-temannya yang masih tidak percaya dengan kekuatan Jungwon.

"Seharusnya kau tidak memaksanya Rea, lihat dia kelihatan kasihan sekali, setelah kita keroyok habis-habisan dia masih harus menuruti perintahmu." Ucap salah seorang teman Rea yang merasa iba dengan Jungwon. Ia menyesali perbuatannya karena telah ikut mengeroyok Jungwon tadi.





ORANG-ORANG SEPERTI REA MEMANG BANYAK, PENULIS SEBENARNYA SEDIKIT SEBAL DENGAN REKAN KERJA PENULIS, KARENA MEMANFAATKAN KEMAMPUAN PENULIS AGAR PEKERJAANNYA RINGAN. PADAHAL PENULIS SENDIRI JUGA PUNYA BERSUSAH PAYAH UNTUK BISA MENGHASILKAN YANG TERBAIK.... EH DIANYA MALAH LEDA LEDE KERJA GAK PROFESSIONAL.

MAAF JIKA PENULIS MENCURAHKAN ISI HATINYA. PENULIS HANYA SEDANG KESAL AKHIR-AKHIR INI.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA.

One In A BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang