AMARAH VERNON

236 34 2
                                    



Jungwon masuk ke kamar itu, sambil memanggil Vernon dengan suara kecilnya. "Paman, paman sedang apa? Kenapa tadi Jungwon panggil diam saja?" tanya Jungwon berturut-turut dengan nada halus.

Raut wajah Vernon seakan bersedih, ia masih diam saja tidak mau menjawab pertanyaan dari Jungwon.

"Paman..." panggil Jungwon sekali lagi, "Jungwon boleh gak minta kertas sama tinta buat nulis." Ucapnya masih mengharapkan Vernon mau menjawabnya.

Vernon seakan bisu, tatapan matanya kosong. Jungwon berjalan lebih mendekat, menyadarkan Vernon dari lamunan gilanya.

Jungwon tanpa sengaja menyenggol meja yang dilewatinya hingga menjatuhkan sebuah bola kristal yang terletak diatasnya. Bola itu terjatuh dan pecah berkeping-keping.

Vernon yang melihatnya membulatkan matanya, itu adalah barang kesayangannya. Barang berharga pemberian dari kekasihnya yang selalu ia rindukan, Shua.

Vernon bangkit dari duduknya, memandang Jungwon dengan tatapan kebencian. Jungwon panik, ia benar-benar tidak sengaja menjatuhkannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN? KAU MENGHANCURKAN BENDA PEMBERIAN SHUA!!" marah Vernon seketika.

Jungwon meremang mendengar bentakan Vernon, baru pertama kali ini Jungwon dimarahi olehnya. "Jungwon minta maaf paman, Jungwon tidak sengaja."

"SIAPA YANG MENYURUHMU MASUK KE KAMARKU HAH?" Vernon benar-benar marah, matanya melotot memandang Jungwon tak suka.

"Tadi Jungwon udah ketuk pintu kamar paman, tapi paman tidak mau membuka ataupun menyahut panggilan Jungwon." Ucap Jungwon membela diri, namun wajahnya menunduk takut akan amarah Vernon.

"BUKAN BERARTI KAU BISA MASUK SEENAKNYA KAN" Vernon menabrak Jungwon hingga terjatuh, Jungwon sampai kaget dibuatnya. Vernon langsung memunguti pecahan bola kristalnya yang berserakan di lantai, tak menghiraukan Jungwon yang menatapnya penuh harap. Jungwon masih ingin meminta kertas dan tinta pada Vernon. Namun keinginannya itu mungkin tak akan bisa terpenuhi karena Vernon sendiri sedang dilingkupi amarah.

"SEHARUSNYA KAU TIDAK DISINI!, Aku berjanji hanya akan merawat dan mengobatimu hingga kau sembuh bukan? Kau sudah baik-baik saja sekarang, kau seharusnya tidak disini." Vernon mencoba mengusir Jungwon, Jungwon sudah sembuh dari luka-lukanya, maka seharusnya Jungwon tidak tinggal terus di kediaman Vernon.

"Tap-pi paman,..."

"PERGI KAU DARI SINI!" bentak Vernon keras. Saking marahnya Vernon hingga membuat Jungwon sadar seharusnya memang ia tidak terus berada disini. Meski Seungcheol menitipkannya pada Vernon, itu pasti ada batasnya. Tidak seharusnya Jungwon terus bergantung pada Vernon dan terus merepotkannya.

Jungwon mulai bangkit, mencoba menatap Vernon yang enggan menatapnya. "Sekali lagi Jungwon minta maaf paman. Kalau paman ingin Jungwon pergi dari sini maka Jungwon akan pergi. Terima kasih karena telah merawat dan mengobati Jungwon." Jungwon tersenyum tulus, menyadari kesalahannya. Tetesan air mulai turun dari pelupuknya. Tak ada jawaban dari Vernon. "Kalau begitu Jungwon pergi." Setelahnya Jungwon benar-benar keluar dari pondok itu.

Kepergiannya diikuti oleh Kuro yang selalu mengekorinya. "Ayo Kuro, kita harus pergi, jangan merepotkan paman Vernon terus."

Niatnya ingin membalas surat dari Riki, malah jadinya begini. Dimalam yang sepi itu, Jungwon pergi meninggalkan desa pack Wind Winders. Jungwon mengusap air matanya, berjalan pelan dengan tongkatnya, satu-satunya pemberian yang tersisa dari Vernon.

Beruntungnya Jungwon masih mempunyai Kuro yang selalu menemaninya kapan saja. Jungwon tidak tahu harus ke mana. Kakinya terus melangkah tanpa tujuan, hingga Jungwon tersadar jika kedua elang yang tadi bertengger dijendela kamarnya ternyata terbang mengikutinya.

Jungwon mendongak ke atas, mencoba berbicara pada sepasang burung itu, "Kalian pasti tahu kan dimana teman-temanku, bisakah kalian mengantarkanku pada mereka." Ucapnya, mengharapkan kedua elang itu mau menunjukkan jalan dimana ke empat temannya berada.

Sepasang elang tersebut memekik mengeluarkan suara keras sebagai jawaban bahwa mereka menanggapi ucapan Jungwon. Setelahnya mereka terbang pelan mendahului Jungwon sebagai bukti jika mereka akan menunjukkan jalan.

Jungwon segera berjalan mengikuti arah terbang elang tersebut.

Hari telah berganti, matahari telah muncul beberapa jam yang lalu. Jungwon terjatuh menghentikan langkahnya. Jungwon tidak kuat jika harus terus berjalan, kakinya bahkan bergetar karena dirinya pun kelelahan. Semalam penuh Jungwon berjalan tanpa istirahat.

"Kuro, berhenti dulu ya? Jungwon gak kuat." Ucapnya pelan merasakan kakinya lelah hingga bergetar. Kuro menurut, menarik pakaian Jungwon, membantu Jungwon menepi dibawah pohon terdekat untuk beristirahat.

Jungwon duduk bersandar dibawah pohon, mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan karena dipaksa terus berjalan. Arah pandangnya mengarah pada langit, mencari ke dua elang yang telah menuntunnya. Jungwon menghela nafas pasrah, kedua elang tersebut sudah tidak terlihat. Mereka pergi meninggalkan Jungwon yang tidak cepat mengikutinya.



VERNON ITU TIPIKAL ORANG YANG SULIT DITEBAK.

SEDIH GAK KALO JADI JUNGWON.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN.

One In A BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang