Siang hari di kantin sekolah pada saat jam istirahat pertama memang selalu ramai, biasanya Jezzya tidak akan mau pergi ke kantin jika bukan pada jam istirahat kedua. Karena selain ramai, pasti akan sangat berdesak-desakan karena banyaknya siswa yang lapar ingin segera mengisi perut. Perempuan itu lebih memilih untuk tertidur dan akan mengisi perut pada istirahat kedua yang tidak akan begitu ramai dan terkesan sedikit leggang.
Namun tidak untuk kali ini. Karena dirinya yang telat bangun karena tertidur tengah malam, orang tuanya yang tidak ada di rumah karena harus pergi menemui neneknya ke rumah sakit sekitar jam tiga dini hari karena kondisi yang mendadak semakin drop—neneknya memang mengidap sakit yang cukup parah—hingga dia tidak punya banyak waktu untuk sekedar sarapan, ditambah ulangan matematika dadakan yang gurunya berikan dan dilanjut dengan quiz sejarah untuk nilai harian—untungnya Jezzya sempat belajar untuk itu semua semalam. Itu semua membuat dia kini merasa lapar dengan kepala yang sedikit berdenging karena otaknya yang terus dipaksa berpikir selama pembelajaran. Rasanya ingin pingsan.
Melihat banyaknya siswa yang mengantri di kantin membuatnya lesu, perutnya sudah berteriak minta diisi. Membuat Gisel menatapnya kasian karena wajahnya yang terlihat pucat, gadis itu pun menepuk bahu temannya iba. "Biar gue aja deh yang ngantri, lo mau apa?" tanyanya.
"Nasi gorengnya mang Tolo yang pedes ekstra sosis sama lemon tea es batunya banyakin," ujar Jezzya cepat.
Gisel mengangguk, "Oke, lo cari tempat duduk aja sebelum ga kebagian," ucapnya sebelum pergi memesan makanan untuk dirinya dan Jezzya.
Menatap sekeliling, Jezzya menemukan Denis yang sedang duduk di salah satu meja panjang sambil memainkan ponselnya, segera saja gadis itu menghampirinya.
"Ngikut duduk Den," ujar Jezzya setelah mendudukan dirinya di seberang Denis.
"Lah? Tumben lo ke kantin jam istirahat pertama?" ujar lelaki dihadapannya, pasalnya seingat Denis memang gadis itu hampir tidak pernah ke kantin di istirahat pertama.
"Laper gue abis nguras otak. Ga sempet sarapan juga." Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan memeriksa beberapa grup memastikan jika ada hal yang penting.
"Gila banget emang, asli. Masa dari jam pertama pelajaran otak dipake mikir mulu. Udah mana ulangan matematika mendadak diawal, kan asu," sungut Denis kesal, dia sampai menjambak rambutnya kala melihat soal ulangan yang sangat kompleks dari biasanya hingga hanya menjawab sebisanya.
Jezzya mengangguk mengiyakan dan menutup kembali ponselnya, baru menyadari jika dua temannya tidak bersama Denis. "Ga bareng Javi sama Hardian lo?" tanyanya.
"Jagain meja gue, si Javi lagi pesen makanan. Kalo Hardian lagi ke toilet."
Tak lama kemudian dua orang yang dibicarakan pun datang bersama dengan Gisel ikut berjalan beriringan.
"Nih pesenan lo, udah gue bayar," ucap Gisel duduk di samping Jezzya. Hardian dan Javier duduk di seberang dengan Denis. "Nanti aja gantinya," tambahnya ketika Jezzya ingin mengeluarkan uangnya.
Mereka pun mulai menyantap makanan masing-masing hingga Javier bersuara. "Wih keknya bakal ada anak baru dah di kelas kita," celetuknya dengan ponsel di tangan kirinya—sedang melihat grup kelas yang mendadak ramai.
"Iya, gue juga tadi papasan sama Reyhan. Lagi ngangkut meja sama kursi baru bareng Archan," tambah Hardian ikut menimpali.
"Asik, cewek apa cowok? Siapa tau cakep kalo cewek," sahut Denis cengengesan.
Gisel menggeplak kepala Denis pelan, "Cewek mulu anjir otak lo," katanya. Denis mengaduh dan nyengir tanpa dosa setelahnya. "Ya mau gue pepet sabi lah sel." Gisel memutar bola matanya bosan. Dasar buaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku, Asta
Fanfiction[ Hamada Asahi lokal AU ] Handaru Adhyasta. Orang-orang memanggilnya Asta. Pemuda pemalu yang periang dengan senyum manis berhias dimple di pipinya. - "Tentang seperti apa sakitnya merelakan dan sulitnya melupakan." - warning❗️ harsh word❗️ lokal AU...