Siang ini terik, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Entah karena faktor ac kelas juga yang sedang rusak, membuat seisi kelas kepanasan dan berebut kipas portable dan juga robekan kertas untuk mengurangi rasa gerah.
Saat ini jam kosong, para guru sedang melaksanakan rapat dadakan. Namun, tugas tetap diberikan dan harus dikumpulkan pulang sekolah nanti. Membuat kelas ini harus rela mengerjakan tugas dan rangkuman materi yang diberikan meskipun dengan situasi yang kurang nyaman karena gerah dan banyaknya siswa yang sambil mengobrol membuat udara semakin panas.
"Ah anjir, gerah banget gue," gerutu Denis dari tempat duduknya. Dia sudah menyelesaikan tugasnya, tinggal rangkumannya yang masih setengah lagi. Denis mulai terlihat tak peduli dengan rangkuman materinya, toh itu tidak akan dikumpulkan. Hanya untuk materi tambahan yang tidak ada di buku. Dia bisa meminta catatan itu dari temannya nanti
"Makanya lo gausah banyak ngomong, jadi makin banyak karbon dioksida yang keluar," seru Gisel di belakangnya.
"Lo juga ngomong ya! sama aja," balas Denis sebal. Aduh, dia tidak bisa kepanasan begini. Tidak betah.
"Udahan lo tugasnya?" tanya Hardian pada Denis yang kini berjalan ke arah jendela untuk mencari angin.
"Udah, tinggal rangkuman doang. Mager gue, nanti aja liat Jezzya."
Merasa namanya dipanggil, Jezzya menatap Denis datar. Dia memang sudah selesai, karena terbiasa menulis membuatnya cepat dalam menulis rangkuman materi yang terbilang cukup banyak.
Denis memberikan cengirannya ke arah Jezzya. "Hehe, gapapa kan Jez? Mager banget gue sumpah. Gerah ini."
Jezzya tidak merespon dan memilih memainkan ponselnya, tapi Denis tahu kalau temannya itu pasti akan memberikannya nanti.
"Lagian ini ac-nya kenapa rusak dah, tumben amat," sahut Javier. Dia juga mulai malas untuk melanjutkan rangkuman materinya, yang penting tugasnya sudah selesai.
"Au dah. Bayarin elit, ac sulit," timpal Denis. Kini dia memilih untuk duduk lesehan di lantai kelas dan tangannya yang sibuk mengipas-ngipas dengan kertas. Banyak yang melakukan hal serupa sepertinya.
"Ini besok mah udah bener lagi kan?" Reyhan berceletuk di depan sana. Wajah putihnya terlihat memerah karena kegerahan.
"Iya nih, awas aja si kalau besok belum di benerin," tambah Archan.
"Nah bener! Kalo ga dibenerin minimal ganti lah, beli baru." Hardian di belakang Archan ikut menimbrung dalam obrolan.
"Cepet kek balik anjir," gerutu Denis. Dia sudah malas berada di sekolah, toh guru juga tidak akan ada yang masuk sampai waktu pulang. Tapi mereka tidak mengizinkan untuk pulang lebih cepat, dan gerbang sekolah juga masih ditutup dijaga satpam. Kalau ingin cepat-cepat pulang ya paling harus madol. Tapi Denis malas untuk itu, malas untuk sekedar memanjat tembok belakang sekolah yang biasa dijadikan tempat siswa membolos.
"Ini tugas dikumpulin ke siapa, btw?" tanya Javier menatap Reyhan selaku ketua kelas.
"Kumpulin ke gue nanti sebelum pulang. Ketua kelas sama wakil yang disuruh ngumpulin ke ruang guru," balas Reyhan. Dia sendiri juga sudah menyelesaikan tugas dan rangkuman materinya.
Javier melirik Asta yang sedari tadi hanya diam memperhatikan teman-temannya mengobrol. Pemuda Jepang itu masih terlihat nyaman dengan kardigan yang dikenakannya. Apa tidak gerah?
"Lo ga kegerahan apa, ta?" tanya Javier akhirnya.
Asta yang merasa ditanyai pun menggeleng dan memberikan senyum tipis. "Nggak kok, ga gerah sama sekali," ucapnya.
"Gue jadi lo bakal lepas kardigan dah, begini aja udah gerah apalagi ditambah kardigan begitu," ucap Hardian yang juga baru menyadari kalau Asta masih memakai kardigannya di suasana yang terasa panas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku, Asta
Fanfiction[ Hamada Asahi lokal AU ] Handaru Adhyasta. Orang-orang memanggilnya Asta. Pemuda pemalu yang periang dengan senyum manis berhias dimple di pipinya. - "Tentang seperti apa sakitnya merelakan dan sulitnya melupakan." - warning❗️ harsh word❗️ lokal AU...