[ 4 ] - taman

27 8 0
                                    

Pukul setengah empat yang lalu sekolah telah usai. Area sekolah yang sebelumnya tampak masih ramai kini mulai sepi. Hanya tersisa beberapa siswa maupun siswi yang entah masih menunggu jemputan, kelas bimbingan, ataupun mengikuti kegiatan ekskul yang memiliki jadwal hari ini.

Jezzya melangkahkan kakinya menuju area parkir dimana motornya berada bersama Hardian dan Javier. Gisel ada jadwal ekskul hari ini, sedangkan Denis sudah pulang lebih dulu dengan jemputannya.

"Acara ultah sekolah kapan dah?" celetuk Javier membuka obrolan.

"Kurang dari sebulan lagi," balas Jezzya yang diangguki Javier.

"Berarti OSIS bakal sibuk banget tuh?" Kini Hardian yang bertanya.

Jezzya mengangguk mengiyakan. "Kayaknya OSIS bakal sering dispen mulai minggu depan buat ngurus acara. Soalnya bakal bikin panggung gede sama dekorasi gapura, OSIS pasti bakal dimintain bantuan," ujar Jezzya. Ekor matanya melihat Jehian yang berjalan tak jauh darinya, membuat ia sedikit merapat pada Javier untuk bersembunyi .

"Ngapain anjir lo ngumpet di bahu gue?" tanya Javier bingung.

"Bentar elah," balas gadis itu melirik arah Jehian memberi kode.

"Idih, ada ayang orang mah samperin bukan ngumpet," celetuk Hardian yang mengerti dengan arah lirikan gadis itu.

"Ck, siapa yang pacaran sama dia si?" ujar Jezzya jengah, karena teman-temannya yang selalu meledek ia dan Jehian pacaran.

"Btw, berarti nanti lo bakal sering madol kelas dong? Idihh enak banget, ngikut lah gue." Javier berkata seraya membantu menutupi wajah gadis itu dengan bahunya yang lebar.

"Yeu kampang! Madol mulu otak lo!" ujar Hardian menoyor kepala Javier, meskipun begitu dia tahu bahwa Javier tidak akan mungkin membolos sekolah. Senakal-nakalnya mereka paling hanya tidak mengerjakan PR dan tidur di kelas, masing ingat orangtua yang biayain sekolah untuk tidak membolos. Tapi apa bedanya dengan tidur di kelas? Yang penting gue dapet nilai absensi hadir nongolin muka di kelas, Itu pikirnya. Begitu juga dengan Javier dan mungkin juga Denis karena mereka tidak jauh beda.

"Kayaknya lo mah bukan adeknya bang Bian dah, beda banget soalnya." Hardian kembali berujar ketika mereka sudah sampai di area parkir, "bang Bian mah rajin, aktif organisasi, ketua OSIS lagi. Beda banget sama lo yang begajulan," tambahnya.

"Jangan samain gue sama bang Bian lah, dia mah titisan tentara. Gue di rumah bangun jam sepuluh aja langsung diomelan sampe digebrak-gebrak kamar gue, padahal hari libur," kata Javier sedikit mendumel, "malah mama sama papa aja ga ada tuh sampe segitunya. Curiga gue dia anak angkat."

"Mulut lo Jav! Gitu gitu tengil lo sama aja sama abang lo," sahut Jezzya yang kini sudah menaiki motornya bersiap memakai helm. Kebetulan motor mereka satu barisan bersisian.

Hardian menggeplak lengan Javier yang justru malah bengong di samping motor. "Woy! Malah bengong, Gamau balik lo?" ucapnya yang sudah bersiap pergi dengan motor besar ducati miliknya.

"Eh? Itu si Jehian kenal sama Asta?" Javier menaiki motornya dan memakai helm hitam merahnya seusai bekata demikian, membuat Hardian menoleh ke arah yang Javier lihat tadi. Cowok itu pun hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

Jezzya tidak begitu mempedulikan, sibuk menyimak dan sesekali ikut membalas obrolan di grup OSIS. Begitu dirasa sudah tidak ada yang penting, gadis itu memasukan ponselnya ke dalam tas dan tak lupa jas keanggotan OSIS miliknya yang sedari tadi ia bawa di lengannya.

"Duluan ya Jez!" ujar Javier melajukan motornya diikuti Hardian yang melambaikan tangan ke arahnya. Membuat Jezzya mengangguk dan ikut melambaikan tangannya sekilas.

Namaku, AstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang