[ 20 ] - asta dan senyumannnya

25 5 0
                                    

Kalau ada pertanyaan tentang "Apa yang menjadi hal menarik dari Asta?" maka Jezzya akan menjawabnya dengan spontan, "Senyumannya."

Senyuman Asta selalu memberi kesan tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya—setidaknya itu yang dipikirkan oleh Jezzya. Senyuman manis berhias dimple dengan pipi berisinya pasti akan membuat semua orang yang melihatnya merasa gemas dan ikut tersenyum.

Sejak pertama kali melihat pemuda Jepang itu, Jezzya selalu merasa bahwa Asta memiliki daya tarik tersendiri meskipun kepribadiannya yang pendiam dan pemalu. Mungkin awal-awal Jezzya akan selalu terlihat tidak peduli dan merasa biasa saja, tapi jujur ... saat pertama kali melihat Asta yang tersenyum dan menyapanya malu-malu, Jezzya merasakan ada hal yang berbeda dari pemuda itu. Senyumannya seolah membuat kesan tersendiri yang bahkan Jezzya pun tidak mengerti.

"Selamat pagi!"

Seruan seseorang seolah menyadarkan Jezzya yang sejak tadi melamun dengan bersandar di pembatas balkonnya. Waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh, dan sepertinya Jezzya sudah berdiam disana sekitar tiga puluh menit lamanya dihitung dari dirinya yang sudah bangun sejak jam enam pagi.

"Selamat pagi," ujar Jezzya membalas sapaan pagi Asta sebelumnya. Pemuda itu kini ikut menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon, menghirup udara segar di pagi hari.

Asta tersenyum, membuat Jezzya ikut menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum. Kan, senyuman Asta pasti akan membuat orang lain yang melihatnya ikut tersenyum.

"Kamu udah disini dari jam berapa?" tanya Asta memulai obrolan.

"Sekitar jam enam."

Asta manggut-manggut mendengarnya, merapatkan kardigan yang ia kenakan. Sepertinya Asta dan kardigan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, mungkin akan aneh rasanya jika melihat pemuda itu tanpa kardigan yang melingkupi tubuhnya.

"Mau jalan-jalan pagi?" Asta bertanya karena memang kebiasaan gadis itu yang akan jalan-jalan pagi setiap hari minggu. Oh ya, sekarang hari minggu omong-omong.

Jezzya mengangguk, meregangkan otot-ototnya yang terasa agak kaku. "Gue ada janji sama Jehian buat jogging bareng pagi ini," ujarnya.

Ah, Jehian lagi. Asta mengulum senyum tipis mendengar penuturan Jezzya. "Oh begitu ya ... have fun ya kalian jogging nya," kata Asta membuat Jezzya terkekeh mendengarnya.

"Lo kalo mau ikut juga boleh, ta."

Asta menaikkan kedua alisnya, seolah-olah terkejut dengan pernyataan Jezzya. "Emangnya nggak masalah?"

"Ya nggak lah ... masalah kenapa?"

Asta tertawa kikuk. "Hehehe, siapa tau mau jogging date gitu kalian," ujarnya.

Jezzya terkekeh mendengarnya untuk kemudian menggeleng. "Mana ada, jogging bareng aja kok," ucapnya, "ayo, lo ikut aja. Nanti gue ajak lo makan bubur yang biasa jualan deket taman. Enak banget, lo harus coba sih."

Asta terlihat menimang-nimang apakah ia harus menerima ajakan Jezzya atau tidak. Hingga satu kalimat yang dilontarkan Jezzya membuatnya langsung mengangguk mengiyakan untuk ikut jogging bersama di Minggu pagi ini.

"Ayolah Handaru, harus produktif di Minggu pagi." Itulah yang diucapkan Jezzya.

.
.
.

Suara gerbang yang dibuka menyambut pendengaran kedua orang yang berdiri menunggu di depannya. Sebuah senyum manis tercipta dari seseorang yang baru saja membuka gerbang tadi, disambut hangat pula dengan senyuman.

"Selamat pagi, Asta."

Itu sapaan Jehian di pagi hari yang terlantur kepada sahabat lamanya. Anggukan diberi dan tak lupa balasan selamat pagi yang juga terujar dari bibir Asta. Senyumnya kembali mengembang, membuat Jezzya yang melihatnya pun ikut tersenyum begitu juga Jehian yang mengusak gemas rambut Asta.

Namaku, AstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang