ANTERIC [14]: (NOT) GUILTY

19 4 3
                                    

***NOELLE CORAL OCEANSEA***

"Pembunuh! Kau apakan kakakku?!"

Sean menatap tajam kearah Noelle yang kini terpaku. Pisau ditangannya jatuh ke lantai, menimbulkan suara nyaring. Sean berlari mendekat kearah mayat Sam yang kini terbujur kaku dengan genangan darah.

"Kak! Bangun!" Sean mengguncang tubuh Sam dengan kuat berharap kakaknya bangun. Namun, Sam tidak lagi merespon.

"KAKAK BANGUN!"

Sean meraung, marah. Dia menunduk sambil menangis tertahan. Suara tangisannya menggema di kamar Noelle dan Noelle hanya bisa terdian dengan tubuh gemetar. Air mata juga mengalir dari matanya, menatap Sean dan Sam yang ada di depannya.

"S-Sean aku—"

"KAU!"

Greb!

"Akh!"

Noelle berusaha menarik tangan Sean yang kini berada di lehernya. Sean menatap marah kearah Noelle dengan tangannya mencekik Noelle. Noelle berontak, ketika pasokan udara mulai berkurang.

"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH?!"

"S-Sean d-dengarkan a-aku  ... "

"KAU! KAU HARUS MATI!"

Brak!

"SEAN! APA YANG KAU LAKUKAN!"

Tiba-tiba Sky muncul dengan menarik tangan Sean, sehingga melepaskan Noelle dari cekikan Sean. Noelle terhuyung sambil batuk-batuk, mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dadanya sesak ditambah ia mengan tangisan. Air mata masih mengalir dan ia hanya bisa menatap ke arah Sean yang menatapnya tajam.

"LEPASKAN AKU SKY! DIA HARUS MATI! DIA MEMBUNUH KAKAK SAM!" bentak Sean sambil berusaha menerjang Noelle. Namun Sky masih menahan Sean sekuat tenaga.

"Ada apa ini?!"

Suara keributan yang terjadi di kamar pengantin, membuat beberapa orang datang, termasuk Saki. Saki datang bersama dengan Ivy. Noelle tidak bisa berkata-kata, ia hanya bisa diam menatap Saki. Saki yang belum melihat apa yang terjadi, lantas memasuki kamar.

"Sean, apa yang—"

"Kakak! Dia membunuh Kakak Sam!" potong Sean.

"Apa yang—"

Belum sempat Saki menyelesaikan kalimatnya, suara terkejut dari Ivy membuatnya terkejut. Ivy menutup mulutnya dengan ekspresi ketakutan. Saki ikut menoleh dan kini ia juga memberikan ekspresi wajahnya yang sama.

"KAKAK!"

Saki segera menghampiri Sam yang terbujur kaku, bersimhah darah. Sama seperti yang dilakukan Sean, dia mengecek keadaan Sam dengan gusar dan kepanikam. Raut wajah penuh ketidakpercayaan dengan apa yang sedang ia saksikan, dapat Noelle lihat dari posisinya sekarang.

"KAKAK! Apa yang terjadi?! Kenapa kakak bisa seperti ini Sean?!" tanya Sam.

"Tanyakan padanya! Dia yang telah membunuhnya!" sahut Sean sambil menatap tajam ke arah Noelle.

Saki menatap tajam ke arah Noelle. Tatapan yang sama dengan yang dilihat Noelle pada Sean. Rahang Saki mengeras dengan mata merah dan air mata yang mengalir. Dia bangkit dan berjalan ke arah Noelle. Tangannya terkepal kuat, hendak menghajar Noelle sekarang juga.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAKAKKU?!" bentak Saki.

"... "

Entah kenapa Noelle tidak sanggup menjawab. Rasanya terlalu berat untuk menjelaskan pada Saki, daripada Sean. Dia hanya bisa menunduk sambil menangis. Karena Noelle tidak kunjung menjawab, Saki menjadi gelap mata.

ANTERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang