ANTERIC [7]: ROAD TO NIGHT HUNTER (II)

16 2 0
                                    

***ARSEAN JAVERIUS MOONLIGHT***

Sean menghentakkan kakinya dengan kasar menuju ke arah hutan yang lokasinya ada di belakang Mansion. Hutan tersebut menjadi salah satu lokasi Sean untuk melampiaskan kekesalan atau apapun itu, karena jauh dari keramaian dan tidak akan menimbulkan masalah sama sekali. Saat ini emosi Sean tidak bisa dikendalikan. Ekspresi wajahnya tampak sangat marah dan tangannya tidak hentinya mengepal erat, setelah pertemuannya dengan Sam di Mansion. Sean masih tidak bisa menerima apa yang telah terjadi sekarang ini. Semuanya terlalu kebetulan dan itu membuat emosinya sangat menggebu-gebu sekarang.

Masih terlintas dipikirannya, bagaimana Sam memperkenalkan Noelle sebagai calon istrinya kepadanya yang itu berarti Omega itu akan menjadi kakak iparnya sekaligus keluarganya. Tidak. Sean tidak bisa menerima semua itu. Baginya, itu adalah penghinaan yang sangat menjijikkan untuknya. Selain itu, wajah Noelle yang tampak seperti tidak tau apa-apa saat Sam menjelaskan itu, membuat Sean semakin marah.

Brak!

"Brengsek! Noelle brengsek!" umpatnya kasar sembari memukul batang pohon dengan tangannya. Emosinya berkumpul pada satu titik.

"Kenapa? Kenapa ia tidak memberitahu kalau sejak awal dia adalah calon istri Sam? Dia berniat mempermalukan aku sejak awal, hah?! Kurang ajar!"

Emosi Sean yang tidak stabil membuatnya tampa sadar  mengeluarkan mana nya dan membuat satu batang pohon tumbang karenanya. Napasnya memburu dengan wajah memerah. Aura dominan seorang Alpha yang sedang marah perlahan muncul menguasai separuh bagian dari hutan tersebut, membentuk sebuah array¹. Sean mulai kehilangan kendali atas dirinya.

"Kenapa? Kenapa semuanya harus begini?! ARGHHH!"

Feromon yang kuat terbentuk di sekitar array. Beruntungnya array tersebut menahan feromon Sean di satu tempat. Namun, dengan kondisi emosi yang tidak stabil yang sedang dialami Sean, array pelindung bisa menjadi hal yang berbahaya untuk tubuhnya. Sean mengetahui hal itu, tetapi emosinya lebih bergejolak dibandingkan dengan keselamatan dirinya sendiri.

"ARGHHH!"

"SEAN!"

Sean terdiam sejenak ketika mendengar sebuah suara yang amat ia kenal. Sebuah suara yang seharusnya ia hindari atau bahkan tidak ingin dia dengar lagi. Matanya menatap tajam ke arah sosok yang kini berdiri disana menahan feromon Sean yang tidak sengaja dilepaskan. Matanya menatap Sean dengan tatapan panik dan juga khawatir. Entah bagaimana sosok itu bisa sampai disini dan mengetahui keberadaan Sean ada disini.

"KAMU! Kenapa kamu kemari?!" bentak Sean.

Noelle ada disana. Berdiri diluar array yang digunakan untuk melindungi feromon Sean agar tidak keluar. Sean bisa melihatnya bahwa Noelle menatapnya dengan tatapan khawatir dengan tangan terkepal.

"Tolong dengarkan aku! Aku ingin menceritakan segalanya dari sudut pandang ku! Tapi kumohon, kendalikan dirimu! Aura dominan mu bisa membuat masalah termasuk pada dirimu sendiri!" seru Noelle.

"TAU APA KAMU?! Jangan berlagak kamu tau siapa aku! Pergi! Aku tidak mau melihatmu!" bentak Sean.

"Tidak! Sampai kamu bisa kendalikan dirimu, aku tidak akan pergi!"

"KAU! ARGH!"

Sean merasakan pening di kepalanya. Sesuatu yang tidak beres merespon ketidakstabilan yang telah ia buat sendiri. Mana dalam dirinya bergejolak, pertanda bahwa dia sudah mencapai limit tubuhnya. Ia harus bisa menghentikan ini semua. Sean mencoba mengendalikan dirinya, tetapi emosi yang tidak stabil dan aura kemarahan yang ia lepaskan dalam array, membuatnya justru sulit mengendalikan dirinya.

"KENAPA! ARGH!"

"SEAN!"

"JANGAN MENDEKAT DASAR BODOH!" bentak Sean pada Noelle yang hendak menerobos array. "KAMU MAU MATI , HAH?!"

ANTERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang